Rabu, 17 Oktober 2012

Materi Khutbah Idul Adha 1433 H


MENGHAYATI PELAKSANAAN IBADAH HAJI DAN QURBAN
MENUJU KERIDHAAN ALLAH
Drs. H. Khairul Akmal Rizar Rangkuti
اَلسَّلاَمَ عَـلـَـيْـكـُمْ وَرَحْـمَة ُ الله ُ وَبَـرَ كـَاتـُـهُ.
اَللهُ اَ كـْبَـرُـ اَللهُ  اَ كـْبَـرُـ  اَللهُ  اَ كـْبَـرُـ  لاَاِلـَهَ اِلاَّ اللهُ وَ اَللهُ  اَ كـْبَـرُ  اَللهُ  اَ كـْبَـرُ  وَ  ِللهِ الـْحَـمْـدُ .
اَلـْحَـمْـدُ ِللهِ الَّـذِيْ جَعَـلَ هـَذ َا الْـيـَوْمَ مِـنْ اَعْـظَـِم اْلاَيَّـامِ وَمِـنْ شَعَائِــِر اللهِ . اَشْهَـدُ اَنْ لاَ اِلـَهَ اِلاَّ  اللهُ الـْمَـلِـكُ الْحَقُّ الْـمُـِبـيْـنُ. وَاَشْهَـدُ اَنَّ سَــِيّـدَنَـا مُحَـمَّـدًا عَـبْـدُهُ وَرَسُــْولـُهُ اْلاَمِـيْـن‘ اَلـْمَـبْـعُـوْثُ رَحْـمَـة ً ِلـلْعَالـَمِـيْـنَ. اَلـَّلهُـمَّ صَـلِّ وَسَـلِّـمْ عَـلىَ سَــِّيـدِنـَا مُـحَـمَّـدٍ وَعَـلىَ اَلِـهِ وَاَصْحَا ِبهِ اَجْـمَـعِـيْـنَ.  اَمَّـا بَـعْـدُ فـَيَا عِـبَـادَ اللهِ، اُوْصِـيْـكُـمْ وَاِيَّـايَ  ِبـتـَـقـْوَى اللهِ فـَقــَـدْ فـَازَ الـْـمُـتـَّـقـُوْنَ.  قـَالَ اللهُ تـَـعَالىَ فِى الـْـقـُرْ آ نِ الـْكَــِريْـمِ : إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ مُبَارَكاً وَهُدًى لِّلْعَالَمِينَ  فِيهِ آيَاتٌ بَيِّـنَاتٌ مَّقَامُ إِبْرَاهِيمَ وَمَن دَخَلَهُ كَانَ آمِناً وَلِلّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلاً وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ الله غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ.
 وَقـَالَ نـَـعَـالىَ : اِنـَّا اَعْــطَـيْـنـكَ الـْـكـَوْ ثـَرَ،  فـَصَـلّ ِ  ِلـرَ ِبّـكَ وَانْحَـرْ  اِ نَّ شَا نِـئـَـكَ هُـوَا ْلاَبْـتـَرُ 
 صَـدَقَ اللهُ الـْعَـظِـيْـم.                                                                                        
Kaum Muslimin jam’ah shalat Idul Adha yang dimuliakan Allah.......!
Tiada ucapan yang pantas untuk kita ungkapkan kecuali ucapan puji dan sanjung yang setinggi-tingginya kepada Allah yang maha agung dan mulia, karena pada hari ini kita masih diberiNya kesempatan untuk ikut merayakan hari Raya ‘Idul Adha 1433 H. Rasa syukur kita itu ditandai dengan usaha untuk meningkatkan iman dan takwa kepada Allah, serta memuji dan menyanjung kebesaran Allah dengan mengumandangkan alunan takbir, tahmid, taqdis dan tahlil.
Shalawat berangkaikan salam kita sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW. Sebagai seorang tokoh reformis yang pengaruh ajaran dan kontribusinya terhadap perkembangan peradaban manusia sangat besar sekali. Semoga kesejahteraan tetap dilimpahkan Allah kepada ruh yang mulia ini, dan semoga kita sebagai ummatnya mendapat syafaatnya dihari kiamat kelak, yang pada hari itu pangkat dan jabatan, harta kekayaan tidak ada lagi artinya.
