Senin, 18 April 2011

Dampak Amal Dalam Kehidupan Manusia

Amal Manusia dan Pengaruhnya
Bagi Kehidupan Dunia dan Akhirat

Amal atau perbuatan manusia terbagi dua, yaitu yang baik ( amal saleh ) dan yang buruk. Amal saleh tidak berarti hanya ibadah dalam arti sempit, tetapi juga mencakup segala pekerjaan yang mengandung nilai kebaikan dan dikerjakan karena Allah swt., seperti memberi makan orang yang lapar, membersihkan jalan, membangun Negara, menegakkan keadilan, dan menghapus kezaliman. Setiap amal atau perbuatan, baik perbuatan yang baik maupun yang buruk mempunyai pengaruh, baik dalam kehidupan pribadi dan keluarga maupun masyarakat dan bangsa.
Diriwayatkan dalam kitab shahih al-Bukhari jilid II, halaman 259-260 bahwa dizaman dahulu ada tiga orang yang sedang dalam perjalanan. Karena hujan mereka masuk ke dalam gua. Tiba-tiba pintu gua tertutup oleh batu besar. Mereka merasa tidak mungkin lagi keluar dari gua itu melainkan dengan pertolongan Allah. Karena itu masing-masing mereka mengingat amal saleh terbaik yang pernah dilakukannya dengan ikhlas karena Allah. Orang pertama berdoa dengan kebaikannya terhadap karyawannya yang pergi dengan meninggalkan gajinya, akan tetapi, ia memelihara dan mengembangkan gaji karyawannya yang tertinggal itu sampai menjadi beberapa ekor sapi. Kemudian, karyawan itu datang menanyakan upahnya yang dahulu belum diambilnya. Lalu, majikan ini menunjukkan sapi-sapi yang dikembangkan dari modal gaji karyawannya tersebut. Setelah terjadi dialog antara keduanya, karena karyawan tidak dapat membayangkan upahnya menjadi demikian besar, akhirnya ia terima. Sang majikan memohon kepada Allah, seandainya itu amal saleh yang diterima Allah, dia memohon agar pintu gua dibukakan oleh Allah. Ternyata batu yang menutupi pintu gua itu sedikit bergerak.
Orang kedua berdoa dengan kebaikannya menyediakan susu setiap malam buat kedua orang tuanya. Pada suatu malam, ia terlambat pulang sehingga kedua orang tuanya sudah tertidur. Namun demikian, karena segannya membangunkan mereka, ia terus menunggu mereka bangun sampai shubuh dan tidak memberikan susu itu kepada anak-anaknya. Ia memohon kepada Allah, seandainya perbuatan itu terhitung amal saleh yang diterima Allah, kiranya Allah membukakan pintu gua. Batu itupun bergerak dan pintu gua semakin terbuka.
Orang ketiga berdoa dengan maksud baiknya mengurungkan niat berbuat mesum dengan anak pamannya. Pada mulanya, anak pamannya menolak kecuali dengan uang seratus dinar. Setelah ia mengusahakan uang itu dan menyerahkannya, anak pamannya itu menyerahkan dirinya. Ketika dia sudah duduk di antara kedua kaki perempuan itu, ia diingatkan perempuan itu agar takut kepada Allah. Ia pun tersadar, bangun dan pergi serta membiarkan uang itu. Ia berdoa, andaikan meninggalkan perbuatan zina dan mengikhlaskan uang itu menjadi milik perempuan itu merupakan amal yang diterima Allah, ia memohon kepada Allah agar kiranya pintu gua dibukakan. Tiba-tiba pintu gua terbuka lebar, sehingga mereka dapat keluar.
Ini adalah salah satu contoh bahwa amal saleh itu bermanfaat untuk keselamatan di dunia. Memang demikian halnya dengan amal-amal dalam Islam. Manfaatnya bukan hanya untuk kehidupan di akhirat semata, tetapi juga untuk kebaikan hidup manusia di dunia. Sehubungan dengan ini, secara umum dalam Al-Qur’an surat An-Nahl :97,  disebutkan:
