Jumat, 05 Agustus 2011

Hikmah Puasa Ramadhan

PUASA MERUPAKAN KEBUTUHAN MANUSIA
( Oleh: Drs. Khairul Akmal Rangkuti )

Ditinjau dari sudut kajian filsafat, ibadah puasa tidak hanya merupakan kewajiban bagi manusia, akan tetapi juga merupakan kebutuhan bagi kehidupan manusia. Dari ungkapan di atas seharusnya timbul pertanyaan apakah manusia perlu melaksanakan puasa ?. Tulisan sederhana ini akan memberikan jawaban tentang pertanyaan diatas, sehingga kita sampai kepada suatu kesimpulan bahwa puasa memang merupakan suatu kebutuhan bagi kehidupan manusia.
Manusia diciptakan Allah memilki tiga potensi dasar yang sangat besar pengaruhnya dalam perkembangan kehidupannya.
Pertama : “ Quwwatul Fikriyah “ .
Yaitu, bahwa manusia memiliki kemampuan untuk berfikir, karena Allah memberikan akal kepadanya, melalui potensi ini manusia dapat menentukan tentang nilai baik dan buruk dalam kehidupannya. Namun harus disadari bahwa kemampuan manusia melalui akal fikirannya dalam menentukan mana yang baik dan mana yang buruk sangat terbatas sekali dengan pengalamannya. Maksudnya, terkadang menurut akal manusia baik ternyata menurut Allah tidak baik. Misalnya; meminum minuman yang memabukkan, berjudi, melakukan seks bebas di luar ikatan pernikahan, mungkin menurut akal manusia baik untuknya, tapi ternyata menurut Allah tidak baik.
Disisi lain kadangkala ada yang dinilai manusia tidak baik dalam kehidupannya ternyata baik menurut Allah, misalnya bersedekah atau mengeluarkan zakat, mungkin manusia memandang bersedekah atau berzakat adalah merugikannya, tapi sesungguhnya perbuatan tersebut adalah perbuatan yang dicintai Allah, karena disamping menimbulkan sikap solidaritas sosial dalam kehidupan bermasyarakat, disisi lain dapat menimbulkan rasa keterpautan hati antara yang kaya dan yang miskin, akhirnya akan menimbulkan rasa kasih sayang antara sesama manusia dalam hidup bermasyarakat.
Disebabkan keterbatasan manusia dalam menentukan baik dan buruk tersebut, maka Allah berkenan menurunkan syari’atnya, agar manusia mempunyai dasar dalam menentukan nilai baik dan buruk, sehingga manusia itu tidak salah dalam menempuh jalan kehidupannya, karena Allah sebagai sang pencipta tidak ingin manusia hidup tanpa memiliki aturan.
Dengan penjelasan diatas dapat dipahami pentingnya agama dalam kehidupan manusia dan agama yang mengatur kehidupan manusia tersebut haruslah agama yang datang dari Allah SWT, sebab Allah sebagai sang pencipta maha mengetahui apa yang dibutuhkan manusia dalam kehidupannya, aturan seperti apa yang dapat memberikan kemaslahatan untuk kehidupan manusia, dengan demikian keberadaan agama dalam kehidupan manusia mutlak diperlukan.
Kedua:Quwwatul Ghadhobiyah “ .
Yaitu, bahwa manusia memiliki pembawaan dasar untuk menolak segala yang merugikan atau yang membahayakan kepada dirinya. Sebagai contoh dapat dikemukakan disini, orang yang tidak pernah belajar ilmu bela diri, dia pasti akan mengelak apabila dia mengetahui ada orang yang akan memukulnya. Dalam posisi ini manusia sama seperti binatang, sebab binatang juga mempunyai pembawaan dasar untuk menghindar dari segala yang membahayakan dirinya, maka dalam hal ini manusia tidak lebih mulia dari bunatang.