Hadirin rohimakumullah...............!
Bulan Dzulhijjah adalah bulan yang di dalamnya terdapat syi’ar-syi’ar agama Allah. Diantaranya adalah, bahwa pada bulan ini disyari’atkan Allah kepada ummat Islam untuk menunaikan ibadah haji dan ibadah qurban.
Ibadah haji maupun ibadah qurban, kedua-duanya mempunyai nilai ibadah yang tinggi di sisi Allah, dan kedua ibadah ini tidak terlepas dari nilai-nilai sejarah dari ummat terdahulu, khususnya Nabi Ibrahim dan keluarganya.
Ibadah haji adalah urutan terakhir dari rukun Islam yang lima. Apabila rukun Islam yang lima di ibaratkan seperti sebuah bangunan, maka bangunan itu baru akan kokoh apabila pundasi dan tiang serta segenap komponen yang berkaitan dengan bangunan tersebut saling menopang antara satu dengan lainnya. Demikian pula dengan rukun Islam yang lima, tidak boleh terpisah antara yang  satu dengan yang lain, kecuali ada sebab dan alasan yang dibenarkan oleh hukum syar’i  untuk tidak melaksanakan salah satu dari rukun Islam tersebut.
Rumah yang dibangun harus mempunyai pundasi yang kuat agar tiang dan segenap komponen yang berkaitan dengan bangunan tersebut dapat dipancangkan dengan kokoh, sehingga siapapun yang menempati rumah tersebut akan merasa nyaman. Demikian pula dengan keislaman seseorang, bahwa dia harus memiliki keyakinan/aqidah yang kuat agar kehidupannya dalam menjalankan agama menjadi baik. Syahadatain atau duakalimah syahadah apabila diibaratkan seperti bangunan, adalah ibarat pundamen dari kehidupan beragama seseorang. Apabila aqidah seseorang sudah kokoh, tentu kehidupan beragama orang tersebut akan kokoh pula. Hikmahnya tidak lain adalah,  bahwa orang tersebut akan selalu siap melaksanakan segenap perintah Allah dan selalu berupaya untuk meninggalkan segala yang dilarang oleh Allah SWT.
Kaum Muslimin yang dirahmati Allah...............!
Selanjutnya, shalat diibaratkan tiangnya. Apabila tiang suatu bangunan sudah kuat, tentu segala komposisi bangunan akan bertambah kuat. Zakat, diibaratkan jendela, dari sana akan selalu masuk udara segar yang membuat penghuni rumah tersebut akan merasa nyaman dan menjadi betah untuk tinggal menetap di rumah tersebut. Sedangkan puasa adalah ibarat pagar. Rumah yang memiliki pagar akan menambah keindahan, sekaligus menjadi benteng pengaman bagi penghuni yang tinggal di dalamnya. Dalam ajaran Islam puasa juga adalah sebagai benteng bagi orang yang beriman, dalam hal ini Rasul bersabda    اَ لصَّـوْمُ جَـنَّـة ٌ  “ artinya: “puasa itu adalah sebagai benteng. Maksudnya, dengan ibadah puasa seseorang akan terlatih untuk mengendalikan diri dari segala godaan. Hikmahnya diharapkan bisa membentuk kepribadian yang baik bagi seseorang dalam kehidupan sehari-hari, inilah yang dimaksud bahwa puasa dapat menjadi benteng atau pagar dalam kehidupan seseorang.
Ibadah haji adalah ibarat atap bagi suatu bangunan, karena apabila bangunan yang tidak memiliki atap tentu keadaan rumah tersebut belum sempurna atau belum selesai pembangunannya. Begitu juga dengan ibadah haji, ibadah ini sebagai penutup dari rukun Islam yang lima. Artinya, belum sempurna rukun Islam seseorang apabila belum melaksanakan ibadah haji. Akan tetapi Allah maha bijaksana dalam memerintahkan ibadah haji ini, yang perintah untuk melaksanakan haji ini ditujukan kepada orang-orang yang memiliki kemampuan untuk melakukan perjalanan ke Makkah Al-Mukarromah. Hal ini tercantum dalam firman Allah pada surat Ali Imran ayat 97:
وَ ِللهِ عَـلىً ا لنـَّا  ِس حِِـجُّ الـْـبَـيْتِ مَـن ِ اسْـتـَطـَاعَ اِلـَـيْـهِ سَــِبـيْلا ً وَمَـنْ كـَـفـَـَرفـَاِ نَّ اللهَ غـَـنِيٌّ عَـن ِ الـْـعَـا لـَمِـيْـنَ.........
