Rabu, 08 Juni 2011

Nilai-Nilai Hidup Yang Bergeser


Nilai-Nilai Hidup Yang Bergeser
Akhlak secara etimologi diambil dari bahasa Arab yang berarti sikap atau tingkah laku manusia yang akan mempunyai nilai baik dan buruk. Akhlak manusia bila dikaji dengan pendekatan makna dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan moral.
Moral baik dan buruk sifatnya relatif dan subjektif, tergantung konvrsi masyarakat yang menyepakatinya. Misalnya: Bagi budaya barat berciuman di depan umum adalah merupakan hal yang wajar dan biasa. Beda halnya dengan budaya timur, seperti di Indonesia berciuman di depan umum adalah perbuatan yang tidak baik.
Namun bagaimana pun nilai baik dan buruk itu selalu mengalami pergeseran dari generasi ke generasi. Jadi akhlak manusia itu akan mengalami perubahan persepsi dalam memandang kebenaran sesuatu, walaupun pergeseran makna tersebut belum tentu semuanya dapat dibenarkan. Oleh sebab itu, standart nilai baik dan buruk itu adalah agama, sebab penilaian agama terhadap sesuatu tidak akan pernah berubah.
Pergeseran nilai-nilai yang terjadi saat ini banyak sekali. Jika dahulu dalam budaya orang Indonesia hubungan seks diluar nikah adalah sesuatu yang sangat tabu dan diharamkan oleh agama, namun generasi sekarang melakukan hubungan seks diluar nikah sudah dianggap merupakan hal yang biasa, bahkan dipandang bagian dari gaya kehidupan.
Jika dahulu ada perempuan hamil diluar nikah (tanpa suami) adalah sebuah aib besar, bahkan tidak jarang orang tua si-perempuan mengungsikan anaknya ke tempat yang jauh sampai ia melahirkan anaknya. Zaman sekarang hal itu sudah dianggap biasa dan orang akan memakluminya. Bahkan banyak diantara orang tua yang membuat pesta terhadap anaknya secara meriah, sehingga seolah-olah orang tua tersebut merestui perbuatan anaknya yang sudah hamil tanpa suami. Bahkan yang paling mengherankan ada diantara masyarakat yang memandang perbuatan itu adalah hal yang wajar dan merupakan faktor manusiawi. Pemikiran seperti ini sudah lebih jauh menyimpang dari tatanan yang ada, baik ditinjau dari adat-istiadat ketimuran, terlebih-lebih ditinjau dari sudut pandang agama. Inilah yang dinamakan pergeseran nilai yang menyimpang dari makna kebenaran.
Saat ini banyak orang yang memandang kebenaran tidak lagi menjadikan aturan agama sebagai tolok ukur, tetapi dengan dalih kebebasah hak asasi manusia. Akhirnya mereka bebas melakukan apa saja tanpa berpikir apakah perbuatannya layak atau tidak. Oleh sebab itu, untuk mengantisipasi hal tersebut, manusia harus kembali kepada nilai-nilai moral yang berlandaskan kepada aturan agama yang sifatnya tidak bisa ditawar-tawar.
Perlu disadari, kebebasan berpikir dan bertindak bukan berarti kebebasan melakukan apa saja yang kita inginkan. Kita masih punya aturan Tuhan yang harus di taati. Kita lahir kedunia bukan untuk menjalankan kebebasan tetapi untuk menjalankan aturan.
Masalah orang merasa terbelenggu atau tidak dengan aturan Tuhan, hal itu kembali kepada kepada setiap pribadi seseorang, bagaimana kita menyikapi aturan itu yang akan menuntun manusia kepada akhlak yang baik.
Jadi, akhlak yang baik dan benar adalah akhlak yang dirumuskan dalam Al-Qur’an dan Hadits, dengan menjadikan Rasulullah sebagai teladan.