Rabu, 25 Desember 2013

ISA AL-MASIH BUKAN TUHAN



Isa Al-Masih Menurut Al-Qur'an
)Bantahan Al-Qur’an; Isa Al-Masih Bukanlah Tuhan (

Orang Yahudi meyakini Uzair adalah anak Tuhan. Orang Nasrani meyakini bahwa Isa anak Tuhan.  Islam mengajarkan kepada ummatnya hanya mengenal dan mengakui konsep Tauhid,  yakni mengesakan Allah.
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ﴿١﴾ اللَّهُ الصَّمَدُ ﴿٢﴾ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ﴿٣﴾ وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُواً أَحَدٌ ﴿٤﴾
Artinya:Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa (1) Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu (2) Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan (3)dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia (4).(Q.S.Al-Ikhlash 1-4).
Terhadap keyakinan orang Yahudi dan Nasrani tersebut Allah membantahnya, keyakinan mereka itu hanya ucapan kosong yang tidak sesuai dengan ajaran yang sesungguhnya dan akibat mereka tidak berpegang pada wahyu Allah.  
Allah berfirman dalam surat At-Taubah ayat 30-31:
وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللَّهِ وَقَالَتِ النَّصَارَى الْمَسِيحُ ابْنُ اللَّهِ ذَلِكَ قَوْلُهُمْ بِأَفْوَاهِهِمْ يُضَاهِئُونَ قَوْلَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَبْلُ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ أَنَّى يُؤْفَكُونَ. اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا إِلَهًا وَاحِدًا لا إِلَهَ إِلا هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ                                                                                                                        
Artinya: Orang-orang Yahudi berkata: “Uzair itu putera Allah” dan orang-orang Nasrani berkata: “Al Masih itu putera Allah.” Demikian itu hanya ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Allah melaknat mereka, bagaimana mereka sampai berpaling (dari ajaran Tauhid)? Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.
Tokoh agama dari kalangan mereka mengelabui ummatnya dan mengarang-ngarang wahyu seakan apa yang mereka ucapkan benar-benar datang dari Allah. Allah membongkar kejahatan para tokoh agama itu dalam firman-Nya surat Al-baqarah : 77 – 79) :
أَوَلا يَعْلَمُونَ أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا يُسِرُّونَ وَمَا يُعْلِنُونَ . وَمِنْهُمْ أُمِّيُّونَ لا يَعْلَمُونَ الْكِتَابَ إِلا أَمَانِيَّ وَإِنْ هُمْ إِلا يَظُنُّونَ . فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ يَكْتُبُونَ الْكِتَابَ بِأَيْدِيهِمْ ثُمَّ يَقُولُونَ هَذَا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ لِيَشْتَرُوا بِهِ ثَمَنًا قَلِيلا فَوَيْلٌ لَهُمْ مِمَّا كَتَبَتْ أَيْدِيهِمْ وَوَيْلٌ لَهُمْ مِمَّا يَكْسِبُونَ.                                                                                                                                    
 Artinya: Tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah mengetahui segala yang mereka sembunyikan dan segala yang mereka nyatakan?. Dan diantara mereka ada yang ummiyyun (buta huruf), tidak mengetahui Al Kitab (Taurat), kecuali dongengan bohong belaka dan mereka hanya menduga-duga. Maka neraka wail-lah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya; “Ini dari Allah”, (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang mereka kerjakan.
Prilaku pemuka agama Nasrani dan Yahudi itu semakin aneh, sampai-sampai mereka mengatakan pada ummat, bahwa mereka tidak akan masuk neraka kecuali hanya beberapa hari saja. Mereka begitu berani demi meyakinkan para pengikut mereka terhadap ajaran yang kebanyakannya mereka karang sendiri. Dalam hal tersebut Allah menjelaskan dalam surat Al-baqarah ayat 80 – 81 :
وَقَالُوا لَنْ تَمَسَّنَا النَّارُ إِلا أَيَّامًا مَعْدُودَةً قُلْ أَتَّخَذْتُمْ عِنْدَ اللَّهِ عَهْدًا فَلَنْ يُخْلِفَ اللَّهُ عَهْدَهُ أَمْ تَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ مَا لا تَعْلَمُونَ. بَلَى مَنْ كَسَبَ سَيِّئَةً وَأَحَاطَتْ بِهِ خَطِيئَتُهُ فَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ.                                                            
Artinya: Dan mereka berkata: “Kami sekali-kali tidak akan disentuh oleh api neraka, kecuali selama beberapa hari saja.” Katakanlah: “Sudahkah kamu menerima janji dari Allah sehingga Allah tidak akan memungkiri janji-Nya, ataukah kamu hanya mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?”(80) (Bukan demikian), yang benar: barangsiapa berbuat dosa dan ia telah dibalut oleh dosanya, mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.(81).
Pemuka agama Yahudi dan Nasrani tidak hanya mengklaim Uzair dan Isa putra Maryam sebagai anak Allah, akan tetapi mereka orang-orang Yahudi dan Nasrani semuanya anak Allah. Allah menjelaskan hal ini dalam surat Al-Maidah ayat 18 – 19 :
وَقَالَتِ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى نَحْنُ أَبْنَاءُ اللَّهِ وَأَحِبَّاؤُهُ قُلْ فَلِمَ يُعَذِّبُكُمْ بِذُنُوبِكُمْ بَلْ أَنْتُمْ بَشَرٌ مِمَّنْ خَلَقَ يَغْفِرُ لِمَنْ يَشَاءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَشَاءُ وَلِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالارْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا وَإِلَيْهِ الْمَصِيرُ . يَا أَهْلَ الْكِتَابِ قَدْ جَاءَكُمْ رَسُولُنَا يُبَيِّنُ لَكُمْ عَلَى فَتْرَةٍ مِنَ الرُّسُلِ أَنْ تَقُولُوا مَا جَاءَنَا مِنْ بَشِيرٍ وَلا نَذِيرٍ فَقَدْ جَاءَكُمْ بَشِيرٌ وَنَذِيرٌ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ.                                                              