Artinya: “ Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu bagi orang-orang yang sanggup melakukan perjalanan ke Baitullah” ( Q. S. Ali Imran: 97 ).
Kaum Muslimin yng saya muliakan..............!
Sebagaimana yang telah dikemukakan, bahwa ibadah haji tidak terlepas dari nilai-nilai sejarah, yang pelaksanaannya lebih terarah kepada kegiatan fisik, dan tempat-tempat pelaksanaannya banyak mengandung nilai-nilai sejarah.
Seperti: Ka’bah, adalah tempat ibadah yang tertua sepanjang perkembangan sejarah, yang di sekelilingnya digunakan tempat pelaksanaan thawaf. Hal ini dijelaskan Allah melalui firmanNya dalam Al-Qur’an:
إِنَّ أَوَّلَ بَـيـْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بـِبَـكّـَةَ مُـبَـارَ كـًًا وَهُـدًى لِلْعَـالـَمِـيْـنَ
Artinya : “ Sesungguhnya rumah yang pertama sekali dibangun untuk tempat beribadah bagi manusia ialah Baitullah  di Makkah yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi sekalian alam” ( Q.S. Ali Imran: 96 ).
Begitu pula dengan pelaksanaan Sa’i (Berjalan antara bukit Shofa dan Marwah sebanyak 7 kali), tidak terlepas dari kenangan sejarah. Yaitu, sejarah Hajar sebagai isteri Nabi Ibrahim yang berlari-lari dari bukit Shofa ke bukit Marwah mencari air untuk puteranya Ismail yang sedang kehausan.
Wukuf di Padang ‘Arafah, mengenang kembali sejarah pertemuan Adam dan Hawa setelah lama berpisah, dan pelaksanaan melontar jumrah di Mina mengenang kembali betapa gigihnya Nabi Ibrahim dan Ismail melawan godaan syaitan yang berusaha menggagalkan pekerjaan Nabi Ibrahim melaksanakan perintah Allah untuk menyembelih puteranya Ismail, sehingga keduanya melempari syaitan di tempat jama’ah haji saat ini melempar jumrah.
Dari ungkapan di atas dapat dikatakan bahwa pelaksanaan ibadah haji merupakan pekerjaan menapaktilas kembali dari sejarah hidup Nabi-Nabi yang terdahulu, khususnya Nabi Ibrahim dan Ismail, dan sampai saat ini ummat Islam terus berbondong-bondong memenuhi panggilan Allah untuk menunaikan ibadah haji. Dengan demikian sangat terasa sekali kebenaran firman Allah yang tercantum dalam Al-Qur’an surat Al-Hajj ayat 27:

وَاَذِ ّنْ فِى النـَّـا  ِس بـِا لـْحَجِّ يَـأ ْ تـُـوْ كَ  ِرجَالاً وَّعَـلىَ كـُــلّ ِ ضَا مِـــٍر يَـأ ْ تِـيْـنَ مِـنْ كـُـل ِّ فـَجّ  ٍعَـمِـيْـقٍ
Artinya : “ ( Perintah Allah kepada nabi Ibrahim ) Dan berserulah kepada manusia untuk melaksanakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengenderai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh.”
Apa yang difirmankan Allah telah nyata kebenarannya. Saat ini kita dapat menyaksikan betapa besarnya pengaruh panggilan Nabi Ibrahim yang diperintahkan Allah tersebut, kendati sudah beribu tahun lamanya tetapi semangat ummat Islam untuk memenuhi panggilan menunaikan ibadah haji ini tetap membara, hal ini terbukti bahwa setiap tahun jama’ah haji dari seluruh dunia tetap bertambah.
