Kamis, 18 Oktober 2012

Pemimpin Yang Wara'

Bercermin Kepada Umar Bin Abdul Aziz
Melakukan pemberantasan korupsi nampaknya memang harus menelusuri jalan yang panjang dan terjal, bahkan upaya untuk memberantas korupsi ini terasa kian berliku. Salah satu sebabnya antara lain, bahwa perang melawan korupsi kelihatannya lebih banyak dalam bentuk wacana ketimbang menjadi gerakan.
Kita selalu menyimak pemberitaan, betapa banyak pembesar di Republik ini baik dalam pidato maupun diskusi-diskusi yang dilaksanakan menyampaikan betapa  pentingnya melakukan pemberantasan korupsi ini tanpa pandang bulu, tapi pada saat bersamaan kita saksikan ada saja pejabat terjerat kasus korupsi bahkan dengan skala yang lebih besar.
Agaknya para pembesar dan masyarakat di negeri ini perlu disuguhkan kembali kisah pemimpin yang bernama Umar bin Abdul Aziz.
Umar bin Abdul Aziz adalah seorang pemimpin yang adil, arif dan bijaksana serta hidup dalam kesederhanaan. Beliau juga pemimpin yang sangat berhati-hati dan takut memakan uang Negara walau sedikit.
Dikisahkan; Suatu hari Umar bin Abdul Aziz kerja lembur sampai malam. Maklum, masa itu belum ada listrik sebagai lampu penerang. Yang dia gunakan adalah lampu sentir untuk menerangi ruangan di tempat dia bekerja.
Saat Umar bin Abdul Aziz sibuk bekerja, tiba-tiba anaknya masuk ke ruang kerjanya. Umar-pun bertanya kepada anaknya; kamu ada keperluan pada ayah nak? Benar ayah, jawab puteranya.
Umar kembali bertanya; Keperluanmu kemari terkait dengan urusan Negara atau keluarga?
Urusan keluarga ayah, jawab anaknya.
Begitu mendengar jawaban anaknya bahwa kedatangannya adalah terkait urusan keluarga, sepontan Umar bin Abdul Aziz mematikan lampu yang ada dihadapannya. Seketika ruangan menjadi gelap.
Anaknya bertanya kepadanya; kenapa ayah matikan lampu itu?
Karena kamu kemari urusan keluarga, jawab Umar kepada anaknya.
Lantas, apa kaitannya urusan keluarga dengan lampu itu ayah? Tanya anaknya.
Minyak lampu ini adalah milik Negara, tadi aku gunakan karena aku sedang melakukan tugas-tugas kenegaraan. Sedangkan kamu datang kemari bukan untuk urusan kenegaraan. Jadi kalau ayah tetap menghidupkannya selama berbicara denganmu, itu berarti ayah sudah menyalahgunakan wewenang sebagai petugas Negara. Ayah tidak mau dibakar Allah dihari kiamat kelak dikarenakan setetes minyak lampu yang ayah gunakan untuk melayani kamu yang datang kemari bukan untuk kepentingan Negara.
Subhanallah……………! Betapa menakjubkan, Seorang pemimpin yang penuh tanggung jawab dan sangat berhati-hati dalam menggunakan pasilitas Negara. Umar bin Abdul Aziz tidak berani menggunakan pasilitas Negara walau hanya setetes minyak yang dia gunakan untuk keperluan keluarga.
Bagaimana dengan koruptor yang mengambil uang rakyat dengan milyaran rupiah?.
Semoga Pejabat atau siapapun yang dipercaya untuk menjalankan suatu amanat, dapat menjalankan amanat dengan baik dan benar. Dan selayaknya orang-orang yang menerima amanat mau bercermin kepada pola kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz.