Anandaku……………………….!
Ketahuilah, bahwa dengan terlaksananya akad
nikah antara kamu berdua maka masing-masing status diantara kamu tentu dengan
sendirinya menjadi berubah. Yang tadinya ananda “Hidayat“ masih berstatus perjaka kini berstatus
sebagai seorang suami. Karena itu, ananda harus menyadari bahwa konsekuensi
dari pernikahan ini, dipundakmu ada tanggung jawab yang besar, karena kamu
adalah sebagai seorang suami yang menjadi Nahoda dalam mengayuh biduk rumah
tangga. Disisi lain ananda “Yuni”sebagai
seorang isteri juga demikian, saat ini kamu sudah berstatus sebagai seorang isteri, dalam kehidupan kamu sebagai seorang
isteri, ada kewajiban yang harus kamu
laksanakan, yaitu sebagai pendamping suami dalam menjalani kehidupan berumah
tangga.
Ketahuilah……....! Perkawinan bukanlah persoalan kecil dan
sepele, tapi merupakan persoalan penting dan besar. ‘Aqad nikah (perkawinan)
adalah sebagai suatu perjanjian yang kokoh dan suci. Oleh sebab itu jagalah ia
agar tidak ternodai dengan hal-hal yang akan merusak kesucian pernikahan kalian. Dan ketahuilah……..! bahwa untuk
menjaga kesucian pernikahan itu, kamu berdua harus dapat melaksanakan tanggung
jawab masing-masing. Ananda Hidayat sebagai suami bertanggung jawab memenuhi
hak-hak isteri, dan ananda Yuni sebagai isteri bertanggung jawab memenuhi hak-hak suami. Kami
sebagai orang tua yakin, apabila ananda
berdua dapat menjalankan kewajiban masing-masing maka rumah tangga yang akan
kalian tempuh insya Allah akan berlabuh di Pantai bahagia dengan bertaburkan
buah yang bernama Sakinah, Mawaddah dan Rahmah.
Perlu ananda sadari, bahwa semua pasangan
pengantin bercita-cita dan berkeinginan agar rumah tangganya mendapat kebahagaiaan. Namun harapan itu kadang
terganjal dengan persoalan-persoalan yang muncul disaat bergulirnya waktu yang terus berjalan. Kami
sebagai orang tua dan segenap keluarga
tidak berharap hal itu menimpa kalian.
Namun demikian, andai itu terjadi, Kami berpesan……..! Hadapi dan atasilah segala
persoalan dengan sikap yang arif dan bijaksana. Kedepankanlah pikiran sehat,
insya Allah segala problem yang timbul akan mampu ananda selesaikan berdua. Janganlah
mengedepankan emosi, sebab sikap seperti
itu adalah awal kehancuran rumah tangga.
Ketahuilah……..! Hidupmu akan jadi mulia bila ananda berdua
mampu menjalin dua arah komunikasi yang baik:
Pertama: Perbaikilah hubungan kepada Allah dengan melaksanakan kewajibanmu
kepadaNya, terutama jangan lupa untuk mendirikan shalat dan ibadah-ibadah wajib
lainnya, dan alangkah mulianya bila ananda mampu menambahnya dengan
ibadah-ibadah yang sunnat.
Kedua: Perbaiki hubunganmu kepada sesama manusia
dengan berinteraksi dengan baik kepada mereka. Dalam hal ini kami hanya mampu mengatakan : “ Wahai
pasangan dua sejoli, restu kami semua
menyertai ananda berdua, kebahagiaan kalian adalah kebahagiaan kami semua,
sayangilah orang tua, hormatilah sanak saudara, berbuat baiklah kepada
tetangga, hidupmu akan mulia “. Ingatlah akan Hadits Nabi, Artinya
: “Sebaik-baik manusia diantara kamu adalah orang yang paling banyak
manfaatnya untuk orang lain “.
Anandaku……………………….!
Dalam khutbah
nikah Nabi Muhammad, terdapat beberapa hal yang perlu digaris
bawahi. Antara lain adalah, keterlibatan Allah melalui sistem
yang ditetapkanNya. Yakni, bahwa suksesnya suatu perkawinan bukan hanya
ditentukan oleh salah seorang pasangan tetapi kedua-duanya, keduanya harus
merasa bahagia. Demikian juga kegagalannya, bukan hanya disebabkan oleh salah
satu dari pasangan tetapi keduanya gagal, boleh jadi karena yang satu menuntut
dan yang satu enggan untuk mengalah atau tidak mampu memberi.
Terkait dengan pernikahan dalam Al-Qur’an terdapat kalimat “Mawaddah”.
Yakni, cinta yang menjadikan seseorang tidak lagi melihat hal yang negatif dari
pasangannya. Al-Qur’an
menjadikan Mawaddah ini sebagai persyaratan lahir untuk
kebahagiaan perkawinan.
