Kamis, 02 Juni 2011

HATI YANG BAIK DAN YANG BURUK

HATI YANG BAIK DAN YANG BURUK
Nabi Muhammad SAW. menginformasikan kepada kita bahwa di dalam tubuh kita ada segumpal daging. Apabila dia baik maka seseorang akan termotipasi melakukan nilai-nilai kebaikan, tetapi apabila dia tidak baik maka seseorang akan terangsang melakukan hal-hal yang tidak baik. Segumpal daging yang dimaksud Rasul itu adalah hati. Bila demikian, perbuatan yang dilakukan seseorang adalah merupakan cermin dari dari apa yang ada dalam hatinya.

Dari ungkapan Nabi Muhammad tersebut dapat dipahami bahwa hati manusia itu ada yang baik dan ada yang buruk.

Pertama:Hati yang Baik”.
Yaitu hati yang mudah tersentuh untuk menerima ajaran-ajaran yang baik dan benar. Hati orang-orang yang demikian biasanya penuh dengan kelembutan, gampang tersentuh melihat penderitaan orang lain, suka menolong, punya sikap penyantun, penuh kasih sayang kepada siapapun, gemar melakukan ibadah kepada Allah, dan tidak suka dengan kekerasan. Hati yang seperti ini merupakan hati orang yang beriman kepada Allah.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Anfal ayat 2-4:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَاناً وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ ﴿٢﴾ الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلاَةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ ﴿٣﴾ أُوْلَـئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقّاً لَّهُمْ دَرَجَاتٌ عِندَ رَبِّهِمْ وَمَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ
Artinya: “ Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal, (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (ni`mat) yang mulia “.
Kedua:Hati yang Buruk”.
Hati yang buruk ini memiliki lima tingkatan yaitu:
  1. Hati yang berpenyakit. Orang yang hatinya berpenyakit biasanya selalu memiliki sikap iri, benci, pendendam, pembohong, munafik, berbuat kasar, pemarah dan lain sebagainya. Berkenaan dengan hati yang berpenyakit ini Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Baqoroh ayat 2: “ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ فَزَادَهُمُ اللّهُ مَرَضاً وَلَهُم عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ “. Artinya : “ Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta “.
  2. Hati yang Keras. Hati seseorang bisa menjadi keras akibat dari hati yang tadinya sakit tapi tidak diobati. Orang yang hatinya keras, apabila melakukan kejahatan dia tidak merasa bahwa kejahatan yang dia lakukan itu merupakan suatu kejahatan, yang dia lakukan menurut pandangannya semuanya benar, itu adalah akibat hatinya tidak lagi memiliki kepekaan. Dalam hal ini Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-An’am ayat 43. “فَلَوْلا إِذْ جَاءهُمْ بَأْسُنَا تَضَرَّعُواْ وَلَـكِن قَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ مَا كَانُواْ يَعْمَلُونَ “. Artinya: “Maka mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri ketika datang siksaan Kami kepada mereka, bahkan hati mereka telah menjadi keras dan syaitanpun menampakkan kepada mereka kebagusan apa yang selalu mereka kerjakan “.
  3. Hati yang Membatu. Hati yang keras apabila tidak segera disadari akan meningkat keburukannya menjadi hati yang membatu atau semakin mengeras dari sebelumnya. Firman Allah dalam surat Al-Qur’an surat Al-Baqoroh ayat 74: “ثُمَّ قَسَتْ قُلُوبُكُم مِّن بَعْدِ ذَلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ قَسْوَةً وَإِنَّ مِنَ الْحِجَارَةِ لَمَا يَتَفَجَّرُ مِنْهُ الأَنْهَارُ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَشَّقَّقُ فَيَخْرُجُ مِنْهُ الْمَاء وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَهْبِطُ مِنْ خَشْيَةِ اللّهِ وَمَا اللّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ “. Artinya: “Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal di antara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan “.
  4. Hati yang Tertutup. Hati yang sudah tertutup tidak akan dapat lagi menerima getaran petunjuk yang disampaikan kepadanya. Bentuk nasehat dan pengajaran apa-pun yang disampaikan kepadanya hanya dianggap angin lalu. Semua itu adalah akibat kesalahan-kesalahan yang dilakukan dalam kehidupannya. Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Muthoffifin ayat 14: “كَلا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِم مَّا كَانُوا يَكْسِبُونَ “. Artinya: “ Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka “.
  5. Hati yang Terkunci. Jika hati sudah tertutup, maka untuk tingkat selanjutnya hati itu akan terkunci mati. Terhadap orang yang seperti ini, tidak ada bedanya, dia diberi peringatan atau tidak, tetap tidak mau menerimanya. Firman Allah dalam surat Al-Baqoroh ayat 6-7: “إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُواْ سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنذِرْهُمْ لاَ يُؤْمِنُونَ  خَتَمَ اللّهُ عَلَى قُلُوبِهمْ وَعَلَى سَمْعِهِمْ وَعَلَى أَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ وَلَهُمْ عَذَابٌ عظِيمٌ “. Artinya: “ Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak akan beriman. Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat “.
Mari kita jaga hati agar tidak berpenyakit, tidak menjadi keras, tidak membatu, tidak tertutup dan tidak terkunci .
Semoga Allah membuka hati kita untuk dapat menerima ajaran yang baik dan benar dalam kehidupan kita, sehingga hati kita mempunyai getaran yang baik untuk selalu mendorong kita melakukan kebaikan dalam kehidupan ini.
امـِـيْــنَ يَـا رَبَّ الـْعـَالـَمِـيْـنَ