Sabtu, 01 September 2012

Menuju Jenjang Muttaqin


Menuju Jenjang Muttaqin
( Memaknai kehidupan Pasca Ramadhan )

Islam memandang bahwa kemuliaan seseorang bukan terletak pada harta kekayaan yang dia miliki, tidak pada pangkat dan jabatan yang dia emban, bukan pula pada status sosial yang ia sandang. Tetapi kemuliaan seseorang dalam pandangan Allah terletak pada nilai-nilai ketaqwaan yang ia lakukan.
Orang-orang yang dinilai Allah sebagai muttaqin akan dimasukkanNya kedalam surga. Hal ini termaktub dalam firman Allah pada Surat Ali Imran ayat 133 :
وَسَارِعُواْ إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
Artinya: “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa“.
Perlu disadari, untuk sampai kepada jenjang muttaqin, seseorang terlebih dahulu harus melalui empat tahap, dalam hal ini Penulis singkat dengan 4M.
Pertama: Muslim. Seseorang harus menjadi muslim yang baik, rumusan dan ungkapan yang paling sederhana untuk menjadi muslim yang baik adalah seperti yang pernah dinyatakan Nabi Muhammad dalam sabdanya, artinya: “ Muslim yang baik adalah, selamat orang lain dengan lidah dan tangannya”.
Lidah dan tangan adalah merupakan perwakilan dari seluruh komponen anggota badan seseorang. Oleh sebab itu, seorang muslim dilarang mengganggu kehidupan orang lain, membuat keonaran dan kekacauan, membuat orang yang ada disekitarnya menjadi resah dan gelisah dan mengganggu ketentraman orang lain. Intinya adalah, kehadiran seorang muslim sejatinya bisa menjadi kesejukan dan kedamaian  bagi masyarakat yang ada di lingkungannya.
Kedua: Mukmin. Seseorang harus menjadi mukmin yang baik. Upaya yang harus dilakukan adalah dengan membenahi aqidah agar senantiasa kokoh dengan berpegang teguh kepada konsep islam tentang hal-hal yang wajib di-imani. Seseorang harus benar-benar beriman kepada Allah, kepada rasul-rasulNya, kepada kiab-kitabNya, kepada malaikat-malaikatNya, kepada ketentuan buruk dan baik, dan beriman kepada hari kiamat. Apabila iman seseorang sudah kokoh, tentu imannya itu yang akan mendorongnya untuk beribadah kepada Allah, dan ibadah yang dilaksanakan akan mengantarkannya kepada jenjang muttaqin.
Ketiga: Muhsin. Seseorang harus menjadi seorang yang disebut muhsin. Muhsin maksudnya senantiasa melakukan kebaikan dalam hidupnya, terutama melaksanakan ibadah secara langsung kepada Allah. Dalam hal ini Rasul pernah ditanya oleh malaikat Jibril tentang apa yang dimaksud dengan ihsan. Rasul menjawab yang maksudnya: “ Hendaklah engkau menyembah Allah seolah-oleh engkau melihatNya, andai pada kenyataannya engkau tidak melihat Allah, maka yakinkanlah dirimu bahwa engkau dilihat Allah”. Itu artinya, bahwa seorang muslim harus selalu merasa diawasi oleh Allah. Tingkat kesadaran yang seperti ini akan mangantarkan seseorang kepada sikap hidup untuk selalu berhati-hati dalam kehidupannya. Setiap kali dia akan melakukan sesuatu, tentu dia terlebih dahulu berpikir, apakah perbuatan yang akan dilakukan sesuai dengan syariat Allah atau tidak. Daya control seperti ini yang akan menyelamatkan seseorang dari perbuatan-perbuatan yang tidak baik, dan dengan sikap hidup seperti itu pula yang akan menjadikan seseorang menjadi orang yang muttaqin.
Keempat: Mukhlis. Mukhlis maksudnya adalah orang-orang yang ikhlas dalam menjalankan ibadah. Perlu disadari bahwa segala ibadah dan nilai-nilai kebaikan yang dilaksanakan harus didasari dengan keikhlasan kepada Allah. Sebab Allah tidak akan menerima ibadah orang-orang yang tidak ikhlas. Allah SWT berirman dalam surat Al-Bayyinah ayat 5 :
 وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاء وَيُقِيمُوا الصَّلوةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ 
Artinya: “ Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta`atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus “.
Kelima: Muttaqin. Apabila seseorang sudah menjadi “ muslim “ yang baik”, menjadi “mukmin” yang baik, menjadi seorang yang “ muhsin “ dan “ mukhlis”, tentu dia akan naik kepada jenjang yang ke lima, yaitu menjadi seorang yang “ muttaqin “. Terhadap orang-orang yang “ muttaqin “ Allah berjanji akan memasukkan mereka ke dalam surgaNya. Gambaran umum tentang keberadaan orang-orang yang “ muttaqin “ di dalam surga tersebut, seperti yang difirmankan Allah dalam surat An-Naba’ ayat 31 - 36 :
إِنَّ لِلْمُتَّقِينَ مَفَازاً حَدَائِقَ وَأَعْنَاباً  وَكَوَاعِبَ أَتْرَاباً  وَكَأْساً دِهَاقاً لا يَسْمَعُونَ فِيهَا لَغْواً وَلا كِذَّاباً  جَزَاء مِّن رَّبِّكَ عَطَاء حِسَاباً
Artinya: “ Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa mendapat kemenangan, (yaitu) kebun-kebun dan buah anggur, dan gadis-gadis remaja yang sebaya, dan gelas-gelas yang penuh (berisi minuman). Di dalamnya mereka tidak mendengar perkataan yang sia-sia dan tidak (pula perkataan) dusta. Sebagai balasan dari Tuhanmu dan pemberian yang cukup banyak.
Mari kita berupaya dengan sungguh-sungguh untuk menjadikan diri kita sebagai muslim yang baik, mukmin yang baik, menjadi seorang yang muhsin dan mukhlis agar kita mencapai derajat muttaqin.  Dengan derajat Muttaqin itu kita berharap, semoga Allah memberikan ampunan dan keridhaanNya kepada kita dan dimasukkanNya kita ke dalam surgaNya.
امـِـيْــنَ يَـا رَبَّ الـْعـَالـَمِـيْـنَ