Jangan Lupakan Jasa Ibu Karena
Semangkok Bakso
وَقَضَى
رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُواْ إِلاَّ إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَاناً إِمَّا
يَبْلُغَنَّ عِندَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاَهُمَا فَلاَ تَقُل لَّهُمَا
أُفٍّ وَلاَ تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلاً كَرِيماً وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ
الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُل رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيراً
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain
Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.
Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut
dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada
keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan
ucapkanlah kepada
mereka perkataan yang mulia. Dan
rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka
berdua telah mendidik aku waktu kecil".(Q.S. Al-Isra: 23—24).
Terjadi pertengkaran antara seorang
ibu dengan putrinya (sebut saja namanya Ira). Karena pertengkaran tersebut Ira pergi
meninggallkan rumah tanpa sepengetahuan ibunya. Setelah berjalan seharian,
perutnya terasa lapar. Dipersimpangan jalan Ira melihat ada pedagang Bakso,
lalu dia menuju kearah pedagang Bakso, ingit memesan semangkok Bakso. Belum
sempat memesan, Ira baru sadar bahwa dia tidak membawa uang, lalu dia urungkan
niat untuk makan Bakso.
Dari tadi pedagang Bakso
memperhatikan Ira, lalu menegur dan bertanya; adik mau pesan bakso? Katanya
bertanya. Sebenarnya ia Pak, tapi saya tidak bawa uang, jawab Ira. Mari masuk, nanti saya buatkan
semangkok Bakso untuk adik, dan saya yang teraktir, kata pedagang Bakso.
Sambil
menyantap bakso, air mata Ira berlinang dan menangis.
Pedagang Bakso bertanya; kenapa kamu
menangis?
Saya bertengkar dengan ibu dan saya
lari dari rumah Pak, ibuku tidak sayang padaku, katanya sambil menghela napas.
Sedangkan bapak yang saya tidak kenal sudah sangat baik kepada saya, buktinya
Bapak memberi saya Bakso.
Pedagang Bakso berkata; Kamu tidak
boleh berucap seperti itu, satu mangkok Bakso ini tidak ada artinya dengan
kebaikan dan jasa ibumu. Coba kamu bayangkan, sejak kamu masih kecil sampai
dewasa seperti ini sudah berapa mangkok makanan yang diberikan ibumu kepadamu?.
Jangan kamu bandingkan semangkok Bakso yang saya berikan ini dengan jerih payah
ibumu yang setiap saat menyiapkan makanan untukmu. Sekarang pulanglah nak,
ibumu pasti khawatir akan keadaanmu. Jangan pernah menyakiti hati ibumu, sebab
ibumu adalah keramat hidup untukmu.
Mendengar nasihat dari pedagang Bakso tadi, Ira merenungkan tentang kebenaran yang disampaikan Bapak tersebut kepadanya. Ia pun berbulat tekat untuk kembali pulang. Namun ditegah
perjalanan menuju pulang ia berpikir bagaimana harus bersikap kepada ibunya, yang
ia bayangkan pasti ibunya akan bertambah marah kepadanya.
Namun apa yang terjadi?.
Sesampainya di rumah, Ira disapa
ibunya dengan lembut; oh… kamu sudah pulang nak? Masuklah, ibu sudah siapkan makan
malam untukmu. Segeralah makan, nanti tidak enak kalau makanannya sudah dingin. Kalau kamu
letih istirahatlah, tapi jangan lupa laksanakan shalat sebelum tidur dan jangan
lupa doakan ayahmu semoga dia dilapangkan Allah dalam kuburnya.
Mendengar ucapan lembut dari sang
ibu, hati Ira menjadi luluh dan ia baru sadar betapa sayangnya ibunya kepadanya.
Ira pun bersimpuh dipangkuan ibunya sembari memohon maaf atas kesalahannya.
Sejak saat itu ia merasakan betapa
berartinya kehadiran seorang ibu di sisinya. Dan ia bertekat untuk menjadi
wanita yang shalihah dan berbakti pada sang ibu.