Kamis, 31 Maret 2011

Teladan Dari Wanita Sholihah

WANITA JELATA


Firman Allah dalam Surat An-Nisa’ 59:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ أَطِيعُواْ اللّهَ وَأَطِيعُواْ الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللّهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya “.

Dikisahkan bahwa, seorang Gubernur pada zaman Khalifah Al-Mahdi, pada suatu hari mengumpulkan sejumlah tetangganya dan menaburkan uang dinar dihadapan mereka. Semuanya saling berebut memunguti uang itu dengan suka cita. Kecuali seorang wanita kumal, berkulit hitam dan berwajah buruk. Ia terlihat diam saja dan tidak bergerak, sambil memandangi para tetangganya yang sebenarnya lebih kaya dari dirinya, tetapi berbuat seolah-olah mereka orang-orang yang kekurangan harta.
Dengan keheranan sang Gubernur bertanya, "Mengapa engkau tidak ikut memunguti uang dinar itu seperti tetangga engkau?" Perempuan yang bermuka buruk itu menjawab, "Sebab yang mereka cari uang dinar sebagai bekal dunia. Sedangkan yang saya butuhkan bukan dinar melainkan bekal akhirat." "Maksud engkau?" tanya sang Gubernur mulai tertarik akan kepribadian perempuan itu. "Maksud saya, uang dunia sudah cukup. Yang masih saya perlukan adalah bekal akhirat, yaitu shalat, puasa dan zikir. Sebab perjalanan di dunia ini amat pendek dibanding dengan pengembaraan di akhirat yang panjang dan kekal.
Dengan jawaban seperti itu, sang Gubernur merasa telah disindir tajam. Ia insaf, dirinya selama ini hanya sibuk mengumpulkan harta benda dan melalaikan kewajiban agamanya. Padahal kekayaannya melimpah rauh, tak kan habis dimakan keluarganya sampai tujuh keturunan. Sedangkan umurnya sudah di atas setengah abad, dan Malaikat Izrail sudah mengintainya.
Akhirnya sang Gubernur jatuh cinta kepada perempuan lusuh yang berparas buruk. Kabar itu tersebar ke segenap pelosok negeri. Pembesar dan pejabat di negri itupun tidak habis pikir, bagaimana seorang Gubernur bisa menaruh hati kepada perempuan jelata bertampang jelek itu.
Maka pada suatu kesempatan, mereka diundang oleh Gubernur dalam sebuah pesta mewah, juga para tetangga, termasuk wanita yang membuat heboh tadi. Kepada mereka diberikan gelas Crystal yang bertahtakan permata, berisi cairan anggur segar. Gubernur lantas memerintahkan agar mereka membanting gelas masing-masing. Semuanya terbengong dan tidak ada yang mau menuruti perintah itu. Namun, tiba-tiba terdengar bunyi berdenting, para yang hadir berpikir, ada orang gila yang melaksanakan perintah itu. Dia adalah perempuan yang berwajah buruk. Di kakinya pecahan gelas berhamburan sampai semua orang tampak terkejut dan keheranan.
Gubernur lalu bertanya, "Mengapa kamu banting gelas itu?" Tanpa takut wanita itu menjawab, "Ada beberapa sebab. Pertama, dengan memecahkan gelas ini berarti berkurang kekayaan Tuan. Tetapi, menurut saya hal itu lebih baik daripada wibawa Tuan berkurang karena perintah Tuan tidak dipatuhi." Gubernur terkesima. Para tamunya juga kagum akan jawaban yang masuk akal itu. Sebab lainnya?" tanya Gubernur. Wanita itu menjawab, "Kedua, saya hanya men-taati perintah Allah. Sebab di dalam Al-Qur’an Allah memerintahkan agar kita mematuhi Allah, RasulNya, dan para penguasa. Sedangkan Tuan adalah penguasa, atau Ulil Amri, maka dengan segala resikonya saya laksanakan perintah Tuan." Gubernur semakin takjub. Demikian pula para tamunya. "Masih ada sebab lain?" Perempua itu mengangguk dan berkata, "Ketiga, dengan saya pecahkan gelas itu, orang-orang akan menganggap saya gila. Namun, hal itu lebih baik buat saya. Biarlah saya dianggap gila daripada tidak melakukan perintah Gubernurnya, yang berarti saya sudah berbuat durhaka. Tuduhan saya gila, akan saya terima dengan lapang dada daripada saya dituduh durhaka kepada penguasa saya. Itu lebih berat buat saya.
Maka ketika kemudian Gubernur mengalami musibah dengan wafatnya istri beliau, Gubernur melamar perempuan yang buruk rupa itu lalu menikahinya. Semua yang mendengar berita tersebut merasa sangat gembira, karena Gubernur mereka memperoleh jodoh seorang wanita yang tidak saja taat kepada Allah dan RasulNya, tetapi juga taat kepada Gubernurnya dan sekaligus taat kepada suaminya.
Subhanallah……………..! 
Ketaatan itu bukan terletak pada ketampanan dan kecantikan seseorang, tetapi terletak pada kedalaman iman dan pemahaman ke-agamaan seseorang.
Semoga kita dapat mengambil pelajaran dari kisah ini.