Hadirin yang dimulikan Allah ..............!
Disamping ibadah haji yang tidak terlepas dari aspek sejarah, disisi lain rutinitas pelaksanaan ibadah haji ini mengandung nilai-nilai filosofi. Nilai-nilai filosofi ini bila dihayati akan dapat membentuk watak dan karekteristik yang baik terhadap kepribadian seseorang.
Makna filosofi yang dimaksud antara lain adalah, Pakaian Ihram yang dikenakan adalah sebagai lambang hidup sederhana dan menimbulkan kesadaran bahwa saat menghadapi kematian nanti tiada harta yang dibawa kecuali kain kapan yang tidak berjahit, semua harta kekayaan akan ditinggalkan, begitu juga dengan status sosial dan pangkat jabatan tidak akan dibawa. Dengan kata lain, dengan mengenakan pakaian ihram, sesungguhnya seseorang sedang latihan menghadapi kematian.
Thawaf mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali putaran, dapat dimaknai sebagai tanda ketaatan seseorang yang dalam kehidupan tujuh hari dalam satu minggu harus di isi dengan pengabdian dan ketaatan kepada Allah.
Sa’i atau berjalan dari bukit Shofa ke bukit Marwah, memiliki makna perjuangan dalam kehidupan yang penuh tantangan.
Pelaksanaan wukuf di Padang Arafah merupakan bentuk miniatur kehidupan padang Mahsyar.
Bermalam di Muzdalifah dan mengambil batu bermakna lambang untuk siaga menghadapi perang melawan godaan hidup, dan kalimat Allahu Akbar dikumandangkan sebagai pertanda kemenangan telah dicapai.
Kaum Muslimin yang saya muliakan..............!
Melalui perjuangan yang begitu berat dalam pelaksanaan ibadah haji dan mengorbankan harta yang tidak sedikit maka sangat wajar kalau ibadah haji mempunyai nilai yang tinggi di sisi Allah, karena orang yang melaksanakan ibadah haji adalah sebagai tamu yang sedang memenuhi undangan Allah. Tamu yang sopan dan dapat menyesuaikan diri dengan kehendak yang punya rumah dia akan mendapat kemuliaan dari yang punya rumah bahkan dijamu dengan hidangan makanan yang lezat.
Demikian juga dengan jama’ah haji yang mematuhi peraturan dari pelaksanaan ibadah haji, maka Allah akan membuka pintu keampunan dan menyiapkan syurga untuk hamba-hambanya yang ikhlash dalam melaksanakan ibadah haji tersebut, dan ini adalah merupakan garansi langsung dari Nabi Muhammad Saw. Melalui sabdanya :
اَ لـْحَجُّ الـْـمَـبْـرُوْرُ لـَـيْـسَ لـَهُ جَـزَاءٌ اِلاَّ الـْجَـنـَّــة َ
Artinya, Haji yang mabrur tiada balasan yang pantas untuk diberikan Allah kecuali Syurga“.
Sebab itu, sangat wajar bila setiap tahun kaum muslimin dari seluruh dunia berbondong-bondong pergi ke Baitullah untuk melaksanakan ibadah haji dengan mengeluarkan dana yang tidak sedikit demi untuk mencapai keampunan dari Allah SWT.
Kaum Muslimin yang saya muliakan..............!
Di atas telah dikemukakan bahwa pada bulan Dzulhijjah ini penuh dengan syi’ar- syi’ar agama Allah, yang di dalamnya ada perintah Allah bagi ummat Islam untuk melaksanakan ibadah haji. Di sisi lain, ibadah yang tidak kalah pentingnya adalah perintah Allah untuk melaksanakan  ibadah qurban. Maksudnya menyembelih binatang, baik kambing atau binatang yang dibenarkan untuk disembelih sebagai pelaksanaan qurban, yang tujuannya untuk mendekatkan diri kepada Allah dan dagingnya dibagi-bagikan kepada fakir-miskin, kaum kerabat dan jiran tetangga.
Membicarakan masalah qurban, sekurang-kurangnya ada empat aspek kajian yang dapat dekemukakan.
