Senin, 03 September 2012

'Ibroh Untuk Kehidupan


Belajar Dari Kehidupan Tukang Parkir
Di Kantor atau ditempat-tempat lainnya kita selalu menemukan seseorang yang bertugas sebagai penjaga Parkir, setiap hari dia lakukan pekerjaannya. Sejak pagi sampai sore ia setia menjaga kenderaan yang di titipkan kepadanya, berbagai merek kenderaan ada di sana. Dari kenderaan yang sederhana sampai kenderaan yang mewah biasa ia naiki untuk mengatur kenderaan agar tersusun rapi. Seolah-oleh dialah yang memiliki kenderaan tersebut. Namun pada saat sore hari tiba, segenap pemilik kenderaan, kembali mengambil kenderaan mereka untuk pulang kerumah masing-masing. Namun, si tukang parkir tidak pernah merasa bersedih pada saat kenderaan-kenderaan tersebut tidak lagi ada dihadapannya. Demikianlah setiap hari dari hari-hari yang dilalui oleh si tukang Parkir.
Saudaraku………………..!
Seandainya hidup di dunia ini kita jalani seperti halnya tukang Parkir, tentu hidup kita akan terasa lebih indah dan tenang. Kenapa………..? Karena kita sebagai manusia harus menyadari bahwa apa yang kita miliki di dunia ini sifatnya hanyalah pinjaman atau titipan dari Allah SWT., sama halnya seperti tukang Parkir yang kepadanya ditipkan mobil dan kenderaan lainnya untuk di jaga, yang akhirnya mobil-mobil tersebut akan diambil kembali oleh pemiliknya.  
Karena itu…………!
Jangan pernah merasa sombong akan jabatan yang kita sandang, akan harta yang kita punya, atau atas kecerdasan yang kita miliki. Jika kita mau menjadi sosok seperti tukang Parkir, maka kita akan senantiasa menyadari bahwa apapun yang kita miliki di dunia ini hanyalah amanat dari Sang Maha Pemilik. Cepat atau lambat, apapun yang kita punya akan kembali kepada Pemiliknya, karena memang hakikatnya bukan kita pemilik semua jabatan, harta, atau kecerdasan itu. Kita sebagai manusia hanya diberikan amanah untuk menjaga, merawat, dan bertanggungjawab atas jabatan yang diamanahkan kepada kita, atau atas harta yang dilimpahkan kepada kita, atau atas karunia kecerdasan yang dilimpahkan untuk kita.
Tidak perlu kita merasa senang sedemikian hebatnya saat Allah SWT memberikan kenikmatan, karena boleh jadi Allah sedang menguji kita dengan kenikmatan tersebut. Sebalikya, jangan terlalu bersedih atas kesusahan yang menimpa kita, karena boleh jadi Allah sedang menguji kita dengan kesusahan itu.
Itulah kehidupan………...  Tentu adakalanya senang, adakalanya susah. Besyukurlah pada saat mendapat kesenangan dan bersabarlah manakala sedang dirundung malang.
Senang dan susah yang dialami seorang mukmin tetap akan mendatangkan kebaikan baginya. Sebab, pada saat ia mendapat kesenangan dalam hidupnya, lalu ia mensyukurinya, tentu sikap syukurnya itu akan menjadikan kebaikan untuknya. Sebaliknya pada saat ia dilanda kesusahan, ia mampu menyikapinya dengan sikap sabar, maka sikap sabarnya itu juga merupakan kebaikan untuknya. Bila demikian, bagi seorang mukmin yang memahami hakikat kehidupan ini tentu tidak ada yang tidak baik baginya. Kehidupan seperti ini yang akan mendatangkan ketenangan batin dalam kehidupan seseorang. Semoga kehidupan kita demikian adanya.
امـِـيْــنَ يَـا رَبَّ الـْعـَالـَمِـيْـنَ