Rabu, 30 Maret 2011

Pandangan Islam Tentang Pria dan Wanita

Foto saat menghadiri MTQ di Bengkulu
PRINSIP DASAR ISLAM TENTANG
PRIA DAN WANITA

Pria dan wanita pada dasarnya mempunyai kewajiban yang sama terutama dalam masalah ibadah. Allah SWT. berfirman dalam Al-Qur’an pada surat An-Nahl ayat 97.

مَنْ عَمِلَ صَالِحاً مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُواْ يَعْمَلُونَ

Artinya : “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan “.

Perbedaan antara pria dan wanita ialah tentang kudrat ciptaan Allah pada masing-masing pihak, baik dari sudut jasmaniah maupun dari sudut Psikologi.
Dalam Al-Qur’an surat An-Nisa’ ayat 34 Allah berfirman :

الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاء بِمَا فَضَّلَ اللّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَا أَنفَقُواْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِّلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللّهُ وَاللاَّتِي تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ وَاهْجُرُوهُنَّ فِي الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوهُنَّ فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ فَلاَ تَبْغُواْ عَلَيْهِنَّ سَبِيلاً إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلِيّاً كَبِيراً

Artinya : “  Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang ta`at kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka menta`atimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar“.

Pria dipandang tepat untuk menjadi pemimpin terhadap wanita karena dalam hal-hal tertentu  secara umum pria mempunyai kelebihan dari wanita, antara lain adalah :
  1. Ditinjau dari segi jasmaniah umumnya pria lebih kuat dari wanita, kendatipun terkadang ada wanita lebih kuat dari pria tapi itu adalah hal yang keluar dari keadaan secara umum yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
  2. Dalam segi berfikir umumnya pria juga lebih unggul dari wanita terutama dalam hal yang menyangkut masalah-masalah penting untuk menjadi suatu keputusan yang memerlukan pertimbangan yang matang. Secara Psikologi pada umumnya wanita cenderung mengikuti perasaan, sehingga keputusan yang diambil selalu mengikuti perasaan hati dan tidak didasari dengan pertimbangan yang matang. Adapun pria dapat menguasai perasaan dalam mengambil suatu tindakan dan cenderung lebih mengedepankan pemikiran daripada mengikutkan perasaan. Di sisi lain dalam hal kasih sayang wanita memiliki kelebihan dari pria, karena itu wajarlah kalau Allah menciptakan kudrat wanita dapat melahirkan, sebab rasa cinta dan kasih sayangnya kepada anak umumnya melebihi cinta seorang ayah kepada anaknya. Inilah salah satu maksud dari firman Allah : “  بِمَا فَضَّلَ اللّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ “ yaitu Allah melebihkan sebagian dari sebagian yang lain, maksudnya antara pria dan wanita masing-masing ada kelebihan. Adapun hikmah adanya perbedaan kudrat antara pria dan wanita maka akan terjadi saling membutuhkan antara satu dengan yang lain. Pria dengan kekuatan fisiknya dijadikan sebagai pemimpin dan mempunyai tanggung jawab untuk mencari nafkah  dan memberikan perlindungan kepada keluarganya, di sisi lain wanita sebagai isteri dengan cinta dan kasih sayang serta dengan sikap lembutnya dapat membimbing anak-anak kepada sikap dan perilaku hidup yang baik.
  3. Pria dipandang tepat menjadi pemimpin bagi wanita karena kewajibannya membayar mahar dalam perkawinan dan mencari  nafkah pada saat setelah berlangsungnya ikatan perkawinan antara kedua belah pihak, inilah gambaran dari ayat Allah dalam firmannya “وَبِمَا أَنفَقُواْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ “. Yaitu, karena mereka   ( maksudnya laki-laki / suami ) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka, dalam hal ini membelanjakan harta untuk kehidupan berumah tangga.
Dari uraian yang telah dikemukakan dapat dipahami bahwa ditinjau dari beberapa sisi kaum pria adalah orang yang pantas untuk menjadi pemimpin, baik pemimpin dalam kehidupan berumah tangga maupun pemimpin dalam bermasyarakat dan bernegara.