Pertama: Aspek sejarah.
Perintah qurban ini sebenarnya dimulai sejak perkembangan manusia pertama di bumi ini, yaitu masa Nabi Adam A.S., dimana dua orang putera beliau diperintahkan Allah untuk melaksanakan qurban.
Kisah ini berawal, karena terjadi sengketa antara dua orang putera Nabi Adam yang saling berebut untuk mendapatkan seorang wanita menjadi pasangan hidup masing-masing.
Dikisahkan........ Nabi Adam mempunyai banyak anak, setiap lahir anaknya kembar, salah satunya adalah Qobil yang mempunya kembaran bernama Iqlima, dan satu lagi putera beliau bernama Habil yang mempunyai kembaran Labuda.
Syari’at yang ada pada masa itu, antara saudara kandung dibolehkan untuk menikah. Hal ini tentu dapat dimaklumi, karena manusia yang ada pada masa itu baru Nabi Adam beserta anak-anaknya. Hanya saja pernikahan itu tidak dibenarkan untuk menikah dengan sesama kembarannya, harus dengan kembaran saudaranya yang lain.
Nabi Adam menikahkan anak-anaknya dengan perkawinan silang, Qobil harus menikah dengan Labuda yang paras dan penampilannya kurang menawan, sementara Habil dinikahkan kepada Iqlima yang parasnya cantik dan menawan. Qobil tidak menerima keputusan tersebut karena kembarannya yang cantik dan menawan dinikahkan kepada Habil.
Peristiwa ini diserahkan kepada Allah, dan Allah memerintahkan kepada keduanya untuk menyerahkan qurban masing-masing dengan ketentuan, qurban siapa yang diterima Allah maka dialah yang berhak untuk menjadikan Iqlima sebagai isteri. Ternyata qurban yang diterima Allah adalah qurban Habil, dengan demikian dialah yang berhak untuk menjadikan Iqlima sebagai isteri. Namun keputusan ini tidak diterima Qobil, dengan rasa kecewa dan dibarengi dengan emosi yang tidak terkendali akhirnya Qobil membunuh Habil dan inilah pembunuhan  pertama yang terjadi dalam sejarah kehidupan manusia. Cerita ini diabadikan Allah di dalam Al-Qur’an pada surat Al-Maidah ayat 27.
وَاتـْـلُ عَـلـَيْهـِـمْ  نـَبَـا َبْـنـَيْ اَ دَ مَ  بـِا لـْحَــِقّ  اِذ ْ قـَرَّبـَا قـُـرْ بـَانـًا فـَتـُـقـُـبـِّـلَ مِـنْ اَحَـدِهـِـمَـا وَلـَمْ يـُـتـَـقـَـبــَّـلْ مِـنَ ا ْْلاَخـَـرَ قـَا لَ  َلاَ قـْـتـُـلـَـنـَّـكَ  قـَا لَ اِ نـَّـمَـا يَـتـَـقـَـبـَّـلُ اللهَ مِـنَ الـْمُـتـَّـقـِـيْـنَ
Artinya : “ Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam ( Habil dan Qobil ) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan qurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua ( yaitu qurban milik Habil ) dan tidak diterima dari yang lain ( yaitu qurban milik Qobil ). Ia berkata ( maksudnya Qobil ), aku pasti membunuhmu. “ Habil berkata “. Sesungguhnya Allah hanya menerima ( Qurban ) orang-orang yang bertaqwa” ( Q.S. Al-Maidah: 27 ).
Inilah sejarah qurban yang pertama terjadi di bumi ini. Adapun qurban yang di syari’atkan Allah kepada kita sebagai ummat Nabi Muhammad adalah merupakan warisan langsung dari qurban yang dilaksanakan oleh Nabi Ibrahim, baik ditinjau dari jenis binatang yang dijadikan qurban maupun dari waktu pelaksanaannya yaitu pada bulan Zulhijjah.
Kedua: Aspek Hukum.
Ulama berbeda pendapat dalam masalah hukum menyembelih qurban, ada yang berpendapat hukumnya wajib, ada yang berpendapat sunnat muakkad, artinya sunnat yang sangat dianjurkan kepada orang-orang yang mempunyai kemampuan.
