Sabtu, 09 April 2011

Belajar Membaca Al-Qur'an dengan cara Mujawwad

Belajar Tilawah Al-Qur'an dengan cara Mujawwad oleh Syaikh Ahmad Mustafa.
Bagi Qori' - Qori'ah yang menekuni dan mendalami bacaan Al-Qur'an secara mujawwad, video ini dapat membantu anda untuk menambah ilmu pengetahuan dalam seni baca Al-Qur'an dengan cara Mujawwad ( membaca Al-Qur'an dengan menerapkan lagu-lagu Al-Qur'an ).  Untuk itu bagi yang berminat silakan Download, Semoga bermanfa'at.

Belajar Membaca Al-Qur'an dengan cara Mujawwad

Belajar Tilawah Al-Qur'an dengan cara Mujawwad oleh Syaikh Ahmad Mustafa.
Bagi Qori' - Qori'ah yang menekuni dan mendalami bacaan Al-Qur'an secara mujawwad, video ini dapat membantu anda untuk menambah ilmu pengetahuan dalam seni baca Al-Qur'an dengan cara Mujawwad ( membaca Al-Qur'an dengan menerapkan lagu-lagu Al-Qur'an ).  Untuk itu bagi yang berminat silakan Download, Semoga bermanfa'at.

Ratapan Gadis Kecil di Kubur Ayahnya


Hasan al-Bashri dan Gadis Kecil
Suatu sore Hasan al-Bashri sedang duduk di teras rumahnya, ia sedang bersantai menikmati semilir angin yang berhembus. Tidak lama setelah ia duduk, lewat iring-iringan orang membawa jenazah. Bersama dengan iring-iringan tersebut berjalan seorang gadis kecil sambil menangis terisak. Rambutnya tampak kusut dan terurai tidak beraturan. Hasan al-Bashri tertarik akan penampilan gadis kecil tadi. Ia turun dari rumahnya dan ikut dalam iring-iringan tersebut. Ia berjalan di belakang gadis kecil itu.
Di antara tangisan gadis itu terdengar kata-kata yang menggambarkan kesedihan hatinya.
Ayah, baru kali ini aku mengalami peristiwa seperti ini.
Hasan al-Bashri menyahut ucapan sang gadis kecil, "Ayahmu juga sebelumnya belum pernah mengalami peristiwa seperti ini.
Keesokan harinya, usai shalat subuh, ketika matahari terbit di ufuk timur, sebagaimana biasanya Hasan al-Bashri duduk di teras rumahnya. Sejurus kemudian, gadis kecil yang kemarin, lewat di depan rumahnya menuju ke ke arah kubur ayahnya. "Gadis kecil yang bijak," gumam Hasan al-Bashri. "Aku akan ikuti gadis kecil itu".
Gadis kecil itu tiba di kubur ayahnya. Hasan al-Bashri bersembunyi di balik pohon, mengamati gerak-gerik gadis kecil tersebut. Gadis kecil itu berjongkok di pinggir gundukan tanah kuburan ayahnya. Ia menempelkan pipinya ke atas gundukan tanah itu. Sejurus kemudian, ia meratap dengan kata-kata yang terdengar oleh Hasan al-Bashri.
Ayah, bagaimana keadaanmu yang tinggal sendirian dalam kubur yang gelap gulita tanpa pelita dan tanpa pelipur?
Ayah………..! kemarin malam kunyalakan lampu untukmu, semalam siapa yang menyalakannya untukmu?
Kemarin masih kubentangkan tikar, kini siapa yang melakukannya, Ayah?
Kemarin malam aku masih memijat kaki dan tanganmu, siapa yang memijatmu semalam, Ayah?
Kemarin aku yang menyiapkan minum untuk ayah, siapa yang memberimu minum tadi malam?
Kemarin malam aku membalikkan badanmu dari sisi yang satu ke sisi yang lain agar engkau merasa nyaman, siapa yang melakukannya untukmu tadi malam, Ayah?.