Dewasa ini masyarakat dunia terutama mereka yang berasal dari negara-negara barat sangat gencar meneriakkan emansipasi wanita, artinya bahwa wanita menuntut kebebasan dan hak yang sama dengan kaum pria dalam segala lapangan kehidupan tanpa menghiraukan kudratnya sebagai wanita.

Pengaruh pemikiran ini menyebar ke seluruh sentro dunia dan juga berpengaruh ke dunia Islam, sehingga dalam menghadapi masalah ini dikalangan ummat Islam terjadi pro dan kontra, ada yang menolak sama sekali, ada yang menerimanya secara utuh dan ada yang menerimanya sebatas tidak melampaui kudrat wanita itu sendiri.

Bila kita ingin mengkaji masalah emansipasi ini sekurang-kurangnya harus didasari dengan dua pertanyaan terlebih dahulu.

Pertama: Apa yang dimaksud dengan Emansipasi wanita ? .
Jawabannya adalah bahwa emansipasi yang telah dipahami secara umum adalah, adanya tuntutan persamaan hak antara pria dan wanita dalam segala aspek kehidupan.

Kedua : Bagaimana pandangan Islam terhadap Emansipasi ?.  
Islam memberikan perhatian khusus terhadap wanita kerana wanita adalah kaum yang memang harus selalu menjadi perhatian secara khusus. Adapun emansipasi menurut pandangan Islam bukan merupakan sesuatu yang baru, sebab agama Islam sejak dahulu telah menetapkan tentang hak dan kewajiban masing-masing antara pria dan wanita, kalaupun memang harus ada tentu harus ada batas-batas tertentu, sebab pandangan Islam yang istimewa terhadap wanita jangan rusak oleh tuntutan dari wanita itu sendiri.
Harus disadari sesungguhnya Islamlah yang terlebih dahulu memberi perhatian kepada kaum wanita dengan menghormati hak-hak mereka, sebab sebelum ada organisasi yang
menyatakan dirinya sebagai pembela hak-hak wanita sesungguhnya Islam telah terlebih dahulu memberikan hak-hak dan wewenang yang layak kepada wanita sesuai dengan kudrat wanita itu sendiri.

Dari uraian yang telah dikemukakan dapat diambil kesimpulan antara lain :
  1. Islam memandang bahwa antara pria dan wanita memiliki kewajiban yang sama, yang membedakan keduanya adalah karena perbedaan kudrat dalam hal penciptaan Allah kepada keduanya.
  2. Kaum pria dengan kelebihan yang ada padanya layak untuk menjadi pemimpin baik di rumah tangga maupun dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
  3. Emansipasi dapat diterima sepanjang tidak melampaui batas-batas kudrat wanita itu sendiri.
  4. Kaum wanita akan lebih terhormat bila dia tetap berada dalam kudratnya sebagai wanita.
***