Ketiga: Aspek Ubudiyah.
Kata qurban berasal dari akar kata “ qoroba “ artinya mendekat. Dengan demikian berqurban artinya berusaha untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan menyembelih binatang qurban. Oleh karenanya orang yang melaksanakan qurban harus didasari dengan keikhlasan, semata-mata karena menjunjung tinggi perintah Allah SWT.
Seperti yang telah dikemukakan, bahwa pelaksanaan qurban yang kita laksanakan adalah merupakan warisan langsung dari pelaksanaan qurban yang dilaksanakan oleh Nabi Ibrahim A.S.
Dikisahkan bahwa Nabi Ibrahim diperintahkan Allah untuk menyembelih puteranya Ismail. Kisah ini terangkum dalam firman Allah surat As-shofat ayat 102-107.
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِن شَاء اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ ﴿١٠٢﴾ فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ ﴿١٠٣﴾ وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ ﴿١٠٤﴾ قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ ﴿١٠٥﴾ إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلاء الْمُبِينُ ﴿١٠٦﴾ وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ ﴿١٠٧﴾
Artinya: “ Maka tatkala anak itu telah sampai ( pada umur sanggup ) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “ Anakku sayang, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu” Ia menjawab: Wahai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.Tetkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya di atas pelipisnya ( nyatalah kesabaran keduanya ). Dan kami panggillah dia : Hai Ibrahim : Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu, sesungguhnya demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhya ini benar-benar suatu ujuan yang nyata. Dan kami tebus anak itu dengan seekor binatang sembilahan yang besar.
Dari kisah ini ada hal yang sangat menarik untuk dapat kita jadikan pelajaran dalam kehidupan kita, baik untuk kehidupan individu maupun untuk kehidupan dalam keluarga.
Nabi Ibrahim adalah merupakan sosok figur seorang ayah yang penuh dengan kebijaksanaan. Maksudnya, kendatipun Ibrahim mendapat perintah dari Allah, yang perintah tersebut tidak dapat ditawar-tawar lagi dan wajib dilaksanakan, namun Ibrahim tetap bermusyawarah dan bertanya akan pendapat anaknya, Nabi Ibrahim tidak menggunakan hak otoritasnya sebagai seorang ayah dan sebagai pemimpin dalam sebuah keluarga. Di sisi lain Ismail adalah sosok seorang anak yang patuh kepada orang tua, walaupun nyawa akan diserahkan tapi dia tidak goyah, hal ini tentunya disebabkan di lubuk hati Ismail sudah tertanam iman yang kuat, yang mendorong dirinya untuk selalu patuh kepada perintah Allah dan mengabdi kepada orang tua. Kemudian di sisi lain, Hajar adalah sosok seorang ibu yang tabah dan sabar dalam menghadapi segala bentuk cobaan hidup, walaupun dia telah bersusah payah untuk mengasuh puteranya Ismail namun dia tetap ikhlas menyerahkan Ismail untuk di sembelih oleh Ibrahim, karena Hajar menyadari bahwa melaksanakan perintah Allah adalah di atas segala-galanya, untuk itu keikhlasannya berbuah kemuliaan yang diberikan Allah kepadanya dan kepada keluarganya.
Gejala kehidupan dewasa ini menunjukkan, banyaknya dijumpai kehidupan keluarga dalam rumah tangga kurang mendapat keharmonisan, dikarenakan antara ayah dan anak atau anggota keluarga lainnya tidak terjalin keakraban, sehingga cinta dan kasih sayang tidak dirasakan di dalamnya.
Negara ini sangat memerlukan keluarga yang harmonis. Yaitu; ayah yang bertanggung jawab terhadap keluarganya, yang memiliki wibawa dihadapan anggota keluarganya sehingga menjadi idola untuk anak-anaknya.
Negara ini juga membutuhkan seorang  ibu yang lembut dan penuh kasih sayang kepada anak-anaknya, yang dengan sentuhan tangannya yang lembut dibarengi dengan belaian kasih sayang yang tulus sehingga menjadikan anak-anak yang taat kepada Allah dan berbakti kepada ibu dan Bapa. Disisi lain, dihati anak anaknya akan timbul rasa cinta serta hormat kepada ayah dan ibunya.