Orang bijak
mengatakan:
Karena cinta langit dan bumi diciptakan, atas dasar cinta makhluk diwujudkan, demi cinta seluruh Planet beredar, dan dengan cinta pula semua gerak mencapai
tujuannya.
Dengan cinta
semua jiwa meraih harapannya, dengan cinta pula seseorang mendapatkan idamannya
dan terbebas dari segala yang meresahkannya. Karena cinta pula seseorang dapat
memberi melebihi dari yang semestinya diberi dan tak pernah menuntut untuk
dibalas.
Ketahuilah bahwa
cinta antara manusia adalah “ Dialog antara dua aku “. Karena itu cinta
bukan saja menuntut pengakuan eksistensi, tetapi juga pengakuan kepribadian
kekasih. Menyukai isteri atau suami sebab hartanya bukan cinta yang
sesungguhnya, memaksakan kehendak bukanlah cinta sejati. Rasa kasihanpun belum
dikatakan cinta. Jangan pernah berkata: “ Aku mencintaimu karena aku
membutuhkanmu ” Tetapi katakanlah: “Aku membutuhkanmu karena aku
mencintaimu”. Bagus dan penting menikahi siapa yang dicintai tetapi lebih
penting lagi “ Mencintai siapa yang dinikahi “. Cinta menuntut pengenalan,
perhatian, penghormatan dan kesetiaan,
tanpa bergabungnya keempat unsur ini maka cinta jauh dari kenyataan.
Perkawinan terjadi antara Pria dan Wanita, Pria selalu
diidentikkan dengan kerja keras, kemahiran dalam bidangnya, perhatian dan
tanggung jawab, juga pemberian yang tulus dalam kedermawanan, kepercayaan diri
tanpa keangkuhan, dan yang tidak kalah pentingnya adalah kemampuan berhubungan
dan merasakan kehadiran perempuan untuk membela dan memenuhi kebutuhannya.
Adapun ciri
kewanitaan antara lain adalah kesadaran akan kewanitaannya, mampu memberi cinta
yang suci disertai kelemah lembutan. Yang tidak kalah pentingnya adalah
dorongan untuk berhubungan dan merasakan kehadiran laki-laki serta mencintai
hanya seorang suami. Cinta yang diselimuti oleh rasa malu yang wajar akan mampu membuat suami merasakan kehadiran kamu di
sisinya.
Membina rumah
tangga bukan seperti membangun rumah atau merangkai bunga, yang
dihadapi adalah manusia yang harus mengemban tugas dan fungsi membangun rumah
tangga.
Ketahuilah wahai
ananda berdua……………….…….! Kunci utama sukses perkawinan adalah “ Kesesuaian
antara suami-isteri “ . Perlu diingat, bahwa sukses
melanggengkan perkawinan tidak selalu identik dengan kebahagiaan perkawinan. Bisa saja perkawinan langgeng, tetapi apabila itu dilakukan
dengan terpaksa, atau selalu dibarengi dengan cekcok dan perselisihan, maka itu
bukanlah perkawinan yang bahagia, itu adalah kebahagiaan yang semu. Jangan
pula memastikan jika Anda menumukan pasangan suami isteri yang masing-masing sukses
dalam karirnya bahwa mereka bahagia dalam kehidupan rumah tangganya, karena
kabahagiaan tidak selalu identik dengan sukses dalam berkarir. Kegagalan dalam
rumah tangga dapat bersembunyi dibalik sukses dalam karir.
Selanjutnya
perlu diingat bahwa kebahagian bukanlah bersifat Statis, ia tidak juga
dapat terus-menerus menyertai seseorang sepanjang hayatnya. Hidup mengalami
pasang surut, terkadang senang dan terkadang susah, terkadang gembira juga
sedih, bahkan iman juga terkadang mengalami naik dan turun, cintapun bisa demikian.
Karena itu, manusia; termasuk pasangan suami isteri dituntut untuk terus
berjuang dan terus giat melakukan aneka aktivitas yang dapat menumbuhkembangkan
iman, cinta dan perkawinan.
Banyak pakar
yang berpandangan bahwa paling tidak ada tahap-tahap yang dilalui oleh pasangan
suami-isteri yang berbahagi. Ia dimulai dengan tahap “Bulan madu”,
dimana semua terlihat dan terasa indah karena seringkali imitasi masih
menyelubungi sikap mereka, tetapi setelah itu cepat atau lambat akan terlihat “keaslian
masing-masing” dan disinilah bermula riak,
bahkan gelombang perkawinan. Jika masing-masing tidak pandai melakukan adaptasi maka biduk perkawinan akan karam. Preode berikutnya
adalah priode “Penyesuaian” dimana masing-masing pihak harus
bersedia mengalah atau mundur selangkah atau dua langkah guna meraih
penyesuaian, dan jika ini berhasil maka dibutuhkan lagi tahap keempat yaitu
tahap “Penghangat hubungan”. Bila tahap ini berhasil, akan
menjadikan pasangan suami isteri itu mampu mewujudkan potensi Mawaddah
dan Rahmah, dan disana pulalah akan lahir kebahagiaan yang
sesungguhnya dalam berumah tangga.
