Selasa, 23 Oktober 2012

Menyambut Idul Adha

Menelusuri Jejak Kehidupan Nabi Ibrahim
Nabi Ibrahim adalah satu diantara Nabi yang harus diteladani. Ketundukannya kepada sistem nilai-nilai dan aturan ilahiah selalu menjadi contoh untuk kehidupan sepanjang masa. Ketika Allah memerintahkannya agar tunduk dan patuh, Nabi Ibrahim tidak menunda-nundanya walau sesaat, tidak pernah terbetik keraguan dihatinya sedikit pun, apa lagi menyimpang. Ia menerima perintah Allah dengan tulus dan ikhlas.
Keimanan dan Keislaman serta ketundukan Nabi Ibrahim tidak hanya untuk dirinya sendiri, bahkan tidak hanya untuk generasi pada zamannya, melainkan untuk seluruh generasi ummat manusia. Nabi Ibrahim telah mewariskan Islam untuk anak cucunya, untuk generasi berikutnya sampai akhir masa.
Allah berfirman:
وَمَن يَرْغَبُ عَن مِّلَّةِ إِبْرَاهِيمَ إِلاَّ مَن سَفِهَ نَفْسَهُ وَلَقَدِ اصْطَفَيْنَاهُ فِي الدُّنْيَا وَإِنَّهُ فِي الآخِرَةِ لَمِنَ الصَّالِحِينَ ﴿١٣٠﴾ إِذْ قَالَ لَهُ رَبُّهُ أَسْلِمْ قَالَ أَسْلَمْتُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ ﴿١٣١﴾ وَوَصَّى بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللّهَ اصْطَفَى لَكُمُ الدِّينَ فَلاَ تَمُوتُنَّ إَلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ ﴿١٣٢﴾
Artinya: Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, melainkan orang yang memperbodoh dirinya sendiri, dan sungguh Kami telah memilihnya di dunia dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang saleh. Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: "Tunduk patuhlah!" Ibrahim menjawab: "Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam". Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya`qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam". (Q.S. Al-Baqarah: 130-132).
Nabi Ibrahim mewasiatkan agar anak cucunya menerima dan menegakkan Islam secara utuh dan konsisten dalam merealisasikannya. Ketulusan dalam menerima dan menegakkan Islam serta konsisten dalam mengamalkannya merupakan jaminan untuk memperoleh kebaikan hidup. Sebaliknya, ketidakpatuhan dan mengambil ajaran selain ajaran Islam dapat mengakibatkan kehidupan manusia menjadi  centang perenang, bahkan akan mengakibatkan manusia terjebak ke dalam krisis multi dimensi yang berkepanjangan.
Empat belas abad yang lalu Rasulullah telah memberikan isyarat tentang situasi yang akan menimpa sebuah bangsa yang tidak konsisten menjalankan aturan agama, bahwa mereka akan dilanda berbagai krisis, baik krisis sosial, politik, ekonomi, moral, dan budaya yang berkepanjangan.
Kelihatannya isyarat Rasul tersebut pada saat ini telah bermunculan di tengah-tengah bangsa yang sedang dirundung krisis multi dimensi.
Kita dapat menyaksikan adanya manusia-manusia yang secara lahir berpenampilan rapi, bersih dan menarik, dengan gaya dan isi pembicaraan yang memukau, seolah ingin menggambarkan tingginya kemampuan intelektual mereka dan keberpihakan mereka kepada kebenaran dan keadilan. Padahal, kondisi sebenarnya mereka membenci dan memusuhi tegaknya kebenaran dan keadilan dalam kehidupan. Orang-orang seperti itulah yang kemudian populer disebut politisi busuk dan birokrat nakal.
Penampilan mereka yang meyakinkan bisa menutupi pandangan orang-orang tentang kondisi bathin mereka yang sesungguhnya, hidup mereka penuh dengan kepura-puraan, dan kelihatannya hal demikian telah menjadi realitas sosial yang membudaya. Akibatnya, terjadi pergeseran norma-norma sosial dan budaya, yang pada akhirnya menumbuhkan berbagai perilaku menyimpang yang berpengaruh besar terhadap keamanan dan kenyamanan dalam hidup bermasyarakat.