Negara ini juga mengharapkan anak-anak bangsanya, generasi mudanya yang penuh pengabdian kepada agama, kepada orang tua serta kepada bangsa dan negaranya. Inilah keluarga yang saling merasa rindu bila beberapa saat tidak bertemu dengan sesama anggota keluarganya.
Apabila suatu negara memiliki keluarga-keluarga seperti ini, tentu akan tercipta suasana yang kondusif walau dimanapun kita berada, kedamaian dan ketenteraman akan selalu dirasakan. Bila demikian halnya, insya Allah ridha Allah yang akan meliputi negara ini, bukan murkaNya.
Sayangnya, tidak demikian kenyataannya, banyak rumah tangga yang tidak terbina dengan baik, hubungan orang tua dengan anak-anaknya terkadang tidak harmonis, orang tua tidak lagi menjadi kebaggaan anak-anaknya, disisi lain anak-anak kurang mendapat perhatian dari orang tuanya dikarenakan orang tuanya selalu sibuk dengan berbagai urusan, akhirnya timbul gejala sosial yang buruk, berbuah hal-hal yang tidak baik yang puncaknya adalah kemaksiatan dan kemungkaran terjadi dimana-mana, yang pada akhirnya mendatangkan kemurkaan Allah.
Pelajaran berharga telah banyak kita rasakan, cambuk kemurkaan Allah sudah banyak menimpa kita, gempa bumi  selalu melanda, banjir dimana-mana, angin puting beliung selalu mengancam, kebakaran selalu terjadi, pemanasan global menjadi pembicaraan publik, tauran pelajar menjadi PR ummat. Semua itu harus menjadi evaluasi bagi kita semua, apakah kejadian-kejadian tersebut mutlak semata-mata penomena alam atau ada faktor-faktor Humanisme (kesalahan manusia).
Apakah Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa, atau alam tidak mau lagi bersahabat dengan kita, coba tanya kepada rumput yang bergoyang, demikian ungkapan EBIET G. ADE  dalam lagunya.
Sebutan apakah yang pantas kita katakan terhadap berbagai musibah ini ?. Peringatan Allah-kah?. Cobaan Allah-kah? atau mungkin azab Allah?, atau hanya sebatas penomena alam semata ?. terserah kita semua untuk menilainya. Namun menurut hemat saya, baik peringatan, cobaan, azab, atau penomena alam, itu tidaklah terlalu penting, sebab jawaban untuk itu akan selalu berbeda sesuai dari sudut mana seseorang memandangnya, dan dari sudut disiplin ilmu apa dia mengkajinya. Yang terpenting dari itu semua, sejatinya ummat ini harus mengadakan intropeksi diri. Sebab, boleh jadi perbuatan kita selama ini banyak yang mendatangkan kemurkaan Allah. Di sisi lain harus pula disadari, manakala manusia sudah melampaui batas dalam berbuat kemaksiatan terkadang Allah perlu turun tangan untuk memberi pelajaran agar manusia tidak larut dalam melakukan kemungkaran-kemungkaran. Untuk itu mari kita kembali ke jalan Allah dengan bertaubat dan memperbanyak ibadah kepada Allah, semoga dengan demikian Allah akan memberikan ridhoNya kepada kita.
Keempat: Aspek Sosial.