Artinya:Orang-orang Yahudi dan Nasrani mengatakan: “Kami ini adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya.” Katakanlah: “Maka mengapa Allah menyiksa kamu karena dosa-dosamu?” (Kamu bukanlah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya), tetapi kamu adalah manusia(biasa) diantara orang-orang yang diciptakan-Nya. Dia mengampuni bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Kepunyaan Allah-lah kerajaan antara keduanya. Dan kepada Allah-lah kembali (segala sesuatu). Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepada kamu Rasul Kami (Muhammad Saw), menjelaskan (syari’at Kami) kepadamu ketika terputus (pengiriman) rasul-rasul agar kamu tidak mengatakan: “Tidak ada datang kepada kami baik seorang pembawa berita gembira maupun seorang pemberi peringatan.” Sesungguhnya telah datang kepadamu pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Demikian itu informasi Al-Quran tentang prilaku para pemuka agama di kalangan Yahudi dan Nasrani. Mereka sangat leluasa mengarang ajaran agama dengan cara mencampur adukkan antara yang haq (kebenaran) dengan yang bathil (kebatilan).
Al-Qur’an sebagai Kitab Allah yang terakhir diturunkan untuk umat manusia, membongkar motivasi para tokoh agama Yahudi dan Nasrani berbuat senekat itu. Motivasi utama mereka adalah untuk kepentingan dunia berupa harta dan kekayaan. Allah memperingatkan ummat Nabi Muhammad agar para tokoh agamanya (ulamanya) tidak berprilaku seperti itu, seperti yang dijelasakan dalam surat At-Taubah ayat 34 -35.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنَّ كَثِيرًا مِنَ الاحْبَارِ وَالرُّهْبَانِ لَيَأْكُلُونَ أَمْوَالَ النَّاسِ بِالْبَاطِلِ وَيَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ وَالَّذِينَ يَكْنِزُونَ الذَّهَبَ وَالْفِضَّةَ وَلا يُنْفِقُونَهَا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ. يَوْمَ يُحْمَى عَلَيْهَا فِي نَارِ جَهَنَّمَ فَتُكْوَى بِهَا جِبَاهُهُمْ وَجُنُوبُهُمْ وَظُهُورُهُمْ هَذَا مَا كَنَزْتُمْ لانْفُسِكُمْ فَذُوقُوا مَا كُنْتُمْ تَكْنِزُونَ.                                                                                                            
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih,(34) pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: “Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu.”
Pengakuan orang Nasrani bahwa Isa adalah Tuhan sangat tidak tepat, bahkan Allah men-Cap mereka sebagai orang kafir. Seperti yang difirmankan Allah dalam surat Al-Maidah ayat 72- 75:
لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُواْ إِنَّ اللّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ وَقَالَ الْمَسِيحُ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اعْبُدُواْ اللّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ إِنَّهُ مَن يُشْرِكْ بِاللّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللّهُ عَلَيهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنصَارٍ ﴿٧٢﴾ لَّقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُواْ إِنَّ اللّهَ ثَالِثُ ثَلاَثَةٍ وَمَا مِنْ إِلَـهٍ إِلاَّ إِلَـهٌ وَاحِدٌ وَإِن لَّمْ يَنتَهُواْ عَمَّا يَقُولُونَ لَيَمَسَّنَّ الَّذِينَ كَفَرُواْ مِنْهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ ﴿٧٣﴾ أَفَلاَ يَتُوبُونَ إِلَى اللّهِ وَيَسْتَغْفِرُونَهُ وَاللّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ ﴿٧٤﴾ مَّا الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ إِلاَّ رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِن قَبْلِهِ الرُّسُلُ وَأُمُّهُ صِدِّيقَةٌ كَانَا يَأْكُلاَنِ الطَّعَامَ انظُرْ كَيْفَ نُبَيِّنُ لَهُمُ الآيَاتِ ثُمَّ انظُرْ أَنَّى يُؤْفَكُونَ ﴿٧٥﴾                                                                                                                 
Artinya: Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah adalah Al Masih putera Maryam", padahal Al Masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu" Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.
Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: "Bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga", padahal sekali-kali tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih.
Maka mengapa mereka tidak bertaubat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Al Masih putera Maryam hanyalah seorang Rasul yang sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul, dan ibunya seorang yang sangat benar, kedua-duanya biasa memakan makanan. Perhatikan bagaimana Kami menjelaskan kepada mereka (ahli Kitab) tanda-tanda kekuasaan (Kami), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka berpaling (dari memperhatikan ayat-ayat Kami itu).
Dari ayat-ayat yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa dalam aqidah Islam, Isa bukanlah Tuhan. Dia adalah salah seorang Nabi Allah yang membawa ajaran Tauhid, sama dengan ajaran tauhid yang disampaikan Nabi Muhammad SAW, yang sama-sama meneruskan ajaran Tauhid dari nabi-nabi sebelumnya.
Semoga kita senantiasa diberi Allah hidayah agar tetap meng-EsakanNya.