Gaya hidup seperti itulah yang mengobarkan kemunafikan dan kepura-puraan di berbagai sektor kehidupan. Di sana ada politisi busuk, birokrat nakal, pemimpin yang tidak berkualitas, yang kerjanya hanya mengeruk kekayaan buat dirinya sendiri, pedagang yang tidak mengindahkan norma-norma yang ada, dan merebaknya dekadensi moral yang dilakukan masyarakat secara terang-terangan. Dalam waktu yang bersamaan masyarakat tidak berdaya untuk memberantas berbagai jenis perilaku yang menyimpang itu,  akibatnya persepsi dan pandangan orang menjadi berubah, yang salah dipandang benar dan yang benar dipandang salah.
Tiga puluh tahunan yang lalu kita dapat merasakan adanya suatu pandangan yang sama di tengah masyarakat bahwa berhubungan seksual di luar nikah merupakan aib besar buat keluarga dan merupakan dosa besar yang harus benar-benar dijauhi.
Pandangan ini diterima secara umum sebagai suatu norma yang berlaku di masyarakat, sehingga bila ada orang yang melanggarnya akan mendapat perlakuan yang sama dari seluruh lapisan masyarakat di mana saja. Ia akan menerima sangsi sosial berupa tereleminasinya dari pergaulan sosial, dan akan merasakan sebagai pihak yang terhukum, yang akhirnya menimbulkan efek jera.
Tapi tidak demikian dengan kondisi masyarakat dewasa  ini. Berzina dianggap sebagai salah satu ciri gaya hidup modern, demikian juga perbuatan menyimpang lainnya dipandang hal yang biasa dan tidak ada rasa bersalah bila melakukannya. Kemudian pandangan seperti ini menjadi  populer di tengah masyarakat, sehingga norma-norma sosial menjadi berubah.
Berbagai perilaku menyimpang terjadi di mana-mana. Mulai dari kejahatan politik sampai kejahatan moral. Akibatnya masyarakat terutama yang awam merasa kesulitan untuk memilih dan membedakan mana perbuatan baik yang dapat membawa keamanan dan kebahagiaan hidup, dan mana perbuatan buruk yang dapat membawa kesengsaraan pada kehidupan. Kebejatan moral seperti itu masih diperparah oleh perilaku para pemimpin bangsa yang buruk. Mereka masih banyak yang melakukan korupsi dan manipulasi, melakukan penipuan dan penyalahgunaan wewenang dan jabatan. Akibatnya dunia ekonomi kita mengalami keterpurukan luar biasa yang menyebabkan kita dikangkangi sistem kapitalisme global yang terus memiskinkan bangsa-bangsa di dunia.
Kelihatannya sampai saat ini belum terlihat tanda-tanda yang jelas bangsa ini dapat keluar dari krisis yang telah mengepung. Lebih celaka lagi apabila masih banyak masyarakat dan pemimpin di negeri ini yang enggan untuk kembali kepada pengamalan agama yang sesungguhnya dan melestarikan akar budaya yang baik. Yaitu ajaran Islam yang  dilukiskan Nabi Ibrahim sebagai satu-satunya jalan menuju pencapaian cita-cita untuk memperoleh kesejahteraan dan kedamaian. Sebab harus diyakini, Islam adalah satu-satunya jalan untuk menuju masyarakat yang adil, sejahtera, aman dan damai.
Dalam kondisi kekinian, dimana kita ummat Islam yang akan merayakan Hari Raya Idul Adha pada tanggal 26 Oktober 2012, sewajarnyalah kalau kita menelusuri kembali jejak-jejak kehidupan yang telah diwariskan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail untuk kita jadikan sebagai icon dalam menata kehidupan menuju pribadi-pribadi yang senantiasa tunduk kepada kehendak dan ketentuan Allah SWT. Bila hal itu dapat dilakukan insya Allah Negara ini akan memiliki pemimpin-pemimpin dan masyarakat yang hatinya selalu tunduk kepada Allah.
Semoga...................................!