Dalam pelaksanaan ibadah qurban terdapat aspek sosial. Artinya, daging binatang qurban yang di sembelih dibagikan kepada fakir dan miskin, kaum kerabat maupun jiran tetangga, hal ini adalah merupakan tatanan sosial yang perlu dikembangkan sehingga kesenjangan sosial yang ada ditengah-tengah masyarakat dapat diantisipasi lewat santunan pembagian daging qurban. Bahkan sebenarnya dalam Islam terdapat tatanan yang indah dalam membentuk kehidupan masyarakat, dimana antara orang  kaya dengan orang miskin tidak boleh dipisahkan. Usaha untuk itu, Islam mengajarkan, agar harta yang demiliki oleh orang-orang yang memiliki kelebihan rezeki, menyisihkan sebagian rezeki tersebut untuk orang lain, terutama fakir dan miskin, baik dalam bentuk zakat maupun dalam bentuk sedekah sunnat. Dengan demikian santunan untuk fakir - miskin tidak hanya dalam bentuk pembagian daging qurban yang terjadi pada bulan Dzulhijjah ini, tetapi pada bulan-bulan yang lain nasib fakir-miskin harus menjadi perhatian bersama dari ummat ini. Namun di sisi lain Islam juga mengajarkan, agar manusia harus selalu berusaha dengan sesungguh-sungguh, tidak boleh berpangku tangan hanya mengharap bantuan atau santunan dari orang lain, karena prinsip dalam Islam adalah bahwa tangan yang diatas lebih baik dari tangan yang di bawah.
Kaum Muslimin yang saya muliakan..............!
Dari paparan yang telah dikemukakan dapat di ambil beberapa kesimpulan antara lain:
  1. Bulan Dzulhijjah adalah satu diantara bulan yang di dalamnya terdapat syi’ar agama, yang ditandai adanya perintah Allah untuk melaksanakan ibadah haji dan ibadah qurban bagi ummat Islam yang memiliki kemampuan. 
  2. Ibadah haji dan ibadah qurban merupakan ibadah yang mulia di sisi Allah, bagi Ummat Islam yang melaksanakannya akan diberikan Allah ganjaran pahala yang besar. 
  3. Nilai-nilai pelaksanaan ibadah haji apabila diresapi secara mendalam akan mampu membentuk kepribadian seseorang untuk lebih baik lagi dalam prilaku kehidupan sehari-hari.
  4. Nilai-nilai ibadah qurban akan mengantarkan seseorang untuk lebih dekat kepada Allah dan akan menciptaka kepedulian sosial lewat pembagian daging qurban kepada fakir dan miskin. 
  5. Semangat pengamalan dari nilai-nilai pelaksanaan ibadah haji dan ibadah qurban diharapkan mampu membentuk rasa kebersamaan dikalangan ummat Islam, baik dalam skala nasional maupun internasional.  
  6. Perilaku seorang Muslim hendaknya tetap selalu menjunjung tinggi perintah Allah agar keridhaan Allah senantiasa dicurahkan kepada Ummat Islam.  
  7. Mendalami sejarah kehidupan para Nabi-Nabi mutlak diperlukan, agar kehidupan mereka yang penuh dengan uswatun hasanah dapat menjadi teladan untuk menata kehidupan kita di hari-hari yang akan kita lalui, sehingga jalan kehidupan yang kita tempuh selalu berada dalam panji-panji kebenaran.
Penutup dari khutbah ini mari kita camkan firman Allah yang tercantum dalam Al-Qur’an surat Al-A’rof ayat 96:
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُواْ وَاتَّقَواْ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ وَلَـكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذْنَاهُم بِمَا كَانُواْ يَكْسِبُونَ
Artinya: “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”.
Akhirnya saya ucapkan: “Selamat Hari Raya Idul Adha 1433 H”. Semoga nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dapat kita hayati dan kita amalkan. Semoga Allah meridhai kita semua.
امـِـيْــنَ يَـا رَبَّ الـْعـَالـَمِـيْـنَ
بَـارَ كَ اللهُ لِـيْ وَ لـَـكـُـمْ فِى الـْـقـُـرْ آ ِن ا لـْـعَـظِـيْـمِ وَ نَـفـَـعَـنِـيْ وَ اِ يـَّـا كـُـمْ بـِـمَـا فِـيْهِ مِـنَ
ا ْلا يَـاتِ وَ ا لـِذ ّ كـْـرِ ا لْـحَـكِـيْـمِ  وَتــَـقـَـبـَّـلَ مِـنِّيْ وَ مِـنْـكـُمْ تـِـلا َ وَ تـَـه اِ نـَّـه هُــوَ
ا لـسَّــمِــيْــعُ ا لـعَـلـِـيْـمُ  وَ ا لْـحَـمْـدُ ِللهِ رَ بِّ ا لـْـعـَالـَـمِـيْـنَ.

Tidak ada komentar: