Rabu, 25 September 2013

Memahami Makna Ibadah Haji


Memahami Makna Ibadah Haji

Jama’ah calon haji dituntut untuk memahami dengan baik dan benar tentang pelaksanaan ibadah haji. Pemahaman yang dimaksud tidak hanya terfokus kepada dimensi  ritualnya semata, tapi juga hendaknya memahami makna filosofi dari ibadah haji yang diperintahkan Allah.
Rasulullah telah memberikan contoh tentang pelaksanaan ibadah haji ini, karena itu jama’ah haji sangat perlu memahami makna tahapan-tahapan ibadah haji yang dilakukannya, termasuk memahami makna filosofi dari haji tersebut. Diantaranya adalah:
  • Memakai pakaian ihrom dan mengumandangkan Talbiayah, adalah merupakan cermin komitmen kedatangan kita memenuhi panggilan Allah SWT untuk menunaikan ibadah haji. Pakaian ihram yang sama untuk seluruh jamaah haji juga memiliki makna bahwa kita semua sama di hadapan Allah. Pangkat dan jabatan, harta yang berlimpah, status sosial yang tinggi, semuanya tidak berarti di mata Allah. Di sisi lain dapat dimaknai bahwa memakai pakaian ihrom merupakan latihan untuk menghadapi kematian. Sebab, pada saat mati nanti pakaian yang kita kenakan adalah pakaian yang tidak berjahit.
  • Melaksanakan Thowaf dengan mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali memiliki makna bahwa umat Islam merupakan umat yang dinamis dan jujur. Thawaf yang dilaksanakan tujuh kali hanya sah dilakukan di sekeliling Ka’bah. Hal ini mencerminkan bahwa segala pekerjaan yang dilakukan oleh umat Islam hendaknya selalu dilaksanakan di jalan Allah dan hanya berdasarkan petunjuk Allah SWT.
  • Melaksanakan Sa’i antara bukit Shafa den Marwah, memiliki makna bahwa kita tidak boleh berputus asa terhadap rahmat Allah, seperti yang telah dicontohkan Hajar (istri Nabi Ibrahim) yang tidak berputusasa memohonkan keselamatan anaknya dan mencarikan air untuk anaknya Ismail yang tengah menangis karena kehausan.
  • Adapun Tahallul dengan memotong atau mencukur rambut, memiliki makna kepatuhan kita kepada kehendak Allah dengan mengorbankan sesuatu yang kita sayangi dari kehidupan ini. Dalam hal ini, mengorbankan hal yang kita cintai direpresentasikan dengan mencukur rambut.
  • Melempar Jumrah, dapat dimaknai agar kita membuang jauh-jauh segala sifat buruk yang biasa dimiliki setan. Sifat iri, dengki, sombong, takabbur dan sifat-sifat buruk lainnya  merupakan sifat-sifat buruk yang terdapat dalam diri setan yang coba kita hilangkan dengan cara melempar jumrah.
Karena itulah, sebelum melaksanakan ibadah haji, para jamaah calon haji perlu meningkatkan pemahamannya tentang tatacara pelaksanaan ibadah haji dengan sebaik-baiknya. Baik dengan membaca buku-buku yang berkenaan dengan ibadah haji, maupun bertanya kepada orang yang memahami tentang ibadah haji tersebut.
Semoga haji yang akan dilaksanakan ummat Islam memperoleh haji yang mabrur.
امـِـيْــنَ يَـا رَبَّ الـْعـَالـَمِـيْـنَ

Selasa, 10 September 2013

Puisi Haji

Bersama Jama'ah Umroh dari Mesir
SELAMAT JALAN JAMA’AH HAJI INDONESIA
Buah Karya: Drs. H. Khairul Akmal Rangkuti

Dihamparan Bumi nan luas terbentang
Dihiasi bukit bebatuan terjal dan tajam
Panas membakar penuh tantangan
Tiada tumbuhan yang subur berkembang
Seolah tiada tanda-tanda kehidupan

Disanalah Hajar berjuang untuk kehidupan
Isak tangis Ismail yang sedang kehausan
Gundah terasa hati sang Bunda
Hajar berlari mencari seteguk air
Bukit Sofa dan Marwah dituju penuh harapan
Namun…… air yang dicari tak kunjung ia dapatkan
Ia letih……. Ia lesu……. Ia lunglai

