Senin, 07 Februari 2011

Orang Yang Beriman Adalah Orang Yang Selalu Melakukan Muhasabah Terhadap Dirinya


SEGERA BERTAUBAT

Umumnya manusia berupaya untuk mendapatkan sesuatu yang menjadi impiannya. Upaya mereka berpusat pada satu tujuan, yaitu kesempurnaan. Menurut mereka manusia yang ideal adalah manusia yang mampu menyebarkan aura kesempurnaan. Namun, konsekuensi logis dari usaha itu adalah kemungkinan terjadinya kesalahan dalam melangkah untuk mencapai impian dan kesempurnaan tersebut, terlebih bila usaha menuju kesempurnaan itu tanpa didasari background spiritual yang cukup.
Meski demikian, gambaran ideal itu hanyalah tujuan yang ilusioner (khayalan). Gambaran seperti itu bagi seorang mukmin tidak akan pernah ada. Hal itu dikarenakan pada hakikatnya seorang mukmin menyadari bahwa manusia itu lemah, rendah, dan tidak berdaya di hadapan Allah SWT. Konsekuensinya, manusia dapat berbuat kesalahan sepanjang hidupnya. Oleh karena itu, manusia seharusnya berusaha melakukan hal yang terbaik untuk menghindari dosa dan kesalahan. Sebagai hamba yang lemah dihadapan Allah, manusia tidak pernah lepas dari kesalahan.
Berkenaan dengan kesalahan yang selalu dilakukan manusia, Allah berfirman dalam Al Qur'an pada surah Fathir : 5.
وَلَوْ يُؤَاخِذُ اللَّهُ النَّاسَ بِمَا كَسَبُوا مَا تَرَكَ عَلَى ظَهْرِهَا مِن دَابَّةٍ وَلَكِن يُؤَخِّرُهُمْ إِلَى أَجَلٍ مُّسَمًّى فَإِذَا جَاء أَجَلُهُمْ فَإِنَّ اللَّهَ كَانَ بِعِبَادِهِ بَصِيراً ﴿٤٥﴾                   
" Dan kalau sekiranya Allah menyiksa manusia disebabkan usahanya, niscaya Dia tidak akan meninggalkan di atas permukaan bumi suatu makhluk yang melatapun akan tetapi Allah menangguhkan (penyiksaan) mereka, sampai waktu yang tertentu; maka apabila datang ajal mereka, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Melihat (keadaan) hamba-hamba-Nya.". (QS. Fathir: 45).
Melalui ayat tersebut seharusnya manusia menyadari bahwa sebenarnya dikarenakan rahmat Allah sajalah manusia itu masih berada di muka bumi ini, sebab andaikan Allah memperturutkan akan kesalahan-kesalahan yang dilakukan manusia, pasti Allah akan membinasakan manusia dari muka bumi ini. Tetapi Allah tidak melakukannya, itu berarti Allah memberi kesempatan kepada manusia untuk bertaubat kepadanya dan memperbaiki kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan.
Bertaubat sekaligus memohon ampunan Allah adalah merupakan sifat yang membedakan antara orang mukmin dan orang kafir. Orang kafir selalu berusaha menutupi kesalahan dan dosa yang mereka lakukan, sedangkan orang mukmin tidak melakukan hal itu. Hal yang paling penting bagi orang mukmin adalah merasakan penyesalan dengan sungguh-sungguh dan kembali kepada Allah seraya memohon ampunanNya. Dengan membaca Al Qur'an, manusia akan mendapati bahwa keinginan untuk memohon ampun pada Allah adalah suatu kewajaran. Tantang sifat orang mukmin yang selalu menyadari akan kesalahannya dan mau bertaubat kepada Allah dinyatakan Allah dalam Al-Qur’an pada surah At-Taubah ; 112.
التَّائِبُونَ الْعَابِدُونَ الْحَامِدُونَ السَّائِحُونَ الرَّاكِعُونَ السَّاجِدونَ الآمِرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّاهُونَ عَنِ الْمُنكَرِ وَالْحَافِظُونَ لِحُدُودِ اللّهِ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ ﴿١١٢﴾
"Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, beribadah dan memuji (Allah), melawat, ruku', sujud, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah berbuat mungkar dan memelihara hukum-hukum Allah. Gembirakanlah orang-orang yang mukmin itu". (QS. At Taubah: 112).
Memohon ampunan Allah adalah aspek keseharian dalam ibadah orang mukmin. Manusia dapat meminta ampunan setiap saat atas segala kesalahan dan dosanya, baik yang dilakukan dengan sengaja ataupun tidak sengaja. Di samping seorang mukmin dapat meminta ampun untuk dirinya sendiri dia juga dapat memintakan ampun untuk saudaranya sesama mukmin.
Dalam hal keharusan bertaubat, Allah SWT. Berfirman dalam Al-Qur’an surah At-Tahrim:8.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَّصُوحاً
"Wahai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya". (QS. At Tahrim: 8).
Yang dimaksud murni dalam ayat tersebut adalah taubat yang semata-mata karena Allah dan tidak ada motif-motif lain yang mencampurinya. Bagi mereka yang mampu memurnikan jiwanya dari orientasi keliru dalam bertaubat, maka berarti orang itu telah mengantongi salah satu tanda orang yang bertaqwa. Dalam pandangan Allah orang yang bertaqwa bukanlah orang yang sempurna tanpa cacat. Tetapi mereka yang setiap melakukan kesalahan, dia mengingat Allah kemudian bertaubat. Berkaitan dengan hal ini Allah menyatakan dalam firmannya pada surah Ali Imron:135.
وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُواْ فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُواْ أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُواْ اللّهَ فَاسْتَغْفَرُواْ لِذُنُوبِهِمْ وَمَن يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ اللّهُ وَلَمْ يُصِرُّواْ عَلَى مَا فَعَلُواْ وَهُمْ يَعْلَمُونَ ﴿١٣٥﴾
"Dan orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui." (QS. Ali Imron: 135).
Kesimpulan :
  1. Tidak ada manusia yang tidak bersalah, hanya orang yang beriman selalu dan segera menyadari akan kesalahannya dan langsung bertaubat kepada Allah, juga berjanji tidak akan mengulangi kesalahan yang pernah dilakukan.
  2. Orang yang beriman juga selalu khawatir akan azab Allah di akhirat kelak, karena itu sebagai hamba yang beriman dia selalu berupaya untuk menjalankan kehidupan yang sesuai dengan syari’at yang telah di turunkan Allah SWT.
  3. Keinginan yang kuat dari seorang mukmin adalah mendapatkan keridhaan Allah, karena itu upaya yang dia lakukan adalah melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan larangannya.