Kamis, 19 Mei 2011

Delapan Prinsif Hidup Menuju Kebahagiaan Dunia Akhirat


Delapan Prinsif Hidup
Menuju Kebahagiaan Dunia Akhirat

Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu berdo’a kepada Allah agar kita diberi kebahagian hidup dunia dan akhirat. Namun perlu disadari bahwa untuk memperoleh kebahagiaan hidup dunia akhirat tersebut ada delapan prinsif hidup yang harus dimiliki dan diterapkan oleh setiap pribadi muslim dalam kehidupannya. Delapan prinsip hidup yang dimaksud adalah :
  1. Tujuan Hidup. Setiap muslim hendaknya mengetahui tujuan hidupnya, tujuan hidup muslim tidak lain adalah “ لابتغاء مرضات الله “ ( Berupaya untuk mendapatkan keridhaan Allah ). Keridhaan Allah perlu didapatkan, sebab apabila seseorang sudah mendapat keridhaan Allah bisa saja Allah memberikan kemudahan baginya dalam kehidupan ini. Bahkan tidak tertutup kemungkinan pada saat menghadapi sakarotul maut nanti dia tersenyum menghadapi kematiannya, sebab boleh jadi  Allah akan menunjukkan syurga kepadanya sebagai  tempatnya diakhirat kelak. Allah pun memanggilnya dengan panggilan kasih sayang, sebagaimana firman Allah dalam Al-qur’an surat Al-Fajr ayat 27-30: يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ  ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً  فَادْخُلِي فِي عِبَادِي  وَادْخُلِي جَنَّتِي    Artinya: “ Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku. “.
  2. Fungsi Hidup. Allah menciptakan manusia di bumi ini berfungsi sebagai KhalifahNya. Khalifah yang dimaksud di sini adalah bahwa manusialah yang diembankan Allah tugas untuk menjalankan risalah agamaNya di muka bumi. Untuk itu, agar kehidupan manusia dapat tertata dengan baik, maka Allah menurunkan syari’atnya melalui Rasul-Rasul yang diutus untuk menyampaikan risalahnya. Disisi lain, khalifah dalam makna yang lebih luas adalah pemimpin, baik pemimpin secara formal maupun non formal. Pimpinan secara formal dalam wadah bernegara sepert: Prisidan, Gubernur, Walikota/Bupati dan seterusnya kebawah sesuai dengan tingkatannya masing-masing. Namun perlu disadari bahwa pada hakikatnya kita semua adalah pemimpin, minimal pemimpin terhadap diri sendiri. Bagaimana caranya? Pimpinlah mata agar tidak melihat hal-hal yang haram. Pimpinlah telinga agar mampu mendengar hal-hal yang baik, seperti mendengar ayat-ayat Allah dan nasehat-nasehat yang mengarahkan kehidupan kepada nilai-nilai positif dalam kehidupan. Pimpinlah tangan agar tidak mengambil hak orang lain. Pimpinlah perut supaya di isi dengan hal-hal yang halal. Pimpinlah kaki agar tidak melangkah ke tempat-tempat yang maksiat. Seseorang apabila sudah terbiasa memimpin diri sendiri, suatu saat apabila diberi amanat kepemimpinan yang lebih besar, tentu amanat itu akan mudah dia laksanakan, sebab sudah terbiasa memimpin diri sendiri. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran surat Al-Baqoroh ayat 30: “وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلاَئِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأَرْضِ خَلِيفَةً “. Artinya : “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi".
  3. Tugas Hidup. Secara mendasar tugas manusia di bumi ini adalah untuk mengabdikan diri sepenuhnya kepada Allah. Apapun yang kita lakukan dalam kehidupan ini hendaknya mempunyai nilai-nilai ibadah di sisi Allah. Oleh sebab itu, kehidupan ini harus di isi dengan aktivitas yang positif dan sesuai dengan ketentuan Allah SWT. Sebab, manusia harus menyadari bahwa hidup ini mempunyai tujuan jangka pendek dan jangka panjang. Tujuan jangka pendek adalah menjalani kehidupan di dunia ini dan berusaha mengisinya dengan upaya mencapai kebahagiaan di dalamnya dengan tetap menjaga dan mengamalkan tatanan kehidupan yang sesuai dengan syari’at Allah. Adapun tujuan jangka panjang adalah menuju kehidupan akhirat dengan mempersiapkan bekal dengan nilai-nilai ketakwaan kepada Allah SWT. Firman Allah dalam surat Az-Zariyat ayat 56:   وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالانسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ “. Artinya: “ Tidak aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaKu“.
  4. Pedoman Hidup. Ummat islam memiliki Al-Quran dan Sunnah Rasul. Kandungannya memberi tuntunan kepada manusia tentang bagaimana seharusnya manusia menjalankan kehidupan di dunia ini. Dalam hal ini Rasulullah bersabda, artinya: “Aku tinggalkan kepada kamu dua perkara, apabila kamu berpegang teguh kepada keduanya, kamu tidak akan tersesat untuk selama-lamanya, yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Rasul “. Karena itu, ummat islam harus benar-benar menjadikan Al-Qur’an dan Sunnah Rasullullah sebagai pedoman. Sebab Rasulullah memberikan jaminan keselamatan bagi orang-orang yang senantiasa mengamalkannya. Untuk mengamalkan isi kandungannya kita harus mampu untuk memahaminya, dan untuk sampai kepada tingkat memahaminya tentu kita harus belajar dengan baik dan benar.