Allah yang agung maha kuasa
Air Zam - Zam terpancar sebagai tanda kehidupan
Mulialah Engkau ya Allah yang maha Rahman
Engkau tunjukkan tanda kebesaranmu
Bumi yang gersang tandus dan sunyi
Menjadi tumpuan harapan untuk kehidupan

Kabilah dan suku mulai berdatangan
Menata kehidupan untuk masa depan
Kini…… Makkah menjadi tempat tujuan
Berjuta insan hadir disana
Memenuhi panggilan Allah ‘Azza wa Jalla
Menunaikan ibadah haji rukun Islam ke lima

Muslim berkumpul dengan satu tujuan
Mengharap Ridha Ilahi juga ampunan
Labbaik Allahumma Labbaik  -  Labbaik Allahumma Labbaik
Talbiyah berkumandang sungguh menggetarkan jiwa
Kami datang ya Allah……………
Kami datang  memenuhi panggilanmu

Rutinitas ibadah Haji penuh makna Filosofi
Pakaian ihram lambang hidup sederhana
Thawaf  mengelilingi Ka’bah bermakna tanda keta’atan
Sa’i diantara Shafa dan Marwah…….. Bermakna perjuangan penuh tantangan
Wukuf di ‘Arafah……. Itulah bentuk miniatur kehidupan Padang Mahsyar
Bermalam di Muzdalifah dan mengambil batu...........
Itulah lambang siaga perang melawan godaan kehidupan
Kalimat Allahu Akbar dikumandangkan
Pertanda kemenangan telah didapatkan
Melalui perjuangan penuh rintangan

Wajah berseri menghiasi diri
Perjuangan suci telah dipenuhi
Melalui pelaksanaan ibadah haji
Semoga diri menjadi suci
Ampunan diperoleh dari Ilahi
Mabrurlah kiranya ibadah hajimu wahai saudaraku..................!

Ya Allah, yang maha terpuji
Melalui Puisi ini kusampaikan untaian doa penuh harapan
Mudahkan mereka dalam melaksanakan ibadah haji
Selamatkankan mereka saat pergi dan kembali
Selamat jalan wahai tamu yang dinanti
Selamat jalan wahai saudaraku
Amiiiiin………………………….. !

Senin, 09 September 2013

Ahmad Azro'i Hasibuan Berangkat Menunaikan Ibadah Haji



Berkah Al-Qur’an, Ahmad Azro’i Hasibuan S.Pd.I
Berangkat Menunaikan Ibadah Haji
Kebenaran janji Allah dan RasulNya terhadap orang-orang yang mempelajari dan mengamalkan isi kandungan Al-Qur’an telah banyak terbukti, diantaranya bagi para Qori’-Qori’ah yang telah meraih prestasi dibidang seni baca Al-Qur’an dalam mengikuti Musabaqah Tilawatil Qur’an.
Ahmad Azro'i Hasibuan S.Pd.I
Saat ini banyak Kepala Daerah yang menyiapkan hadiah Ongkos Naik Haji bagi pemenang yang meraih prestasi dalam kegiatan MTQ. Dalam hal ini termasuk Walikota Medan yang memberikan Ongkos Naik Haji bagi beberapa orang pemenang MTQ, salahsatunya adalah Ahmad Azro’i Hasibuan S.Pd.I, yang hari ini ( senin, 9 September 2013 ) masuk Asrama haji dan Insya Allah besok ( selasa, 10 September 2013) akan terbang menuju Arab Saudi untuk menunaikan ibadah haji.  
Pasilitas yang diperoleh oleh para Qori’-Qori’ah tersebut, tidak terlepas dari keberkahan mendalami dan mengamalkan Al-Qur’an, sehingga atas izin Allah mereka dapat melaksanakan ibadah haji, seperti Ahmad Azro’i Hasibuan yang tahun ini berangkat menunaikan ibadah haji.
Penulis merasa bersyukur atas keberangkatannya menunaikan ibadah haji pada tahun ini, karena beliau adalah salah satu anak didik Penulis dalam bidang seni baca Al-Qur’an.  Untuk itu kepada Qori-Qori’ah, khususnya yang tergabung dalam “ Wadah Silaturrahmi Qori-Qori’ah” (WASIQOH) Sumatera Utara, saya menghimbau agar tetap bergairah dan tekun dalam mempelajari, mendalami dan mengamalkan Al-Qur’an. Sebab, janji Allah dan Rasulnya terhadap orang-orang yang menjadi “ Hamalatul Qur’an “ pasti benar adanya. Namun perlu disadari bahwa mempelajari Al-Qur’an dan mengikuti MTQ hendaknya bukan bertujuan agar memperoleh ongkos naik haji, tetapi yakinlah kalau Allah menghendaki tentu segala pintu untuk itu bisa dibuka oleh Allah. Ingatlah firman Allah dalam Al-Qur’an:
......... وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجاً ﴿٢﴾ وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْراً ﴿٣﴾
 “Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu”. ( Q.S. At-Tholaq 2-3 ).
Saya berdoa semoga Qori-Qori’ah khususnya yang tergabung dalam “ Wadah Silaturrahmi Qori-Qori’ah” (WASIQOH) Sumatera Utara, mendapat kesempatan yang sama untuk menunaikan ibadah haji seperti Ahmad Azro’i Hasibuan.
Kepada Ahmad Azro’i Hasibuan, saya ucapkan selamat jalan menuju Haramain, semoga Allah memberi kemudahan dalam melaksanakan segenap rangkaian ibadah haji yang akan dilaksanakan, dan semoga menjadi haji yang Mabrur ( yang berterima di sisi Allah SWT ).
 امـِـيْــنَ يَـا رَبَّ الـْعـَالـَمِـيْـنَ

