Kamis, 11 Oktober 2012

Kisah Inspiratif

Belajar Bersyukur Dari Pengemis

Sepasang suami isteri beserta dua orang anaknya baru saja keluar dari pusat perbelanjaan. Di dekat lapangan parkir ada seorang pengemis yang menggendong anaknya. Dia tadahkan tangan kepada keluarga yang baru selesai belanja sambil berucap; beri saya sedekahnya Bu. Sang ibu membuka dompetnya, dia berikan uang sebesar Rp.1000.- kepada pengemis.
Si pengemis menerima uang itu, namun ia memberi isyarat dengan tangannya kemulut seperti orang yang sedang menyuap makanan. Itu menunjukkan si pengemis meminta tambahan sedekah dari sang ibu agar dia dapat membeli nasi untuk makan. Rupanya pengemis beserta anaknya dari siang belum makan.
Si ibu yang sudah memberikan sedekahnya memberikan isyarat pula dengan tangannya bahwa dia tidak berkenan menambah sedekahnya.
Merekapun berlalu dari tempat pengemis tersebut menuju tempat parkir mobil. Namun, sang suami berkata pada isteri dan anak-anaknya, kalian tunggu sebentar di mobil, saya mau ke ATM katanya. Rupanya sang suami ingin melihat saldo dan mencek apakah gajinya untuk bulan itu sudah masuk ke rekeningnya apa belum.
Setelah dia melihat saldo di ATM-nya, dia tersenyum gembira, sebab gajinya bulan itu sudah masuk ke rekeningnya. Sebelum meninggalkan ATM, dia mengambil beberapa lembar uang yang beragam besaran jumlahnya. Dari besaran uang Rp.10.000.- , Rp.20.000.- , Rp.50.000.- , bahkan Rp.100.000.-.
Saat menuju mobil, dia bertemu kembali dengan pengemis tadi, sang pengemis lagi-lagi memberi isyarat mohon diberi sedekah untuk membeli makanan. Diapun merogoh kantongnya dan mengambil uang Rp.20.000.- dan dia berikan kepada pengemis tadi.
Begitu menerima uang sebesar itu, sang pengemis sangat gembira, dia memuji Allah berulangkali untuk berucap syukur dan dia juga berulangkali mengucapkan terima kasih kepada bapak tersebut. Bahkan tidak hanya mengucapkan terima kasih, tapi dia juga berdoa dengan ucapan;
Semoga Bapak dan keluarga diberi Allah keberkahan, dijauhkan Allah dari marabahaya, dan semoga anak-anak Bapak menjadi anak-anak yang sholih dan sholihah”.
Di dalam hati Bapak tersebut mengaminkan daa si pengemis, dan tidak terasa air matanya berlinang karena merasa haru.
Setelah menerima uang Rp.20.000.- pengemis tadi berjalan menyeberangi jalan menuju warung penjual nasi, diapun membeli nasi dan makan dengan lahapnya bersama anaknya. Dalam hati sang Bapak berucap; Rupanya benar mereka belum makan. Kemudian diapun melanjutkan langkahnya menuju mobil.
Rupanya dari kejauhan isterinya melihat apa yang dilakukan suaminya. Setelah berada di dalam mobil sang isteri berucap; Kenapa Bapak beri lagi pengemis itu? Tadikan dia sudah saya beri!. Tidak apa-apa Bu, jawab sang suami. Wah, kalau gitu keenakan donk dia, jawab sang isteri dengan nada suara yang keras.
Melihat sikap isterinya yang demikian, sang suami dengan lembut berucap; Jangan berkata seperti itu Bu. Justru saya hari ini mendapat pelajaran berharga dari pengemis itu.
Dia……….! Walau hanya dapat uang Rp.20.000.- berualangkali mengucapkan “Alhamdulillah” karena bersyukur kepada Allah. Dan bukan itu saja Bu……… Dia mendoakan saya dan kamu, juga anak-anak kita dia doakan agar menjadi anak yang sholih dan sholihah. Sedangkan saya……………..! Saat melihat di ATM tadi uang gaji saya bulan ini sudah masuk, saya hanya tersenyum gembira tapi saya lupa menucap “Alhamdulillah” untuk bersyukur kepada Allah, padahal uang yang masuk jutaan rupiah.
Nah…………...! Sekarang menurut Ibu, mana yang lebih mulia dihadapan Allah antara kita dan pengemis itu? . Walau hanya mendapat uang Rp.20.000.- dia berulang kali berucap syukur kepada Allah, sementara kita yang memperoleh jutaan rupiah terkadang lupa untuk bersyukur.
Kemudian suaminya menunjuk ke arah pengemis yang sedang menyantap makanan yang dia beli bersama anaknya.
Itu………..! Kamu lihat mereka, dengan uang yang saya berikan, pengemis itu langsung membeli nasi untuk mereka makan. Kalau begitu, benar isyaratnya tadi bahwa dia belum makan.
Mendengar ucapan suaminya dan melihat pengemis tadi sedang makan di pinggir jalan, sang isteri terdiam dan meneteskan air mata menyesali sikapnya kepada pengemis tadi. Tiba-tiba dia berucap kepada suaminya; Hentikan mobilnya Pak.
Sang suami menghentikan mobil dan bertanya, ada apa Bu…..?. Tanpa menjawab pertanyaan suaminya, dia turun dari mobil dan menyeberang jalan menuju tempat si pengemis itu duduk. Kemudian dia buka dompetnya dan dia keluarkan tiga lembaran uang kertas yang masing-masing sebesar Rp. 100.000.- dan dia berikan kepada pengemis itu.
Setelah berada di mobil, suaminya bertanya kepada isterinya; Kenapa kamu kembali memberi uang padanya?.
Aku malu pada Allah, malu pada diriku sendiri dan malu pada pengemis itu, dan aku tidak mau di cap Allah sebagai orang yang tidak pandai bersyukur, jawabnya kepada suami.
Mendengar ucapan isterinya, sang suami berucap; “Alhamdulillah” rupanya hati kita masih di sinari Allah dengan hidayahnya. Kemudian sang isteri dan anak-anak meraka serempak mengucapkan “Alhamdulillah”.
Sejak peristiwa itu, mereka rajin bersedekah, dan sikap seperti itu mereka ajarkan kepada anak-anak mereka.
Anak-anak yang ada di dalam mobil rupanya mendengarkan dengan cermat percakapan yang terjadi antara kedua orang tua mereka, dan rupanya sikap kedua orang tua mereka begitu membekas dihati mereka. Kemudian………….! Anak-anak mereka tumbuh menjadi dewasa dan telah meraih sukses, dan mereka mewarisi sikap baik dari kedua orang tuanya.
Saudaraku………………….! Bagaimana pandangan Anda dengan cerita ini?
Tinggalkan komentar Anda setelah membaca cerita ini.
“Kisah ini adalah penuturan seorang jama’ah kepada Penulis dari pengalamannya beserta keluarga” Setelah mendengar cerita ini, saya bertanya; Apakah boleh saya posting cerita ini di Blog saya? tanpa menulis nama Bapak dan keluarga Bapak? Dia katakan; Silakan, semoga bisa menjadi Mau'izhah/pelajaran bagi sudara kita yang lain".