Kamis, 16 Juni 2011

Mengendalikan Hawa Nafsu

Mengendalikan Hawa Nafsu
Sekembalinya dari suatu peperangan, Nabi Muhammad menyatakan dihadapan para sahabatnya, kita baru pulang dari perang yang kecil menuju perang yang besar. Para sahabat yang mendengarnya terperangah dan bertanya. Apakah perang yang besar itu ya Rasul?. Bukankah perang yang baru kita hadapi ini perang yang dahsyat?. Rasul menjawab: Perang yang besar itu adalah Perang melawan hawa nafsu. Demikian lebih kurang dialog yang terjadi antara Rasul dan para sahabat.
Kalau menghadapi hawa nafsu adalah merupakan perang yang besar, tentu harus ada kiat-kiat tertentu agar kita berhasil menghadapinya. Kiat-kiat tersebut antara lain adalah:
Pertama: Mengenal musuh terbesar. Musuh terbesar dalam kehidupan kita adalah hawa nafsu. Kata hawa nafsu selalu dipahami berupa keinginan atau kecendrungan kepada sesuatu yang tidak baik, atau perbuatan yang melawan kebenaran dan kebaikan. Orang yang tidak mampu mengendalikan hawa nafsunya tentu akan mengakibatkan dirinya lalai, sehingga dia punya kecendrungan untuk melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan ajaran yang benar. Orang yang memperturutkan hawa nafsu dinyatakan Allah sebagai manusia yang paling sesat.
Firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Qoshos ayat 50:
وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنِ اتَّبَعَ هَوَاهُ بِغَيْرِ هُدًى مِّنَ اللَّهِ َ ………”.
Artinya: “ Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun ”.
Kedua: Menggunakan kecerdasan akal untuk mengendalikan hawa nafsu. Manusia diberi Allah potensi akal agar dengan akal tersebut manusia dapat mempertimbangkan segala sesuatu yang menjadi keinginan dalam kehidupannya. Dengan demikian akal tersebut merupakan salah satu alat kontrol bagi manusia terhadap kecenderungan yang tidak baik, dan kecenderungan yang tidak baik tersebut tentunya dikarenakan hawa nafsu yang tidak terkendali.
Ketiga: Menolak segala keinginan hawa nafsu yang tidak baik. Untuk berhasil menolak keinginan tersebut, tentunya diperlukan iman yang kokoh.
Ketahuilah, bahwa dari sudut kemanusiaan Nabi Yusuf-pun sebenarnya suka kepada Zulaikha yang menggodanya untuk berbuat mesum. Namun dikarenakan imannya kepada Allah, keinginan yang tidak baik itu mampu dia kalahkan. Dalam hal ini Allah befirman:
وَلَقَدْ هَمَّتْ بِهِ وَهَمَّ بِهَا لَوْلا أَن رَّأَى بُرْهَانَ رَبِّهِ كَذَلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوءَ وَالْفَحْشَاء إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِينَ ”.
Artinya: “ Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusufpun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tiada melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih”.

Keempat: Menaklukkan dan menguasai hawa nafsu sepenuhnya. Peperangan melawan hawa nafsu berlangsung setiap saat. Dalam pertarungan ini, terkadang kita menang, tapi juga terkadang kita kalah. Namun bagi orang yang beriman tentu dia akan mampu untuk menguasai nafsunya.
Kita dianjurkan untuk selalu berdoa kepada Allah dengan doa seperti berikut:
“ Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari memiliki ilmu yang tidak bermanfa’at, hati yang tidak pernah khusyu’. nafsu yang tidak terkendali dan aku berlindung kepadaMu dari do’a yang tidak pernah Engkau dengarkan “.
Semoga kita termasuk orang-orang yang mampu mengendalikan hawa nafsu.