مَنْ عَمِلَ صَالِحاً مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُواْ يَعْمَلُونَ
Artinya :” Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. “.
Sebagian mufassir menjelaskan bahwa kehidupan yang baik itu berarti di dunia dan balasan pahala itu berarti di akhirat.
Demikian juga sebaliknya, perbuatan yang tidak baik mempunyai dampak kepada kehidupan manusia, baik kepada pribadi, keluarga, maupun masyarakat. Allah berfirman dalam surat Al-Anfal :25:
وَاتَّقُواْ فِتْنَةً لاَّ تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُواْ مِنكُمْ خَآصَّةً وَاعْلَمُواْ أَنَّ اللّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
Artinya: “Dan peliharalah dirimu daripada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya. “.
Ini didukung oleh teori ilmu pengetahuan hidup modern. Kita tidak ikut menggunduli hutan, tetapi apabila banjir melanda, kita pun ikut terkena banjir, Kita tidak pernah membakar hutan, tetapi kita terkena asapnya. Rumah dan lingkungan kita bersih, tetapi kita bisa digigit nyamuk demam berdarah. Itulah yang dimaksud apabila musibah datang, tidak hanya menimpa orang yang berbuat zalim, tetapi yang lain juga terkena akibatnya. Hal ini mungkin dikarenakan manusia belum maksimal dalam melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar.
Bila melihat sejarah ummat terdahulu, bencana yang menimpa mereka selalu merupakan balasan dari Allah atas kekufuran dan kezaliman mereka.
Kaum Samud dibinasakan Allah dengan petir yang dahsyat. Kaum ‘Ad dibinasakan dengan anging dingin yang sangat kencang.  Firaun dan pengikutnya pernah dikirim Allah bala dalam bentuk angin topan, belalang, kutu, kodok, dan darah, hal itu dikarenakan mereka menolak ajaran yang disampaikan nabi Musa as. kepada mereka. Kaum Iram pernah membangun 1700 kota, tetapi habis hancur karena kemurkaan Allah. Kisah-kisah ini menunjukkan adanya kemurkaan dan campur tangan Tuhan ( Allah ) dalam menghancurkan bangsa-bangsa terdahulu karena kekafiran dan kezaliman mereka sendiri. Berbagai macam bencana ditimpakan Allah kepada kaum yang melawanNya, menurut Al-Qur’an, itu adalah sunnah Allah yang dapat menimpa kaum mana saja, karena sunnah Allah tidak akan berubah.
Ulat bulu yang menyerang sebagian wilayah di Indonesia ini pun, boleh jadi bagian dari azab Allah, atau sekurang-kurangnya peringatan dariNya. Hanya sayang, banyak manusia yang tidak mengambil pelajaran dari apa yang sudah terjadi.
Dampak perbuatan yang tidak baik bisa saja melanda semua orang, termasuk orang Mumin. Orang baik kadang-kadang layak menerima bencana, karena upaya melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar belum setimpal dengan kemampuan dan kapasitas yang dimilikinya. Karena itu, kita perlu introspeksi diri dan meningkatkan perjuangan untuk memperbaiki masyarakat. Dalam menghadapi bencana dan kesulitan, baik bersifat pribadi maupun bersifat umum, seorang mukmin hendaknya selalu melakukan introspeksi diri, meningkatkan iman dan takwa kepada Allah, meningkatkan rasa tanggung jawab sosial, memperbanyak zikir dan doa serta amal-amal lain yang mendekatkan diri kepada Allah di samping ibadah wajib yang disyari’atkan Allah swt, karena amal saleh bukan hanya menjadi pahala di akhirat, tetapi juga membawa maslahat/kebaikan dalam kehidupan di dunia.
Sumber data: Kuliah Agama – Ilmiah Populer. Dr. H. Ramli Abdul Wahid.