Selasa, 29 Maret 2011

Kisah Teladan Dari Sahabat Nabi

Sebungkus Kurma Sumbangan Abu Aqil
Tidak ada seorangpun yang pernah melihat Abu Aqil sedemikian resah seperti hari itu. Dia tenggelam dalam fikirannya tanpa mempedulikan apa yang terjadi di sekitarnya. Dia seolah-olah tidak mendengar bunyi apapun dan tidak melihat sesuatupun. Dia bergegas melangkah menuju arah rumahnya dengan langkah cepat. Matanya memandang tanah dan mulutnya kelihatan komat-kamit mengatakan sesuatu. Dia melewati lorong sempit sebelum akhirnya tiba di rumahnya. Dengan menarik nafas yang dalam, Abu Aqil lalu bersandar di sebatang pohon tua di tengah halaman rumahnya.
Isterinya menyadari kekhawatiran yang melanda suaminya itu dan bertanya, “Suamiku, apa yang terjadi?” Abu Aqil kemudian berjalan masuk ke rumahnya. Karena kelelahan, dia bersandar ke dinding rumahnya, lalu berkata, “Musuh Tuhan berniat untuk memerangi kita. Tentara muslim sudah disiagakan untuk melawan musuh. Tetapi, tentara kita tidak punya bekal dan makanan. Kami sedang berada di masjid ketika Nabi membacakan sebuah ayat suci Al-Qur’an dan meminta kaum muslimin untuk memberikan bantuan sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing untuk bekal perjuang tentara Islam.”
Isteri Abu Aqil bertanya, “Apakah bunyi ayat itu?” Abu Aqil menutup matanya dan setelah berpikir sejenak, dia membaca ayat ke-11 dari surat Al-Hadiid:
مَن ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضاً حَسَناً فَيُضَاعِفَهُ لَهُ وَلَهُ أَجْرٌ كَرِيمٌ
Artinya: “ Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka Allah akan melipat-gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang banyak,.
Isterinya dengan pandangan bersedih menatap lantai ruangan kamar dan berkata, “ Engkau adalah pemimpin rumah ini dan engkau lebih mengetahui bahwa kita tidak punya harta dan simpanan apapun untuk kita berikan di jalan Allah. Abu Aqil menjawab, “Tetapi, kita harus turut melibatkan diri dalam tugas ini. Tidakkah engkau ketahui bahwa perbuatan ini disenangi oleh Allah dan Rasul-Nya?
Abu Aqil melanjutkan perkataannya, “ Ayat ini sangat menyentuh perasaanku sehingga aku segera pulang ke rumah. Hari ini semua orang Islam membawa apa yang mereka miliki kepada Nabi Muhammad SAW agar permintaan Tuhan terpenuhi.” Isterinya tersenyum dan dia mengambil salah satu bejana dan mengeluarkan segenggam kurma sambil berkata kepada Abu Aqil, “ Kita mempunyai sedikit kurma. Ambillah dan berikan kurma ini kepada Nabi".
Abu Aqil tertegun dan menggumam sendirian, “Apa yang bisa diperbuat dengan kurma ini? Tetapi ini lebih baik daripada tidak memberi sesuatupun.” Isterinya lantas menaruh kurma itu dalam sebuah kain bersih dan memberikannya kepada Abu Aqil. Dengan gembira, Abu Aqil berkata, “ Meskipun kurma ini tidak tampak berguna tetapi ia dapat dimanfaatkan di medan perang”.
Halaman kecil Masjid ramai dipenuhi umat islam. Abu Aqil berada di antara mereka. Dengan langkah yang lemah, dia memperhatikan bahwa ada beberapa ekor biri-biri, kambing, dan unta terikat di luar Masjid. Abu Aqil menyadari bahwa hewan-hewan itu tentu merupakan sumbangan dari orang ramai. Dia juga melihat orang-orang yang berkumpul di dalam Masjid dengan membawa sumbangan, ada yang berjumlah besar dan ada yang kecil. Abu Aqil merapatkan bungkusan yang berisi kurma ke dadanya dan dia berjalan masuk ke dalam Masjid.