Quwwatul Ghadhabiyah ini apabila berkembang dengan baik dan benar dalam kehidupan manusia, maka yang akan timbul adalah hal yang positif, yaitu manusia dalam hidupnya akan selalu memiliki sikap waspada dalam kehidupannya, sebab dia tidak ingin mengalami sesuatu yang membahayakan dalam dirinya. Namun apabila Quwwatul Ghadhabiyah ini berkembang dalam kehidupan seseoang secara berlebihan, maka yang akan timbul dalam kehidupan seseorang adalah hal yang negatif, orang tersebut selalu mununjukkan sikap pengecut, orang yang seperti ini tidak siap menghadapi tantangan dalam kehidupan dan selalu takut dalam mengambil keputusan dalam kehidupannya.
Ketiga:  Quwwatus Syahwiyah “.
Maksudnya manusia mempnyai pembawaan dasar untuk mendapatkan sesuatu yang menguntungkan terhadap dirinya. Dalam tingkatan Quwwatus Syahwiyah ini posisi manusia dan binatang masih sama, hal ini tergantung bagaimana manusia menguasai dorongan Quwwatus Syahwiyah yang berkembang dalam dirinya. Oleh karenanya bila Quwwatus yahwiyah ini berkembang dengan baik dan benar dalam kehidupan seseorang maka hal positiflah yang akan berkembang dalam diri seseorang, orang tersebut akan selalu memiliki sikap dinamis, dia ingin selalu berkembang dan orang yang seperti ini biasanya memiliki ethos kerja yang tinggi, karena dia mengnginkan hari ini harus lebih baik dari hari yang lalu.
Disisi lain bila Quwwatus Syahwiyah ini berkembang secara berlebihan dalam kehidupan seseorang, maka yang akan timbul adalah hal yang negatif, orang tersebut selalu memiliki sifat serakah, biasanya orang yang seperti ini tidak memikirkan apakah orang lain sengsara dan dirugikan karenanya, yang penting buatnya bisa mendapatkan apa yang dia inginkan tanpa berfikir tentang halal dan haram, benar dan salah. Kehidupan seperti ini adalah pola kehidupan binatang, apabila pola kehidupan seperti ini yang berkembang dalam kehidupan manusia maka jadilah kehidupan manusia sama seperti binatang.
Allah sebagai sang pencipta tidak menginginkan manusia hidup seperti binatang, untuk mengantisipasi agar manusia tidak seperti binatang, maka ajaran yang paling ideal untuk menghilangkan perilaku seperti binatang tersebut adalah syari’at puasa, karena puasa membawa hikmah yang banyak dalam pembentukan kepribadian manusia diantaranya melalui hikmah puasa diharapkan sifat-sifat buruk yang dapat berkembang dalam kehidupan seseorang dapat dihilangkan, seperti sifat serakah, egois, mementingkan diri sendiri dan lain sebagainya. Akhirnya akan muncul sifat-sifat yang baik lewat penghayatan ibadah puasa. Bila demikian halnya puasa bukan hanya merupakan kewajiban tapi sebenarnya puasa juga merupakan kebutuhan bagi kehidupan manusia.
Dari tiga potinsi dasar yang dimiliki oleh manusia dalam kehidupannya dapat diketahui tentang pentingnya ibadah puasa tersebut, karena ibadah puasa disatu sisi merupakan ibadah yang diperintahkan Allah untuk dilaksanakan dan targetnya ingin mendapat predikat takwa disisi Allah dan ingin mendapatkan ridhonya, namun disisi lain terdapat hikmah-hikmah yang dapat dirasakan oleh manusia, baik secara individu maupun secara kolektif dalam kehidupan masyarakat. Diantara hikmah yang dimaksud adalah diharapkan terbentuknya sikap solidaritas sosial dalam kehidpan masyarakat, dengan demikian akan berbeda pola kehidupan antara manusia dan binatang.
Semoga puasa yang kita laksanakan mampu menghantarkan kita menjadi manusia yang memiliki watak dan kepribadian yang mulia, sehingga sifat-sifat kebinatangan tidak berkembang dalam kehidupan kita, karena itu mari kita jadikan puasa tidak hanya sebagai kewajiban tapi harus kita rasakan bahwa puasa juga merupakan suatu kebutuhan.          

***