Sabtu, 24 Maret 2012

Dialog Seorang Murid Dengan Guru


Masih Adakah Yang Kita Banggakan?
Seorang Ulama’ yang zuhud ditanya seorang murid yang hatinya gelisah melihat perilaku kebanyakan ummat yang tidak lagi mementingkan nilai-nilai kemuliaan.
Sang murid: Tuan guru: Dengan kondisi kehidupan ummat yang sikap mentalnya sudah demikian parah, apakah masih ada yang dapat kita banggakan?
Ulama’: Ada, yaitu akal yang jernih.
Sang murid: Wah, sekarang sudah banyak orang yang akalnya tidak jernih lagi untuk berpikir. Kalau akal yang jernih sudah tidak ada lagi, apa masih ada yang lain guru?
Ulama: Ada, yaitu sopan santun yang terjaga.
Sang murid: Wah, sekarang orang juga sudah tidak lagi menjaga sopan santun tuan guru! Masih adakah selain yang dua itu tuan guru?
Ulama: Ada, yaitu Sahabat sejati.
Sang Murid: Waduh... sahabat sejati hari ini juga  susah didapat, karena orang tidak lagi membela yang benar tetapi membela yang bayar. Masih adakah selain yang tiga itu wahai tuan guru?
Ulama’: Ada, yaitu hati yang peka.
Sang Murid: Lagi-lagi yang itu juga jarang didapat guru, sekarang kebanyakan orang hatinya gelap, tidak peka, nuraninya mati, masih adakah yang dapat kita banggakan selain yang empat itu tuan guru?.
Ulama: Ada, yaitu banyak diam.
Sang Murid: Yah, yah, yah, diam itu emas gumam sang murid di dalam hati, sejenak kemudian diapun berkata lagi. Tapi tuan guru, sekarang ini, semuanya mau berbicara meski asal bicara, dan tidak ada orang yang mau diam untuk merenung. Kalau lima hal itu juga tidak punya, masih adakah yang dapat kita banggakan wahai tuan guru?
Ulama: Ada, dan ini adalah yang terakhir, yaitu “Hadirnya Kematian”. “Subhanallaaah”  keluar ucapan dari mulut sang murid, setelah itu dia terdiam, yang terdengar hanyalah desah napasnya sambil mengangguk-anggukkan kepala sebagai pertanda ia memahami apa yang dikemukan oleh Ulama tadi.
Semoga dialog di atas mampu menjadi I’tibar untuk kita jadikan renungan dalam usaha memperbaiki diri menuju nilai-nilai kebaikan.