Melihat banyaknya kaum muslimin yang berdatangan menyerahkan sumbangannya kepada Nabi SAW, kaum munafik merasa tidak senang, dan muncul kebencian di dalam hati mereka, yang mendorong mereka untuk mengejek setiap orang yang menyerahkan sedekah dan bantuan kepada Nabi. Orang yang memberikan bantuan dalam jumlah besar, mereka ejek sebagai orang yang pamer, tidak ikhlas dan mengharap pujian. Sedangkan orang yang memberikan bantuan dalam jumlah sedikit, mereka ejek dengan mengatakan, “Allah dan Rasul-Nya tidak memerlukan bantuan kamu yang tidak ada harganya”.
Melihat sikap orang-orang munafik itu, Abu Aqil sempat beberapa kali ingin mengambil keputusan untuk pulang ke rumahnya dan menjauhkan diri dari pandangan para pengganggu itu. Tetapi ada kekuatan dalam dirinya yang menghalanginya untuk pulang. Akhirnya dia duduk diam-diam di sudut Masjid. Dilihatnya Nabi Muhammad SAW duduk di tepi Mihrab dan menerima hadiah-hadiah dari umatnya. Dia berharap dalam hati, alangkah baiknya jika dia mempunyai simpanan yang lebih pantas untuk diberikan kepada Nabi.
Tiba-tiba, Masjid yang semula dipenuhi dengan suara riuh mendadak hening tanpa ada suara. Abu Aqil memandang kepada Rasulullah. Rupanya, Rasul sedang menerima wahyu. Rasulullah SAW menutup mata dan wajahnya seolah-olah sedang tenggelam dalam cahaya yang bersinar. Semua sahabat memahami keadaan Nabi ini dan menanti sampai Rasul selesai menerima wahyu.
Rasulullah kemudian membuka matanya dan dengan langkah yang perlahan beliau bergerak ke arah Abu Aqil. Jantung Abu Aqil berdebar-debar dan dia berusaha untuk menyembunyikan bungkusan kurmanya. Lalu, terdengar suara Rasulullah yang memecah kesunyian Masjid.
“Wahai manusia, baru saja Jibril menyampaikan wahyu dari Allah kepadaku. Ketahuilah bahwa para malaikat yang berada di langit, memandang bumi untuk menyaksikan pinjaman siapakah yang terbaik di sisi Allah ”.
Rasulullah kemudian meletakkan tangannya ke atas pundak Abu Aqil dan berkata, “ Ketahuilah, hadiahmu lebih berharga dari emas di sisi Allah. Orang munafik yang mencelamu dan menyebabkan hatimu sakit, kelak akan diberi azab. Wahai Abu Aqil, para malaikat sedang menanti, berikan hadiah itu kepadaku dan ketahuilah bahwa Allah ingin agar aku menggembirakanmu. Engkau hari ini disenangi oleh Allah”.
Abu Aqil masih tidak percaya, dia merasa seolah-olah sedang bermimpi, sebuah mimpi yang amat manis. Rasulullah dengan penuh kasih sayang mengambil bungkusan kurma tersebut dari tangannya dan membelai kepala Abu Aqil. Ketika itu pula Rasul membacakan ayat ke-79 surah Taubah:
الَّذِينَ يَلْمِزُونَ الْمُطَّوِّعِينَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ فِي الصَّدَقَاتِ وَالَّذِينَ لاَ يَجِدُونَ إِلاَّ جُهْدَهُمْ فَيَسْخَرُونَ مِنْهُمْ سَخِرَ اللّهُ مِنْهُمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
Artinya: “(Orang-orang munafik) yaitu orang-orang yang mencela orang-orang mukmin yang memberi sedekah dengan sukarela dan (mencela) orang-orang yang tidak memperoleh (untuk disedekahkan) selain sekedar kesanggupannya, maka orang-orang munafik itu menghina mereka. Allah akan membalas penghinaan mereka itu, dan untuk mereka azab yang pedih”.
Subhanallah………………!
Sekecil apapun partisipasi seseorang terhadap perjuangan menegakkan Agama Allah yang di dasari dengan keikhlasan, Allah akan mencatatnya sebagai ibadah yang besar nilainya. Untuk itu berlomba-lomba melakukan kebaikan merupakan perbuatan yang akan mengantarkan kita kepada kasih sayang Allah.