Harapan kami tentunya, masukkanlah nama kami dari setiap kebaikan dalam do’a yang kamu pinta Kepada Allah.

Minggu, 08 September 2013

Memahami Nilai-Nilai Ibadah Haji

NILAI-NILAI SUFISTIK IBADAH HAJI
           
I. Ibadah Haji Dapat Ditinjau Dari Dua Sisi:
  1. Syari’at ( Makna formal ), menyangkut masalah syarat, wajib dan rukun haji yang berkaitan dengan penilaian sah atau tidaknya ibadah haji seseorang. 
  2. Hakikat ( Makna bathin ), menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan makna ibadah secara bathiniyah untuk dapat merasakan hikmah dari nilai-nilai ibadah dalam kehidupan seseorang, dan diharapkan dapat membentuk kepribadian yang baik lewat tempaan ibadah yang dilaksanakan, karena itu pendekatan ibadah melalui nilai-nilai bathiniyah sangat penting, karena secara mendasar dapat merasakan nilai-nilai sufistik dalam ibadah tersebut.
 II. Proses Sederhana Dalam Pelaksanaan Ibadah Haji: 
  1. Memenuhi undangan Allah. 
  2. Praktikum menjadi hamba Allah yang sempurna  
  3. Geladi resih  mempersiapkan diri untuk  menghadap kepada Allah yang sesungguhnya.

III. Tahapan Kegiatan Pelaksanaan Ibadah Haji:
  1.  Buka dan ganti pakaian kebesaran dengan pakaian kematian. 
  2. Mandi dan sucikanlah badan sebagai persiapan untuk pensucian jiwa.  
  3. Gunakan pakaian ihrom, karena itulah pakaian yang sesungguhnya. 
  4. Shalatlah dua raka’at dan mantapkan tekad.  
  5. Pasang niat, kuatkan ikrar.  
  6. Kumandangkan Talbiyah sebagai tanda menyahuti panggilan Allah dan sebagai tanda pengukuhan tujuan anda datang.  
  7. Laksanakan Thawaf di Ka’bah mulia untuk sadarkan diri bahwa tujuh hari dalam seminggu harus di isi dengan nilai-nilai ketaatan.  
  8. Laksanakan Sa’i antara Bukit Shofa dan Marwah dengan menyadari bahwa hidup harus penuh dengan perjuangan.  
  9. Sadarkan diri saat wukuf di Padang Arofah bahwa wukuf di Padang Arofah adalah tamsilan bentuk miniatur kehidupan Padang Mahsyar.  
  10. Melontar Jumroh di Mina sebagai lambang membuang jauh-jauh nafsu syaitoniah dari dalam diri kita. 
  11. Melaksanakan Thawaf Wada’ (perpisahan), untuk menyadarkan diri bahwa setiap perpisahan hendaknya bernilai dengan kebaikan. Terlebih pada saat berpisah dengan dunia, sejatinya kita dalam keadaan husnul Khotimah.