Kemarin malam aku yang menyelimuti engkau, siapakah yang menyelimuti engkau tadi malam, ayah?
Ayah, kemarin malam kuperhatikan wajahmu, siapakah yang memperhatikan wajahmu tadi malam, Ayah?
Kemarin malam kau memanggilku dan aku menyahut penggilanmu, lantas siapa yang menjawab panggilanmu tadi malam.
Kemarin aku suapi engkau saat kau ingin makan, tadi malam siapakah yang menyuapimu, Ayah?
Kemarin malam aku memasakkan makanan untukmu, tadi malam siapa yang memasakkanmu?"
Mendengar rintihan gadis kecil itu, Hasan al-Bashri tidak tahan mendengar rintihan tersebut. Keluarlah ia dari tempat persembunyiannya, lalu menyapa gadis kecil itu dan berkata.
Hai, gadis kecil! Jangan berkata seperti itu nak. Tetapi, ucapkanlah:
Ayah, kuhadapkan engkau ke arah kiblat, apakah kau masih seperti itu atau telah berubah.
Ayah? Kami kafani engkau dengan kafan yang terbaik, masih utuhkan kain kafan itu, atau telah tercbik-cabik.
Ayah? Kuletakkan engkau di dalam kubur dengan badan yang utuh, apakah masih demikian, atau cacing tanah telah menyantapmu, ayah?"
Ayah, Ulama mengatakan bahwa seorang hamba yang mati ditanya tentang imannya. Ada yang mampu menjawab dan ada juga yang tidak mampu menjawab. Bagaimana dengan engkau, Ayah? Apakah engkau bisa mempertanggungjawabkan imanmu, Ayah? Ataukah, engkau tidak berdaya?.
Ayah, Ulama mengatakan bahwa mereka yang mati akan diganti kain kafannya dengan kain kafan dari sorga atau dari neraka. Engkau mendapat kain kafan dari mana, Ayah?.
Ulama mengatakan bahwa kubur sebagai taman sorga atau jurang menuju neraka. Kubur kadang membelai orang mati seperti kasih ibu, atau terkadang menghimpitnya sehingga tulang-belulangnya berserakan. Apakah engkau dibelai atau dimarahi, Ayah?.
Ayah, kata ulama, orang yang dikebumikan menyesal mengapa tidak memperbanyak amal baik. Orang yang ingkar menyesal dengan tumpukan maksiatnya. Apakah engkau menyesal karena kejelekanmu ataukah karena amal baikmu yang sedikit, Ayah?.
Jika kupanggil, engkau selelu menyahut. Kini aku memanggilmu di atas gundukan tanah di kuburmu, lalu mengapa aku tak bisa mendengar sahutanmu, Ayah?.
Ayah, engkau sudah tiada. Aku sudah tidak bisa menemuimu lagi hingga hari kiamat nanti. Wahai Allah, janganlah Kau rintangi pertemuanku dengan ayahku di akhirat kelak.
Gadis kecil itu menengok kepada Hasan al-Bashri seraya berkata, "Betapa indah kata-kata yang engkau ajarkan kepadaku untuk pengganti ratapanku kepada ayahku. Betapa baik bimbingan yang telah kuterima. Engkau ingatkan aku dari kelalaianku.
Ya Allah, ampunkanlah aku dan kedua orang tuaku, pertemukanlah kami kelak diakhirat dalam naungan rahmat dan keridhoanMu.
Kemudian, Hasan al-Bashri dan gadis kecil itu meninggalkan kubur. Mereka pulang sembari berderai air mata.
Subhanallah……………….! Mari kita jadikan kisah ini sebagai I’tibar bagi kita semua, semoga di akhirat kelak kita dapat bertemu dan berkumpul kembali dengan orang tua dan keluarga kita.
امـِـيْــنَ يَـا رَبَّ الـْعـَالـَمِـيْـنَ
Sumber: Mutiara Hikmah dalam 1001 Kisah.