Anandaku
berdua……………….! Ketahuilah,
yang tidak kalah pentingnya untuk ananda ketahui dalam berumah tangga adalah:
- Jangan sekali-kali menampakkan
kegembiraan pada saat pasangan Anda gundah, atau jangan menampakkan kesedihan
pada saat dia gembira. Ketahuilah
bahwa pria saat menghadapi problem lebih senang menyendiri ketimbang diajak
berbicara, sebaliknya perempuan amat senang didampingi dan diajak berbicara
saat ia menglami problem. Tetaplah bersama dalam kebahagiaan dan kesulitan, cinta
kalian akan senantiasa bersemi selalu.
-
Pahamilah bahasanya, baik bahasa
lisan maupun bahasa tubuhnya, terkadang bahasa tubuh bisa lebih jelas dan mesra
dari bahasa lisan, tetapi bila terjadi ketidaksesuaian maka bahasa lisan amat
diperlukan, disini masing-masing harus memahami bahasa pasangannya. Gaya
bicaranyapun harus dipahami karena terkadang ia terdengar keras atau dinilai
kasar tapi tidak demikian hatinya, tapi itulah gayanya. Ada ungkapan “ Saya
lebih senang di herdik oleh si A ketimbang dirayu oleh si B”
karena herdikan si “A” belum tentu menunjukkan amarah, sedangkan rayuan
si “ B ” boleh jadi mengandung kecaman.
- Jangan pernah menduga bahwa
perbedaan pendapat adalah tanda kegagalan perkawinan, bahkan boleh jadi itu
pupuk penyuburnya. Ini selama Anda berdua memiliki dorongan yang kuat untuk
segera menyelesaikan silang pendapat sambil berfikir dengan kata “ kita
“ bukan “ saya “. Berfikir demikian menjadikan seseorang bersedia
mengalah karena merasa bahwa kehidupan perkawinan lebih penting daripada
membuktikan kebenaran.
Selanjutnya dalam
kesempatan ini saya
ingin menekankan kepada kedua mempelai:
Pertama saya tujukan kepada ananda Hidayat.
Ketahuilah bahwa: Isteri yang kamu nikahi
yang bernama Yuni ini, tidaklah semulia
Khadijah, tidaklah setakwa Aisyah, juga tidak setabah Fatimah, apalagi secantik
Zulaikha. Justru Isterimu hanyalah wanita biasa yang tentunya banyak
kekurangannya. Janganlah ananda melihat kekurangannya semata namun melupakan
kelebihannya. Ambillah kelebihan yang ada pada dirinya untuk dijadikan penopang
kekuatan dan tutupilah kekurangannya agar kamu tidak merendahkannya. Pernikahan atau perkawinan, mengajarkan kepada kita akan kewajiban
bersama. Isteri menjadi tanah, kamu langit penaungnya, Isteri sebagai ladang dan tanaman, kamu sebagai pemagarnya, Isteri kiasan ternak, kamu gembalanya, Isteri sebagai murid, kamu pembimbingnya, Isteri bagaikan anak kecil, kamu tempat bermanjanya. Saat Isteri menjadi madu, kamu
teguklah sepuasnya, seketika Isteri menjadi racun, kamulah penawar bisanya, seandainya
Istri tulang yang bengkok, berhati-hatilah meluruskannya.
Kamu adalah Pria yang kami
berharap menjadi suami yang shalih agar kelak engkau menempati mahligai di dalam
syurga Allah bersama isterimu.
Kemudian kepada ananda Yuni, saya berpesan:
Suami yang menikahimu, Tidaklah semulia Muhammad
SAW, tidaklah setakwa Ibrahim, tidak setabah Ayyub, tidak segagah Musa, apalagi
setampan Yusuf. Suamimu hanyalah pria biasa yang punya cita-cita melaksanakan
sunnah Nabi Muhammad dan bercita-cita untuk membangun
keturunan yang shaleh dan shalihah.
Pernikahan atau perkawinan mengajarkan kepada kita akan kewajiban bersama.
Suami menjadi pelindung, kamu penghuninya, suami sebagai Nahoda kapal, kamu
navigatornya, suami bagaikan balita yang nakal, kamu adalah penuntun
kenakalannya. Saat Suami menjadi raja, kamu nikmati anggur singgasananya, seketika
Suami menjadi racun, kamulah obat penawarnya, seandainya Suami masinis yang
lancang, sabarlah memperingatkannya. Pernikahan ataupun Perkawinan, mengajarkan
kepada kita akan perlunya iman dan takwa untuk belajar meniti sabar dan ridha
Allah SWT. Kamu bukanlah Khadijah yang begitu sempurna di dalam menjaga, bukanlah
Hajar yang begitu setia dalam sengsara, Kamu adalah wanita yang kami berharap menjadi isteri
yang shalihah agar kelak engkau menempati mahligai di dalam
syurga Allah bersama suamimu.