Minggu, 02 September 2012

Filosofi Kehidupan Induk Ayam

Belajar Dari Filosofi Kehidupan Induk Ayam
Ayam adalah golongn hewan sebangsa unggas. Mempunyai dua sayap namun tidak bisa terbang layaknya burung. Untuk bertahan hidup ayam dianugerahi dua kaki yang unik untuk menceker dan sebuah paruh untuk mematuk. Dengan dua organ tubuh inilah ayam mencari makanan disekitarnya, seperti sisa-sisa makanan yang jatuh di tanah, cacing, ulat, semut, daun-daunan, umbi-umbian, dan berbagai jenis makanan lainnya.
Menilik dari kehidupan induk ayam, kita sebagai manusia dapat mengambil pelajaran darinya, diantaranya adalah:
  1. Induk ayam sanggup berkorban demi cikalbakal anak-anaknya dengan berpuasa selama dia mengerami telur-telurnya, dan itu berlungsung lebih kurang 21 hari.
  2. Induk ayam memiliki tanggung jawab yang tinggi dengan menanamkan sikap kemandirian kepada anak-anaknya. Hal ini dibuktikan, sejak telur yang dia erami menetas, induk ayam langsung membawa anak-anaknya ke tempat-tempat dimana ada makanan, dan mengajarkan kepada anak-anaknya bagaimana apaya untuk mendapatkan makanan agar jangan didahului oleh yang lain. Karena itu, tidaklah mengherankan kalau ayam tidak pernah kesiangan bangun pagi.
  3. Induk ayam lebih mengutamakan anak-anaknya dalam hal makan, hal ini terbukti manakala ia mendapatkan makanan dia panggil anak-anaknya untuk memakan makanan yang ia dapatkan.
  4. Induk ayam selalu memberikan perlindungan terhadap ancaman yang akan membahayakan anak-anaknya, baik dari serangan musuh maupun dari udara dingin yang ekstrim. Kita dapat memperhatikan betapa kuat pembelaan induk ayam kepada anak-anaknya, terbukti manakala anak-anaknya terancam bahaya, induk ayam langsung bertindak memberikan perlawanan demi keselamatan anak-anaknya. Dalam hal melindungi anak-anaknya dari udara dingin yang ekstrim, induk ayam siap mengepakkan sayapnya dan memanggil anak-anaknya untuk mencari kehangatan dari celah bulu-bulu di bawah sayapnya.
  5. Sepanjang dalam pengasuhan terhadap anak-anaknya, biasanya induk ayam selalu menjauh dari ayam jantan untuk tidak melakukan perkawinan, walaupun terkadang ada unsur pemaksaan dari ayam jantan, namun induk ayam tetap bertahan dan lebih baik lari menghindari ayam jantan yang kadang melakukan pemaksaan untuk melakukan perkawinan, sebab induk ayam masih merasa punya tanggung jawab untuk membesarkan dan mendidik anak-anaknya. Namun setelah anak-anaknya besar, sudah mampu mandiri, induk ayam mulai berupaya secara berangsur untuk memisahkan anak-anaknya dari dirinya dengan cara mencatuk anak-anaknya agar menjauh darinya. Baru setelah itu induk ayam  berkenan didekati oleh ayam jantan dan siap melakukan perkawinan untuk menghadirkan generasi yang baru.
Saudaraku…………………!
Begitu indah makna filosofi yang terkandung dalam kehidupan induk ayam. Induk ayam benar-benar bertanggung jawab terhadap masa depan anak-anaknya. Namun dalam kehidupan manusia dewasa ini, betapa banyak orang tua yang mengorbankan masa depan anak-anaknya. Sering kita temukan berita di berbagai media, baik media cetak maupun elektronik, betapa seorang ibu tega menjual bayinya karena desakan dan kebutuhan ekonomi. Ada ibu yang tega membunuh bayinya lalu dibuang ke tong sampah dengan menggunakan kantong plastik. Ada yang menggugurkan kandungannya lantaran malu karena anak yang ia kandung dari sebab perselingkuhan atau perzinahan. Ada juga yang menjual anaknya untuk dipekerjakan sebagai budak seks, padahal anak-anak tersebut  masih di bawah umur yang selayaknya masih duduk di bangku sekolah. Sangat memprihatinkan tentunya………………….! Kalau demikian, ternyata induk ayam lebih baik dibanding manusia yang diberikan Allah akal dan pikiran.
Induk ayam hanyalah cermin betapa seorang ibu seharusnya sayang kepada anak-anaknya. Apapun akan dia lakukan agar anak-anaknya mendapat kebaikan dalam kehidupan mereka. Bukan malah membunuhnya atau mengorbankan masa depan mereka. Seburuk-buruk perangai seorang ibu, seharusnya ia tadak akan tega membiarkan anak-anaknya hidup terlantar dikemudian hari. Begitupun, seorang laki-laki yang menjadi ayah bagi anak-anaknya, harus bertanggung jawab penuh melindungi istri dan buah hatinya. Sebab demikian itulah kondrat hakiki yang harus dimiliki kedua orang tua. Anak adalah amanah yang kelak akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah SWT. Kalau demikian, tidaklah salah mengambil hikmah untuk menjadi pelajaran dari ciptaan Allah terhadap sikap dan prilaku induk ayam.