  5. Teman Hidup. Dalam menjalankan kehidupan di dunia ini manusia harus menyadari bahwa dirinya adalah makhluk sosial, artinya manusia selalu memerlukan orang lain dalam kehidupannya, karena itu seseorang harus dapat bersosialisasi dengan baik dengan orang yang ada di sekitarnya. Untuk itu, dalam hidup kita perlu ada orang-orang yang dapat dijadikan teman untuk sama-sama berjuang dan saling membantu. Allah menyatakan bahwa sesama ummat islam itu besaudara. Firman Allah dalam surat Al-Hujurot ayat 10: “إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ “. Artinya: “Sesungguhnya orang-orang mu'min adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.”. Di sisi lain Allah juga memerintahkan agar kita saling tolong menolong dalam hal kebaikan untuk mencapai takwa, dan tidak boleh saling bekerjasama untuk berbuat dosa yang bisa menyebabkan saling bermusuhan antar sesama. Allah berfirman dalam surat Al-Maidah ayat 2: “وَتَعَاوَنُواْ عَلَى الْبرِّ وَالتَّقْوَى وَلاَ تَعَاوَنُواْ عَلَى الإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ “. Artinya :” Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran “.
  6. Musuh Hidup. Manusia juga perlu menyadari bahwa dalam kehidupan ini kita tidak terlepas dari adanya musuh dalam kehidupan. Musuh manusia yang terbesar adalah hawa nafsu, kemudian syaitan, dan berikutnya adalah orang-orang kafir yang berupaya menghalangi kita dalam menjalankan dan menegakkan agama islam, apa lagi menarik kita untuk keluar dari agama islam. Menyangkut mengenai hawa nafsu Allah berfirman dalam surat Yusuf ayat 53 : “إِنَّ النَّفْسَ لأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلاَّ مَا رَحِمَ رَبِّيَ “. Artinya: “ ..... Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku “. Dalam hal syaitan sebagai musuh dalam kehidupan kita, Allah juga mengingatkan kita, sebagaimana firman Allah yang tercantum dalam surat Al-Baqoroh ayat 208 : “يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ ادْخُلُواْ فِي السِّلْمِ كَآفَّةً وَلاَ تَتَّبِعُواْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ “. Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu“. Kemudian Allah mengingatkan kita tentang sikap orang-orang Yahudi dan Nasrani terhadap kita ummat islam. Firman Allah dalam surat Al-Baqoroh ayat 120 : “ وَلَن تَرْضَى عَنكَ الْيَهُودُ وَلاَ النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ “. Artinya: “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka “.
  7. Teladan Hidup. Nabi Muhammad adalah manusia paripurna yang pantas untuk  dijadikan teladan dalam kehidupan ini, sebab catatan sejarah membuktikan bahwa Nabi Muhammad telah meletakkan sendi-sendi kehidupan yang mulia untuk dapat dijadikan teladan oleh manusia, khususnya ummat islam. Dalam tulisan sebelumnya penulis ada mengungkapkan bahwa Nabi Muhammad itu pantas untuk menerima ungkapan: “Pandangan matanya adalah pandangan mata yang menyejukkan. Senyum simpulnya penuh dengan persahabatan. Uluran tangannya adalah nilai-nilai sodaqoh. Langkah kakinya semangat jihad. Untaian katanya penuh dengan mutiara hikmah dan nasehat. Diamnya pun merupakan zikir dan fikir “.  Inilah sosok manusia yang rindu orang untuk bertemu dengannya, tapi malas orang berpisah pada saat sudah berjumpa dengannya. Dalam hal ini Penulis ingin mengatakan, jangankan bertemu kepada orangnya secara langsung, berada dekat kuburnya saja pun orang malas untuk beranjak meninggalkan kuburnya. Hal yang demikian dapat penulis saksikan pada saat jama’ah haji berziarah ke kuburnya di Madinah Al-Munawwaroh. Firman Allah dalam surat Al-Ahzab ayat 21 : “لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الاخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيراً “. Artinya : “ Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah “.
  8. Istiqoma. Istiqomah maksudnya ialah, teguh pendirian, kuat keyakinan dalam meyakini islam sebagai agama. Ungkapan yang selalu disampaikan dalam mempertahankan keyakinan ini adalah “ Sekali mengucapkan dua kalimah syahadah, sampai mati keyakinan itu tetap dipertahankan “. Allah berfirman dalam surat Hamiim As-Sajadah ayat 30-32. “إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنتُمْ تُوعَدُونَ ﴿٣٠﴾ نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ ﴿٣١﴾ نُزُلاً مِّنْ غَفُورٍ رَّحِيمٍ ﴿٣٢﴾  “. Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): "Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu". Kamilah Pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan di akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang“.
Semoga dengan menerapkan delapan prinsif hidup ini, kita akan memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.