Camkanlah……………!
Jangan tanya dirimu apa yang sudah diberikan islam untukmu, tapi tanyalah dirimu apa yang sudah engkau berikan untuk islam.

Mari kita resapi firman Allah yang tercantum dalam surat At-Taubah ayat 111:

إِنَّ اللّهَ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُم بِأَنَّ لَهُمُ الجَنَّةَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ وَعْداً عَلَيْهِ حَقّاً فِي التَّوْرَاةِ وَالإِنجِيلِ وَالْقُرْآنِ وَمَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ مِنَ اللّهِ فَاسْتَبْشِرُواْ بِبَيْعِكُمُ الَّذِي بَايَعْتُم بِهِ وَذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

Artinya: “ Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu'min, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar. “.

Senin, 28 Maret 2011

Kebenaran Syari'at Islam

JAWABAN ILMIAH
Tentang Sesuatu Yang Terkena Air Liur Anjing
Harus Dibersihkan Tujuh Kali, Salahsatunya Dengan Tanah
Anda akan terkejut manakala hal ini sudah diberitahukan pada kita sejak 1400 tahun yang lalu. Ilmuwan membuktikan jika Virus anjing itu sangat lembut dan kecil. Sebagaimana diketahui, semakin kecil ukuran mikroba, ia akan semakin efektif untuk menempel dan melekat pada dinding sebuah wadah.
Air liur anjing mengandung virus berbentuk pita cair. Dalam hal ini tanah berperan sebagai penyerap mikroba berikut virus-virusnya yang menempel dengan lembut pada wadah. Perhatikan kata Rosulullah berikut :
Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, artinya : Sucinya wadah seseorang saat dijilat anjing adalah dengan membasuhnya tujuh kali, salah satunya dengan menggunakan tanah.
Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, artinya : Apabila anjing menjilat wadah seseorang, maka keriklah (bekasnya) lalu basuhlah wadah itu tujuh kali. (HR. Muslim).
Tanah, menurut ilmu kedokteran modern diketahui mengandung dua materi yang dapat membunuh kuman-kuman, yakni: tetracycline dan tetarolite. Dua unsur ini digunakan untuk proses pembasmian (sterilisasi) beberapa kuman.
Eksperimen dan beberapa hipotesa menjelaskan bahwa tanah merupakan unsur yang efektif dalam membunuh kuman. Anda juga bakal terkejut ketika mengetahui tanah kuburan orang yang meninggal karena sakit aneh dan keras, yang anda kira terdapat banyak kuman karena penyakitnya itu, ternyata para peneliti tidak menemukan bekas apapun dari kuman penyakit tersebut di dalam kandungan tanahnya.
Menurut muhammad Kamil Abd Al Shamad, tanah mengandung unsur yang cukup kuat menghilangkan bibit-bibit penyakit dan kuman-kuman. Hal ini berdasarkan bahwa molekul-molekul yang terkandung di dalam tanah menyatu dengan kuman-kuman tersebut, sehingga mempermudah dalam proses sterilisasi kuman secara keseluruhan. Ini sebagaimana tanah juga mengandung materi-materi yang dapat mensterilkan bibit-bibit kuman tersebut.
Para dokter mengemukakan, kekuatan tanah dalam menghentikan reaksi air liur anjing dan virus-virus di dalamnya lebih besar karena perbedaan dalam daya tekan pada wilayah antara cairan (air liur anjing) dan tanah.
Dr. Al Isma’lawi Al-Muhajir mengatakan anjing dapat menularkan virus tocks characins, virus ini dapat mengakibatkan kaburnya penglihatan dan kebutaan pada manusia.
Fakta tentang anjing yang tidak banyak diketahui.
dr. Ian Royt menemukan 180 sel telur ulat dalam satu gram bulunya, seperempat lainnya membawa 71 sel telur yang mengandung jentik-jentik kuman yang tumbuh berkembang, tiga di antaranya dapat matang yang cukup dengan menempelkannya pada kulit. Sel-sel telur ulat ini sangat lengket dengan panjang mencapai 1 mm. Data statistik di Amerika menunjukan bahwa terdapat 10 ribu orang yang terkena virus ulat tersebut, kebanyakan adalah anak-anak.
Secara ilmiah, anjing dapat menularkan berbagai macam penyakit yang membahayakan karena ada ulat-ulat yang tumbuh berkembang biak dalam ususnya. Para dokter menguatkan bahaya ulat ini dan racun air liur yang disebabkan oleh anjing. Biasanya penyakit ini berpindah pada manusia atau hewan melalui air liur pembawa virus yang masuk pada bekas jilatannya atau pada luka yang terkena air liurnya.
Ketika ulat-ulat ini sampai pada tubuh manusia, maka ia akan bersemayam di bagian organ tubuh manusia yaitu paru-paru. Ulat yang bersemayam di paru-paru, yang bertempat di hati dan beberapa organ tubuh bagian dalam lainnya, mengakibatkan terbentuknya kantong yang penuh dengan cairan. Dari luar, kantong ini diliputi oleh dua lapisan dengan ukuran kantong sebesar bentuk kepala embrio. Penyakit tersebut berkembang dengan lambat. Ulat Echinococcosis dapat tumbuh berkembang di dalam kantong itu selama bertahun-tahun.
SUBHANALLAH…………………………..!
lebih dari 1400 tahun yang lalu Nabi SAW telah menyarankan untuk tidak bersentuhan dengan anjing dan air liurnya, dan telah memerintahkan untuk membasuhnya (jika terkena) dengan tujuh kali siraman yang salah satunya menggunakan tanah. Hari ini telah terbukti kebenarannya.
Sumber Data:
http://blog.its.ac.id/syafii/2011/03/04/jawaban-ilmiah-kenapa-bersuci-7x-salah-satu-dicampur-tanah-setelah-terkena-air-liur-anjing/

