Kamis, 31 Maret 2011

Teladan Dari Wanita Sholihah

WANITA JELATA


Firman Allah dalam Surat An-Nisa’ 59:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ أَطِيعُواْ اللّهَ وَأَطِيعُواْ الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللّهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya “.

Dikisahkan bahwa, seorang Gubernur pada zaman Khalifah Al-Mahdi, pada suatu hari mengumpulkan sejumlah tetangganya dan menaburkan uang dinar dihadapan mereka. Semuanya saling berebut memunguti uang itu dengan suka cita. Kecuali seorang wanita kumal, berkulit hitam dan berwajah buruk. Ia terlihat diam saja dan tidak bergerak, sambil memandangi para tetangganya yang sebenarnya lebih kaya dari dirinya, tetapi berbuat seolah-olah mereka orang-orang yang kekurangan harta.
Dengan keheranan sang Gubernur bertanya, "Mengapa engkau tidak ikut memunguti uang dinar itu seperti tetangga engkau?" Perempuan yang bermuka buruk itu menjawab, "Sebab yang mereka cari uang dinar sebagai bekal dunia. Sedangkan yang saya butuhkan bukan dinar melainkan bekal akhirat." "Maksud engkau?" tanya sang Gubernur mulai tertarik akan kepribadian perempuan itu. "Maksud saya, uang dunia sudah cukup. Yang masih saya perlukan adalah bekal akhirat, yaitu shalat, puasa dan zikir. Sebab perjalanan di dunia ini amat pendek dibanding dengan pengembaraan di akhirat yang panjang dan kekal.
Dengan jawaban seperti itu, sang Gubernur merasa telah disindir tajam. Ia insaf, dirinya selama ini hanya sibuk mengumpulkan harta benda dan melalaikan kewajiban agamanya. Padahal kekayaannya melimpah rauh, tak kan habis dimakan keluarganya sampai tujuh keturunan. Sedangkan umurnya sudah di atas setengah abad, dan Malaikat Izrail sudah mengintainya.
Akhirnya sang Gubernur jatuh cinta kepada perempuan lusuh yang berparas buruk. Kabar itu tersebar ke segenap pelosok negeri. Pembesar dan pejabat di negri itupun tidak habis pikir, bagaimana seorang Gubernur bisa menaruh hati kepada perempuan jelata bertampang jelek itu.
Maka pada suatu kesempatan, mereka diundang oleh Gubernur dalam sebuah pesta mewah, juga para tetangga, termasuk wanita yang membuat heboh tadi. Kepada mereka diberikan gelas Crystal yang bertahtakan permata, berisi cairan anggur segar. Gubernur lantas memerintahkan agar mereka membanting gelas masing-masing. Semuanya terbengong dan tidak ada yang mau menuruti perintah itu. Namun, tiba-tiba terdengar bunyi berdenting, para yang hadir berpikir, ada orang gila yang melaksanakan perintah itu. Dia adalah perempuan yang berwajah buruk. Di kakinya pecahan gelas berhamburan sampai semua orang tampak terkejut dan keheranan.
Gubernur lalu bertanya, "Mengapa kamu banting gelas itu?" Tanpa takut wanita itu menjawab, "Ada beberapa sebab. Pertama, dengan memecahkan gelas ini berarti berkurang kekayaan Tuan. Tetapi, menurut saya hal itu lebih baik daripada wibawa Tuan berkurang karena perintah Tuan tidak dipatuhi." Gubernur terkesima. Para tamunya juga kagum akan jawaban yang masuk akal itu. Sebab lainnya?" tanya Gubernur. Wanita itu menjawab, "Kedua, saya hanya men-taati perintah Allah. Sebab di dalam Al-Qur’an Allah memerintahkan agar kita mematuhi Allah, RasulNya, dan para penguasa. Sedangkan Tuan adalah penguasa, atau Ulil Amri, maka dengan segala resikonya saya laksanakan perintah Tuan." Gubernur semakin takjub. Demikian pula para tamunya. "Masih ada sebab lain?" Perempua itu mengangguk dan berkata, "Ketiga, dengan saya pecahkan gelas itu, orang-orang akan menganggap saya gila. Namun, hal itu lebih baik buat saya. Biarlah saya dianggap gila daripada tidak melakukan perintah Gubernurnya, yang berarti saya sudah berbuat durhaka. Tuduhan saya gila, akan saya terima dengan lapang dada daripada saya dituduh durhaka kepada penguasa saya. Itu lebih berat buat saya.
Maka ketika kemudian Gubernur mengalami musibah dengan wafatnya istri beliau, Gubernur melamar perempuan yang buruk rupa itu lalu menikahinya. Semua yang mendengar berita tersebut merasa sangat gembira, karena Gubernur mereka memperoleh jodoh seorang wanita yang tidak saja taat kepada Allah dan RasulNya, tetapi juga taat kepada Gubernurnya dan sekaligus taat kepada suaminya.
Subhanallah……………..! 
Ketaatan itu bukan terletak pada ketampanan dan kecantikan seseorang, tetapi terletak pada kedalaman iman dan pemahaman ke-agamaan seseorang.
Semoga kita dapat mengambil pelajaran dari kisah ini.