Senin, 04 November 2013

Memahami Makna Hijrah Nabi Muhammad SAW.


Memahami Makna Hijrah Nabi Muhammad SAW
(Menyambut Tahun 1435 H)

Memasuki bulan Muharram 1435 H ini mengingatkan kita kepada peristiwa besar yang sangat bersejarah bagi umat Islam, yaitu hijrahnya Nabi Muhammad dari kota Mekkah ke Madinah. Momen ini merupakan tonggak sejarah dalam perjalanan dakwah Rasulullah yang sangat menentukan bagi kesuksesan beliau dalam mengemban risalah Islam.
Dalam sejarah tercatat beberapa kali hijrah yang dilakukan ummat Islam pada masa Rasul, diantaranya, hijrahnya ummat Islam ke Habsyi dan hijrahnya Rasul ke Thaif. Namun hijrah yang telah dilakukan kurang membawa pengaruh terhadap perkembangan dakwah Islam. Adapun hijrahnya Nabi Muhammad dan para sahabatnya ke Madinah merupakan hijrah yang membawa perubahan sangat signifikan terhadap perkembangan dakwah Islam dan kehidupan masyarakat Islam. Sebab, Hijrah Nabi Muhammad ke Madinah ini merupakan strategi menuju kehidupan yang lebih baik sebagai sebuah perjuangan menuju cita-cita luhur membentuk tatanan masyarakat Islam.
Hijrahnya Nabi Muhammad bersama ummat Islam ke Madinah ini berjalan sukses, karena terprogram dengan baik. Hijrah ke Madinah ini juga menjadi catatan sejarah ditetapkannya menjadi hitungan tahun bagi ummat Islam, karena Rasulullah dapat melakukan perubahan yang signifikan dalam kehidupan masyarakat Madinah dan sekitarnya dari yang tidak baik menjadi baik.
Banyak hikmah di balik peristiwa hijrah tersebut. Diantaranya, bahwa kegagalan tidak mesti menjadikan seseorang berputus asa dalam berjuang mencapai maksud dan tujuan yang telah ditetapkan. Jika manusia mengalami kegagalan di suatu tempat, hendaklah mencari tempat lain guna mencapai kesuksesan.
Tanah Makkah sebagai tanah kelahiran Nabi Muhammad bukan merupakan lingkungan yang kondusif untuk pengembangan dakwah Islam. Sebab, Makkah dipenuhi oleh orang-orang yang tidak baik akhlak dan mentalnya. Oleh karena itu sudah selayaknya negeri ini ditinggalkan menuju negeri dan lingkungan yang lebih baik dan bisa mendukung untuk kesuksesan dakwah. Untuk itu, Allah memerintahkan Nabi Muhammad agar hijarah ke Madinah, dan di sana merupakan tempat ideal dalam melanjutkan misi dakwah yang diemban.
Hal ini memberikan pelajaran bahwa manusia harus berusaha mencari lingkungan yang baik dan dapat mendukung untuk kesuksesannya. Diakui, bahwa lingkungan bisa membawa pengaruh besar terhadap pembentukan watak, perilaku dan karakter seseorang. Pengalaman menunjukkan jika seseorang besar dan tumbuh di lingkungan yang tidak baik, kelak akan memiliki kepribadian yang tidak akan berbeda dari orang-orang di tempat dia tumbuh dan berkembang. 
Banyaknya kendala yang dihadapi Nabi Muhammad saat berdakwah di Makkah salah satu faktornya adalah dikarenakan Nabi Muhammad dalam menjalankan dakwahnya masih secara personal. Di samping itu, percaturan politik di tanah kelahiran beliau begitu tinggi, sehingga dakwah Islam selalu mengalami kebuntuan karena selalu ditekan oleh penguasa dan elit politik Makkah. Ketika Rasululllah hijrah ke Madinah, dakwah tidak lagi dilakukan secara personal, namun secara institusi dan melalui lembaga negara. Sebab, sesampainya Nabi Muhammad di Madinah, beliau membentuk negara dan memimpin negara tersebut.
