Kamis, 18 Agustus 2011

Peringatan Nuzul Al-Qur’an

Meningkatkan Tradisi Membca
Melalui Semangat Peringatan Nuzul Al-Qur’an

Sebagaimana yang kita ketahui bahwa Al-Qur’an sebagai kitab suci ummat islam diturunkan Allah pada bulan Ramadhan. Al-Qur’an diturunkan untuk menjadi petunjuk bagi manusia agar kehidupan manusia tertata dengan baik sesuai dengan kehendak Allah yang maha pencipta. Al-Qur’an adalah kitab terakhir yang diturunkan Allah, karena itu wajarlah kalau isi dan kandungannya lebih lengkap dari kitab-kitab yang diturunkan Allah sebelum Al-Qur’an. Al-Qur’an merupakan kitab yang berisikan tatanan untuk kehidupan manusia yang isi dan kandungannya menyentuh segala sendi-sendi kehidupan manusia, baik kehidupan secara individu maupun kehidupan berbangsa dan bernegara.
Perlu dikemukakan di sini, kendatipun isi Al-Qur’an banyak menceritakan tentang kisah-kisah ummat terdahulu, akan tetapi Al-Qur’an bukanlah kitab sejarah, atau sekalipun Al-Qur’an selalu menggambarkan alam kosmos beserta galaksinya, akan tetapi Al-Qur’an tidak dapat kita sebut sebagai kitab astronomi. Atau sekalipun Al-Qur’an sering mengupas tentang bentuk penciptaan manusia secara detail dan juga penciptaan alam raya ini, akan tetapi Al-Qur’an bukanlah kitab pengetahuan Alam atau fisika. Tetapi Al-Qur’an adalah sebagai kitab Hidayah atau petunjuk bagi seluruh alam.
Jadi, walaupun terdapat cerita atau gambaran tentang hal-hal yang bertalian dengan geografi, sejarah, fisika, kedokteran dan lain-lain, hal tersebut hanyalah berfungsi sebagai bukti dan penjelasan untuk mencapai kepada satu tujuan, yaitu Hidayah Allah swt. Karena itu, untuk samapai kepada tujuan agar kita mendapat hidayah dari Al-Qur’an tersebut, ada beberapa hal yang perlu kita terapkan dalam kehidupan kita.
Pertama: Terlebih dahulu hendaklah kita membaca Al-Qur’an tersebut secara seksama, dalam hal membaca ini, tentu kita mendapat pesan dari wahyu pertama dalam surat Al-‘Alaq, yang memerintahkan kepada kita untuk  membaca.
Kedua: Harus ada upaya untuk memahami isi dan kandungan yang terdapat dalam Al-Qur’an. Hal ini disebabkan membaca saja tidak cukup untuk dapat mengetahui rahasia kandungan dan maksud yang Allah firmankan dalam Al-Qur’an tersebut apabila tidak ada upaya untuk mengetahui isi kandungannya.
Ketiga: Setelah kita memahami isi dan kandungan Al-Qur’an tersebut, hendaknya kita mengajarkannya kepada orang lain, agar orang lain pun dapat membaca dan memahami Al-Qur’an dengan baik. Dalam hadits nabi yang diriwayatkan oleh imam Bukhori Rasul bersabda:
خـَيْـرُ كـُمْ مَـنْ تـَعَـلـَّمَ ا لـْـقـُرْ آ نَ وَعَـلـَّـمَــهُ ﴿  رَوَاهُ الـْـبُــخـَـارِي 
Artinya: “Orang yang paling baik diantara kamu adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan orang yang mengajarkannya ”.

Keempat: Mengamalkan ajaran dan kandungan yang terdapat dalam Al-Qur’an. Pada tahap pengamalan inilah yang selalu dirasakan berat oleh sebagian orang. Pengetahuan yang didapat tentu tidak akan berguna jika tidak dibarengi dengan pengamalan dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan menerapkan keempat hal tersebut, barulah Al-Qur’an akan dapat dirasakan manfaatnya oleh kita semua, sebab Al-Qur’an merupakan kitab petunjuk/hidayah. Apalagi jika kita kaitkan dengan kebutuhan hidup saat ini, dimana setiap orang dengan segala kemajuan dan kecanggihan yang dicapai oleh manusia, justru malah banyak yang mencari suatu sistem nilai yang mereka anggap absolut.
Sebagai ummat Islam tentu kita tidak perlu lagi meragukan apalagi mencari sistem nilai selain Al-Qur’an. Perlu dicatat, bahwa kemunduran ummat Islam bukan terletak pada inti ajaran Al-Qur’an atau disebabkan ummat Islam setia pada ajaran Al-Qur’an, sehingga alam pikir dan daya kreatifitas mereka terhambat oleh Al-Qur’an, akan tetapi justru dikarenakan faktor budaya dan ummat Islam malah sedikit demi sedikit telah menjauhkan diri dari Al-Qur’an.
Sangat ironis memang, di saat ajaran Al-Qur’an menganjurkan kepada ummatnya untuk membaca, namun kenyataannya negara dan ummat yang terbesar buta hurufnya justru adalah  negara-negara yang banyak ummat Islamnya. Dapat kita lihat pula, terkait dengan minat baca umat Islam Indonesia, dan orang Indonesia secara umum sangatlah lemah minat membacanya. Namun sebagai negara dengan penduduk beragama Islam terbesar di dunia, adalah ironis kalau muslim Indonesia belum mampu menerjemahkan wahyu pertama dalam kehidupan sehari-hari. Sementara di belahan bumi lain kondisinya lebih baik, dan tradisi keilmuan yang memang telah mengakar terus lestari hingga kini.
Untuk itu, tradisi tulis-baca serta mengembangkan keilmuan perlu dikembangkan. Dibutuhkan kerja keras untuk mencapai hal tersebut. Memperingati Nuzul Qur’an bisa menjadi jawaban untuk itu. Dengan merujuk kepada Al-Qur’an adalah merupakan ungkapan yang tepat untuk mengatakan bahwa menjadi seorang muslim yang baik adalah menjadi pembaca yang baik.
Semoga momentum Nuzul Al-Qur’an dapat dijadikan pijakan awal transformasi budaya untuk menciptakan masyarakat yang gemar membaca.
Semoga…………………………!