Kamis, 08 November 2012

Berbakti Kepada Orang Tua

Jangan Lupakan Jasa Ibu Karena Semangkok Bakso
وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُواْ إِلاَّ إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَاناً إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاَهُمَا فَلاَ تَقُل لَّهُمَا أُفٍّ وَلاَ تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلاً كَرِيماً وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُل رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيراً
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".(Q.S. Al-Isra: 23—24).
Terjadi pertengkaran antara seorang ibu dengan putrinya (sebut saja namanya Ira). Karena pertengkaran tersebut Ira pergi meninggallkan rumah tanpa sepengetahuan ibunya. Setelah berjalan seharian, perutnya terasa lapar. Dipersimpangan jalan Ira melihat ada pedagang Bakso, lalu dia menuju kearah pedagang Bakso, ingit memesan semangkok Bakso. Belum sempat memesan, Ira baru sadar bahwa dia tidak membawa uang, lalu dia urungkan niat untuk makan Bakso.
Dari tadi pedagang Bakso memperhatikan Ira, lalu menegur dan bertanya; adik mau pesan bakso? Katanya bertanya. Sebenarnya ia Pak, tapi saya tidak bawa uang, jawab Ira. Mari masuk, nanti saya buatkan semangkok Bakso untuk adik, dan saya yang teraktir, kata pedagang Bakso.
Sambil menyantap bakso, air mata Ira berlinang dan menangis.
Pedagang Bakso bertanya; kenapa kamu menangis?
Saya bertengkar dengan ibu dan saya lari dari rumah Pak, ibuku tidak sayang padaku, katanya sambil menghela napas. Sedangkan bapak yang saya tidak kenal sudah sangat baik kepada saya, buktinya Bapak memberi saya Bakso.
Pedagang Bakso berkata; Kamu tidak boleh berucap seperti itu, satu mangkok Bakso ini tidak ada artinya dengan kebaikan dan jasa ibumu. Coba kamu bayangkan, sejak kamu masih kecil sampai dewasa seperti ini sudah berapa mangkok makanan yang diberikan ibumu kepadamu?. Jangan kamu bandingkan semangkok Bakso yang saya berikan ini dengan jerih payah ibumu yang setiap saat menyiapkan makanan untukmu. Sekarang pulanglah nak, ibumu pasti khawatir akan keadaanmu. Jangan pernah menyakiti hati ibumu, sebab ibumu adalah keramat hidup untukmu.
Mendengar nasihat dari pedagang Bakso tadi, Ira merenungkan tentang kebenaran yang disampaikan Bapak tersebut kepadanya. Ia pun berbulat tekat untuk kembali pulang. Namun ditegah perjalanan menuju pulang ia berpikir bagaimana harus bersikap kepada ibunya, yang ia bayangkan pasti ibunya akan bertambah marah kepadanya.
Namun apa yang terjadi?.
Sesampainya di rumah, Ira disapa ibunya dengan lembut; oh… kamu sudah pulang nak? Masuklah, ibu sudah siapkan makan malam untukmu. Segeralah makan, nanti tidak enak kalau makanannya sudah dingin. Kalau kamu letih istirahatlah, tapi jangan lupa laksanakan shalat sebelum tidur dan jangan lupa doakan ayahmu semoga dia dilapangkan Allah dalam kuburnya.
Mendengar ucapan lembut dari sang ibu, hati Ira menjadi luluh dan ia baru sadar betapa sayangnya ibunya kepadanya. Ira pun bersimpuh dipangkuan ibunya sembari memohon maaf atas kesalahannya.
Sejak saat itu ia merasakan betapa berartinya kehadiran seorang ibu di sisinya. Dan ia bertekat untuk menjadi wanita yang shalihah dan berbakti pada sang ibu.
Semoga generasi kita menjadi anak-anak yang shalih dan shalihah.
امـِـيْــنَ يَـا رَبَّ الـْعـَالـَمِـيْـنَ