Minggu, 27 Maret 2011

Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur'an

SENI BACA AL-QUR’AN

( Refleksi: Dalam Kaitan Gebyar MTQ Di S. Utara Tahun 2011 )
Drs. Khairul Akmal Rangkuti
Firman Allah dalam Al-Qur’an Surat Al-Isra’: 9:
إِنَّ هَـذَا الْقُرْآنَ يِهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْراً كَبِيراً
Sesungguhnya Al Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar“.
Membaca Al-Qur’an dengan suara yang indah tentu dambaan setiap muslim. Namun, keindahan itu tentu tidak akan sempurna (atau bahkan berdosa) apabila membaca Al-Qur’an tidak sesuai dengan kaidah bacaannya (ilmu tajwid). Lagu (Nagham) sebagai salah satu komponen penghias Tilawah Al-Quran pun demikian, harus tetap menjaga bacaan sesuai dengan ilmu membaca Al-Qur’an ( dalam hal ini adalah ilmu Tajwid ). Dalam ilmu Tajwid sudah diatur bagaimana menyebut masing-masing huruf yang ada, hukum panjang dan pendek, bacaan yang harus berdengung, hukum izhar, idgham, iqlab, ikhfa’,  dan hukum-hukum lainnya. Dalam membaca Al-Qur’an dapat dilakukan dengan jahr (suara keras), sirr (lirih), atau di baca dalam hati.
Dalam Al-Qur’an disebutkan, membacanya haruslah dengan tartil, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Muzzammil ayat 4: ……. وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلاً (Dan bacalah Al Qur'an itu dengan perlahan-lahan  ).
Pengertian membaca dengan perlahan-lahan dapat dipahami dengan cara mujawwad dan tartil. Dalam hal ini setidak-tidaknya mencakup enam unsur, yakni : bagus bacaannya, bagus tajwidnya, bagus suaranya, bagus lagu dan variasinya, bagus pengaturan nafasnya, serta bagus mimik wajahnya (sesuai dengan makna ayat yang dibaca).
Lalu, makna tartil itu sendiri apa?. Sayyidina ‘Ali Karramallahu Wajhah menjelaskan sebagai berikut : Attartiilu huwa tajwiidul huruf wa ma’rifatul wuquf, “ Tartil adalah membaguskan huruf-huruf dan mengerti tentang tempat berhentinya bacaan”. Ada poin penting yang perlu digaris bawahi dari pengertian yang disampaikan oleh Sayyidina ‘Ali RA tersebut, “membaguskan huruf”. Keindahan bacaan huruf Al-Qur’an hendaknya dijaga, bila tidak, kemungkinan besar akan merusak makna ayat yang dibaca. Tersirat juga dalam “membaguskan huruf” ini hendaknya kita menjaga agar tidak merusak makna Al-Qur’an, karena apa yang kita baca didengar oleh Allah dan orang-orang mukmin di sekitar kita. Dari sini akhirnya muncul unsur suara. Tidak heran kalau Rasulullah bersabda, artinya :
“Hiasilah Al-Qur’an dengan suaramu karena suara yang merdu menambah keindahan Al-Qur’an” (HR Ad Darimi).
Dari Al Barra’ bin ‘Azib RA, ia berkata : telah bersabda Rasulullah SAW :Artinya :”Hiasilah Al Quran dengan suaramu” (HR Abu Dawud, An Nasa’i dan lain-lainnya).
Disini Jelaslah bahwa Al-Qur’an dan Hadist sangat menganjurkan agar Al-Qur’an dibaca dengan bacaan yang bagus, bahkan dengan suara yang merdu karena dengan begitu akan menambah nilai keindahan Al-Qur’an. Suara yang bagus sudah tentu tidak lepas dengan irama yang indah. Nabi Muhammad Bersabda, Artinya : “Bukanlah termasuk golonganku orang yang tidak melagukan Al-Qur’an. “Bacalah Al Quran dengan luhun (lagu) dan bentuk suara Arab” (HR Imam Malik dala kitabnya Al Muwatttha’ dan Imam Nasa’i dalam sunannya, dari Abu Hudzaifah).
Hal ini diperkuat dengan firman Allah dalam surat Al-A’raf ayat 204 :
وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُواْ لَهُ وَأَنصِتُواْ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Dan apabila dibacakan Al-Qur'an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat”.
Dapat kita rasakan, betapa kita tidak akan merasa nyaman apabila Al-Qur’an yang dibaca oleh seseorang tidak memenuhi ketentuan bacaan yang benar, lebih-lebih bagi pendengar yang sudah mengetahui hukum bacaan Al-Qur’an.
Orang yang beriman sangat gemar mendengarkan bacaan Al Quran, terpanggil jiwanya untuk memahaminya, dan mengkaji isi Al-Qur’an. Hatinya luluh akan keindahan ayat-ayat Al-Qur’an. Hati yang kasar akan menjadi halus, seperti halnya Umar Ibnu Khattab RA saat beliau mendengarkan bacaan Al-Qur’ an yang dikumandangkan oleh adik kandungnya Fatimah.