Hal ini memberikan pelajaran bahwa dakwah akan mudah maraih sukses jika dilakukan oleh orang yang memegang tampuk kekuasaan. Jika dakwah hanya dari mimbar ke mimbar oleh seseorang yang tidak memiliki kekuasaan, sekalipun ada yang mendengar dan mengikuti,  jumlahnya tentulah tidak sebanyak dakwah yang dilakukan oleh mereka yang punya kekuasaan.
Jika saja seorang da’i adalah jenderal, tentu aturan agama akan lebih tegak. Jika muballigh adalah hakim dan jaksa, tentulah undang-undang akan lebih sempurna dan mudah diterapkan. Demikian seterusnya sesuai dengan jajaran yang ada dalam lembaga kenegaraan.
Hijrah yang dilakukan Nabi Muhammad juga merupakan bentuk optimisme dan mengandung nilai peradaban. Sebab, Ketika Nabi Muhammad hijrah menuju kota yang disebut Yastrib, kemudian beliau merubah nama kota Yastrib menjadi Madinah, di kota inilah beliau membentuk sebuah peradaban baru dan nilai-nilai baru yang berbeda dengan peradaban dan nilai-nilai sebelumnya. 
Sikap optimisme yang ditunjukkan Nabi Muhammad penting untuk dijadikan pembelajaran ketika kita dalam menghadapi krisis seperti yang terjadi saat ini. Disamping itu, kebersamaan juga merupakan salah satu kunci keberhasilan mencapai perubahan.
Sekurang-kurangnya ada tiga pesan hijrah yang dilakukan Rasul untuk kita jadikan acuan dalam meraih sukses.
Pertama: Masjid dijadikan sebagai pusat sentral kegiatan dalam pembinaan ummat. Hal ini dapat dipahami bahwa segenap aktifitas harus dilandasi dengan nilai-nilai ketaqwaan kepada Allah, sebab dari Masjid diharapkan tercipta kader-kader ummat yang beriman dan bertaqwa kepada Allah. Maka tidak heran, sesampainya Rasul ke Madinah yang pertama dibangunnya adalah Masjid.
Kedua: Mempersaudarakan antara golongan Muhajirin dan Anshar. Hal ini menghasilkan kekuatan yang luar biasa, sebab dikalangan ummat tercipta kekompakan yang kuat dan tak mudah tergoyahkan. Dalam hal ini Rasul menggambarkan ummat Islam seperti satu tubuh, apabila yang satu merasa sakit maka yang lain juga harus ikut merasakan sakit. Kekompakan inilah yang membuat kader-kader Rasul menjadi kuat dan akhirnya mereka dapat mendukung kesuksesasan dakwah Nabi Muhammad SAW.
Ketiga: Menanamkan semangat jihad dalam membela agama Islam. Semangat jihad yang sudah tertanam akan mendorong semangat ummat untuk berkorban, baik berkorban harta maupun jiwa. Hasilnya, sahabat-sahabat yang dibina Rasul memiliki sikap loyalitas yang tinggi dalam membantu perjuangan Rasul dalam melanjutkan dakwah Islam. 
Peristiwa hijrah Nabi Muhammad memang telah berlalu selama 1434 tahun. Tetapi makna dan spirit hijrah harus tetap tertanam dalam hati dan jiwa kaum muslimin. Oleh karena itu, makna hijrah hendaknya tidak hanya dipahami secara harfiyah semata (pindah dari suatu tempat ke tempat yang lain), tetapi harus juga dimaknai dari sudut Maknawiyah dalam pengertian seperti yang telah dikemukakan.
Kita harus hijrah dari keterbelakangan berpikir kepada pola pikir yang lebih maju, namun tetap dalam kerangka Islami. Kita harus hijrah dari dekadensi moral kepada akhlak mulia. Hijrah dari tindakan-tindakan yang emosional kepada kearifan dan kebijaksanaan. Hijrah dari sikap bermusuhan kepada saling menyayangi dan mengasihi. Hijrah dari malas beribadah kepada kesungguhan beribadah dan lain-lain makna hijrah yang mengarah kepada nilai-nilai kebajikan.
Semoga semangat hijrah ini dapat bersemayam dihati kita dan hari-hari yang akan kita lalui  bernilai ibadah di sisi Allah.
امـِـيْــنَ يَـا رَبَّ الـْعـَالـَمِـيْـنَ


