Jumat, 04 Februari 2011

RASULULLAH SUKA MEMBERI MA'AF


TSUMAMAH MASUK ISLAM SETELAH DIMA’AFKAN RASULULLAH

Seorang yang bernama Tsumamah bin Itsal dari Qobilah Al Yamamah pergi ke Madinah dengan tujuan hendak membunuh Nabi SAW. Segala persiapan telah matang, senjata sudah disandangnya, dan ia pun sudah masuk ke kota suci tempat Rasulullah tinggal. Dengan semangat yang meluap-luap ia mencari majlis Rasulullah, langsung didatanginya untuk melaksanakan maksud daan tujuannya. Tatkala Tsumamah datang, Umar bin Khattab ra. yang melihat gelagat buruk pada penampilannya menghadang. Umar bertanya, “Apa tujuan kedatanganmu ke Madinah? Bukankah engkau seorang yang musyrik?. Dengan terus terang Tsumamah menjawab, “Aku datang ke negeri ini hanya untuk membunuh Muhammad!”.

Mendengar ucapannya, dengan sigap Umar langsung menangkapnya, Tsumamah tidak sanggup melawan Umar yang perkasa, ia tidak mampu mengadakan perlawanan. Umar berhasil merampas senjatanya dan mengikat tangannya kemudian dibawa ke masjid. Setelah mengikat Tsumamah di salah satu tiang masjid Umar segera melaporkan kejadian ini pada Rasulullah. Rasulullah segera keluar menemui orang yang bermaksud untuk membunuhnya. Setibanya di tempat Tsumamah di ikat, Rasulullah mengamati wajah Tsumamah baik-baik, kemudian berkata pada para sahabatnya, Apakah ada di antara kalian yang sudah memberinya makan?”.

Para shahabat Rasul yang ada disitu tentu saja heran dengan pertanyaan Nabi. Umar yang sejak tadi menunggu perintah Rasulullah untuk membunuh orang ini seakan tidak percaya dengan apa yang didengarnya dari Rasulullah. Maka Umar memberanikan diri untuk bertanya, “Makanan apa yang anda maksud wahai Rasulullah? Orang ini datang ke sini ingin membunuh bukan ingin masuk Islam!” Namun Rasulullah tidak menghiraukan sanggahan Umar. Beliau berkata, Tolong ambilkan segelas susu dari rumahku, dan buka tali pengikat orang itu”.

Walaupun merasa heran, Umar mematuhi perintah Rasulullah. Setelah Tsumamah diberi minum, Rasulullah dengan suara yang lembut berkata kepadanya, “Ucapkanlah:
  أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ الله ُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُُ اللهِ.
Tsumamah menjawab dengan ketus, “Aku tidak akan mengucapkannya!”. Rasulullah membujuk lagi, “Katakanlah,  أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ الله ُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُُ اللهِ.
Namun Tsumamah tetap berkata dengan nada keras, Aku tidak akan mengucapkannya!”

Para sahabat Rasul yang turut menyaksikan tentu saja menjadi geram terhadap orang ini. Tetapi Rasulullah malah membebaskan dan menyuruhnya pergi. Tsumamah yang musyrik itu bangkit seolah-olah hendak pulang ke negerinya. Tetapi belum berapa jauh dari Masjid, dia kembali kepada Rasulullah dengan wajah ramah berseri. Ia berkata, “Ya Rasulullah, aku ucapkan:
أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ الله ُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُُ اللهِ.
Rasulullah tersenyum dan bertanya, “Mengapa engkau tidak mengucapkannya ketika tadi aku memerintahkan kepadamu?” Tsumamah menjawab, “Aku tidak mengucapkannya ketika masih belum kau bebaskan, karena aku khawatir ada yang menganggap aku masuk Islam karena takut kepadamu. Namun setelah engkau bebaskan, aku masuk Islam semata-mata karena mengharap keridhaan Allah Robbul Alamin.”

Pada suatu kesempatan, Tsumamah bin Itsal berkata, “Ketika aku memasuki kota Madinah, tiada yang lebih kubenci dari Muhammad. Tetapi setelah aku meninggalkan kota itu, tiada seorang pun di muka bumi yang lebih kucintai selain Muhammad Rasulullah.”

Sahabatku ………….!
Apakah kita pengikut ajaran beliau? Tetapi sejauh mana kita bisa memaafkan kesalahan orang? Seberapa besar kita mencintai sesama? kalau tidak, kita perlu menanyakan kembali ikrar kita yang pernah kita ucapkan sebagai tanda kita pengikut beliau.

Sungguh, beliau adalah contoh yang sempurna sebagai seorang manusia biasa. Beliau adalah Nabi terbesar, beliau juga adalah Suami yang sempurna, Ayah yang penuh kasih sayang, Pemimpin yang kharismatik, teman dan sahabat yang baik, tetangga yang mulia. maka tidak salah kalau Allah mengatakan bahwa Beliau adalah teladan yang pantas menjadi ikutan.
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu

Semoga Shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada beliau, junjungan dan teladan kita yang memiliki pribadi mulia dan oleh Allah diciptakan sebagai contoh untuk kita manusia.
As-Salamu  ’Alaika ya Rasulallah………………………………………..!