Jumat, 23 Maret 2012

Tausiyah Untuk Kita Hari Ini



GAYA HIDUP ISLAMI DAN JAHILI
Dalam hidup ini umumnya manusia mencari dua hal, pertama kebaikan dan yang ke dua kebahagian. Namun masing-masing manusia mempunyai pandangan yang berbeda dalam memandang hakikat keduanya. Perbedaan inilah yang mendasari munculnya bermacam ragam gaya hidup manusia.
Dalam pandangan Islam gaya hidup tersebut dapat dikelompokkan kepada dua golongan, yaitu:
(1) Gaya hidup Islami.
(2) Gaya hidup jahili.
Gaya hidup Islami mempunyai landasan yang mutlak dan kuat, yaitu tauhid. Inilah gaya hidup orang yang beriman. Adapun gaya hidup jahili, landasannya bersifat relatif dan rapuh, yaitu syirik. Inilah gaya hidup orang-orang kafir.
Dari dua gaya hidup dimaksud maka setiap muslim wajib memilih gaya hidup Islami dalam menjalani hidup dan kehidupannya. Hal ini sejalan dengan firman Allah berikut ini:
قُلْ هَـذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَاْ وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللّهِ وَمَا أَنَاْ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
Artinya: Katakanlah,“Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik”. (QS. Yusuf: 108).
Berdasarkan ayat tersebut jelaslah bahwa bergaya hidup Islami hukumnya wajib bagi setiap muslim, dan gaya hidup jahili adalah haram untuknya. Hanya saja dalam kenyataan justru membuat kita sangat prihatin, sebab justru gaya hidup jahili (yang diharamkan) itulah yang mencerminkan hidup sebagian umat Islam. Fenomena ini persis seperti yang pernah disinyalir oleh Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam. Beliau bersabda, artinya:
Tidak akan terjadi kiamat sebelum umatku mengikuti jejak umat beberapa abad sebelumnya, sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta”. Ada orang yang bertanya, “Ya Rasulullah, mengikuti orang Persia dan Romawi?” Jawab Beliau, “Siapa lagi kalau bukan mereka?” (HR.
Hadits tersebut menggambarkan suatu zaman di mana sebagian besar umat Islam telah kehilangan kepribadian Islamnya karena jiwa mereka telah terisi oleh  kepribadian yang lain. Mereka kehilangan gaya hidup yang hakiki karena telah mengadopsi gaya hidup jenis lain.
Kiranya tidak ada kehilangan yang patut ditangisi selain dari kehilangan kepribadian dan gaya hidup Islami. Sebab apalah artinya mengaku sebagai orang Islam kalau gaya hidup tidak lagi Islami, malah persis seperti orang kafir. Inilah bencana kepribadian yang paling besar.
Kita harus menyadari bahwa mengikuti gaya hidup orang lain yang tidak berlandaskan syari’at islam adalah merupakan hal yang tidak baik dan tercela dalam pandangan islam. Seperti cara berpakaian yang tidak menutup aurat, berperilaku yang tidak baik, mengikuti adat istiadat yang tidak sesuai dengan islam dan lain sebagainya. Ada ungkapan “ Barang siapa yang meniru-niru perilaku suatu kaum, berarti samalah mereka seperti kaum itu”.
Satu di antara berbagai bentuk tasyabbuh (meniru-niru orang lain) yang sudah membudaya dan mengakar di masyarakat kita adalah pakaian muslimah. Mungkin kita boleh bersenang hati bila melihat berbagai mode busana muslimah telah mulai bersaing dengan mode-mode busana jahili. Hanya saja masih sering kita menjumpai busana muslimah yang tidak memenuhi standar seperti yang dikehendaki syariat. Busana-busana itu masih mengadopsi mode ekspose aurat sebagai ciri pakaian jahiliyah. Yang lebih memprihatinkan lagi adalah busana wanita pada umumnya, yang di Negara ini mayoritas beragama Islam tapi masyarakatnya lebih banyak yang belum menutup aurat ketimbang yang menutup aurat. Disisi lain ada yang sudah merasa menutup aurat dalam berpakaian tapi masih belum memenuhi standar yang sesuai dengan perintah agama, dimana cara berpakaiannya masih menonjolkan bentuk-bentuk tubuh yang kadang menggoda.
Saudaraku…………! Marilah kita takut pada ancaman Allah di akhirat kelak dalam masalah ini. Tentu kita tidak ingin ada dari keluarga kita yang disiksa di Neraka. Ingatlah, Rasulullah SAW pernah bersabda;
Artinya: “Dua golongan ahli Neraka yang aku belum melihat mereka (di masaku ini) yaitu suatu kaum yang membawa cambuk seperti ekor sapi, mereka memukuli manusia dengan cambuk itu. (Yang kedua ialah) kaum wanita yang berpakaian (tapi kenyataan-nya) telanjang (karena mengekspose aurat), jalannya berlenggak-lenggok (berpenampilan menggoda), kepala mereka seolah-olah punuk unta yang bergoyang. Mereka itu tak akan masuk Surga bahkan tak mendapatkan baunya, padahal baunya Surga itu tercium dari jarak sedemikian jauh”. (HR. Muslim, dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, shahih).
Jika tasyabbuh dari aspek busana wanita saja sudah sangat memporak-porandakan kepribadian umat, maka tidak ada alasan bagi kita untuk tinggal diam. Sebab banyak aspek gaya kehidupan ummat ini yang bertasyabbuh atau meniru-niru gaya kehidupan yang bukan islami. Karena itu mari kita renungkan dan amalkan ayat yang difirmankan Allah dalam Al-Qur’an surat At-Tahrim ayat 6:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَاراً وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلائِكَةٌ غِلاظٌ شِدَادٌ لا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api Neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. (QS. At-Tahrim: 6).
Semoga kita senantiasa diberi Allah hidayah untuk tetap memiliki gaya hidup yang islami dan terhindar dari gaya hidup jahili.
امـِـيْــنَ يَـا رَبَّ الـْعـَالـَمِـيْـنَ