Rabu, 25 September 2013

Memahami Makna Ibadah Haji


Memahami Makna Ibadah Haji

Jama’ah calon haji dituntut untuk memahami dengan baik dan benar tentang pelaksanaan ibadah haji. Pemahaman yang dimaksud tidak hanya terfokus kepada dimensi  ritualnya semata, tapi juga hendaknya memahami makna filosofi dari ibadah haji yang diperintahkan Allah.
Rasulullah telah memberikan contoh tentang pelaksanaan ibadah haji ini, karena itu jama’ah haji sangat perlu memahami makna tahapan-tahapan ibadah haji yang dilakukannya, termasuk memahami makna filosofi dari haji tersebut. Diantaranya adalah:
  • Memakai pakaian ihrom dan mengumandangkan Talbiayah, adalah merupakan cermin komitmen kedatangan kita memenuhi panggilan Allah SWT untuk menunaikan ibadah haji. Pakaian ihram yang sama untuk seluruh jamaah haji juga memiliki makna bahwa kita semua sama di hadapan Allah. Pangkat dan jabatan, harta yang berlimpah, status sosial yang tinggi, semuanya tidak berarti di mata Allah. Di sisi lain dapat dimaknai bahwa memakai pakaian ihrom merupakan latihan untuk menghadapi kematian. Sebab, pada saat mati nanti pakaian yang kita kenakan adalah pakaian yang tidak berjahit.
  • Melaksanakan Thowaf dengan mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali memiliki makna bahwa umat Islam merupakan umat yang dinamis dan jujur. Thawaf yang dilaksanakan tujuh kali hanya sah dilakukan di sekeliling Ka’bah. Hal ini mencerminkan bahwa segala pekerjaan yang dilakukan oleh umat Islam hendaknya selalu dilaksanakan di jalan Allah dan hanya berdasarkan petunjuk Allah SWT.
  • Melaksanakan Sa’i antara bukit Shafa den Marwah, memiliki makna bahwa kita tidak boleh berputus asa terhadap rahmat Allah, seperti yang telah dicontohkan Hajar (istri Nabi Ibrahim) yang tidak berputusasa memohonkan keselamatan anaknya dan mencarikan air untuk anaknya Ismail yang tengah menangis karena kehausan.
  • Adapun Tahallul dengan memotong atau mencukur rambut, memiliki makna kepatuhan kita kepada kehendak Allah dengan mengorbankan sesuatu yang kita sayangi dari kehidupan ini. Dalam hal ini, mengorbankan hal yang kita cintai direpresentasikan dengan mencukur rambut.
  • Melempar Jumrah, dapat dimaknai agar kita membuang jauh-jauh segala sifat buruk yang biasa dimiliki setan. Sifat iri, dengki, sombong, takabbur dan sifat-sifat buruk lainnya  merupakan sifat-sifat buruk yang terdapat dalam diri setan yang coba kita hilangkan dengan cara melempar jumrah.
Karena itulah, sebelum melaksanakan ibadah haji, para jamaah calon haji perlu meningkatkan pemahamannya tentang tatacara pelaksanaan ibadah haji dengan sebaik-baiknya. Baik dengan membaca buku-buku yang berkenaan dengan ibadah haji, maupun bertanya kepada orang yang memahami tentang ibadah haji tersebut.
Semoga haji yang akan dilaksanakan ummat Islam memperoleh haji yang mabrur.
امـِـيْــنَ يَـا رَبَّ الـْعـَالـَمِـيْـنَ