Allah SWT dalam firmannya menggambarkan tentang sikap orang yang beriman:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَاناً وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ  الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلاَةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ  أُوْلَـئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقّاً لَّهُمْ دَرَجَاتٌ عِندَ رَبِّهِمْ وَمَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal, (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (ni`mat) yang mulia. ( Q.S. Al-Anfal: 2-4 ).
Dalam riwayat, banyak sekali diceritakan betapa besar pengaruh bacaan Al-Qur‘an pada masa Rasulullah terhadap hati orang-orang kafir. Tidak jarang hati orang-orang kafir yang pada awalnya keras dan marah kepada Nabi Muhammad SAW. akhrnya berbalik menjadi lunak dan bersedia mengikuti ajaran Al-Qur’an.
Imam Al-Karmany mengatakan bahwa membaguskan suara dalam membaca Al-Qur’an sunnah hukumnya, sepanjang tidak menyalahi kaidah-kaidah Tajwid. Selanjutnya, Imam ibnu Jazari juga menegaskan bahwa bacaan Al-Qur’an yang dapat memukau pendengarnya dan dapat melunakkan hati adalah bacaan Al-Qur’an yang baik, bertajwid, dan berirama merdu. Tetapi, meski gaya lagunya merdu namun tidak memperhatikan Ahkamul huruf, Makharijul huruf, dan Shifatul hurufnya hokum-hukum lainnya, maka hukumnya haram.
Dalam satu hadits yang diriwayatkan oleh Imam Thabrani dan Imam Baihaqi dinyatakan :
“Bacalah Al Quran dengan lahan Arab (cara membaca yang baik dari pada orang Arab) dan cara-cara mereka dalam menyuarakannya. Jauhilah gaya lagu golongan fasiq dan hati-hatilah dari gaya lagu ahli kitab (Yahudi dan Nashrani). Sesungguhnya nanti akan datang beberapa kaum yang mengulang-ulang bacaan Al-Qur’an hanya karena lagu seperti yang telah dilakukan para rahib (pendeta Yahudi dan Nasrani), seolah-olah mereka bukan membaca Al Quran, apa yang mereka baca tidak membekas pada diri mereka, pengagum-pengagum hanya diselimuti fitnah belaka”.
Penutup Dan Himbauan.
Gebyar MTQ yang dilaksanakan setiap tahunnya ( khususnya di Sumatera Utara ), diharapkan mampu menanamkan semangat kepada ummat islam untuk lebih mencintai Al-Qur’an dan sekaligus berupaya untuk mendalami dan mempelajarinya, baik belajar untuk memperbaiki bacaan maupun belajar untuk mengetahui isi kandungannya.
MTQ yang sudah dilembagakan menjadi tugas Nasional di Republik Indonesia ini, diharapkan tidak semata-mata menjadi tugas rutin belaka, tetapi hendaknya mampu memberikan motivasi bagi segenap masyarakat untuk berupaya menimba ilmu pengetahuan yang ada di dalam Al-Qur’an. Untuk itu, sasarannya tidak hanya tertuju kepada generasi muda islam. Tetapi, juga kepada orang-orang tua, termasuk pejabat setempat sesuai dengan tingkatan dilaksanakannya MTQ tersebut.
Ada tanda tanya besar dibenak penuulis: Apakah pimpinan di suatu Daerah dengan segenap jajarannya yang diwilayahnya dilaksanakan MTQ  sudah memiliki kemampuan membaca Al-Qur’an ? atau kalau sudah bisa membaca Al-Qur’an, sudah benarkah bacaan mereka ?. Jangan sampai para pejabat seperti papatah yang mengatakan tentang Falsapah Lilin: Dia mampu menerangi sekitarnya, namun dirinya sendiri mengalami kegelapan. Ironi dan sangat menyedihkan.
Untuk itu pelaksanaan MTQ hendaknya tidak hanya sekedar rutinitas ritual belaka, tetapi jadikan MTQ sebagai momentum untuk lebih giat mendalami dan mempelajari Al-Qur’an.
Himbauan……………..!
Mari terus belajar dan mendalami ilmu-ilmu Al-Qur’an agar Al-Qur’an benar-benar menjadi petunjuk yang menyinari kehidupan kita.
Ingatlah…………..! Orang bijak mengatakan : Seorang muslim yang tidak pandai membaca Al-Qur’an tidak ubahnya seperti orang yang punya perahu tapi patah dayungnya.
( Bila anda berkenan dengat tulisan ini, silakan sampaikan pada teman-teman yang lain, semoga bermanfaat ).