Kamis, 10 Februari 2011

Menapak Tilas Kehidupan Nabi Muhammad SAW.


Nabi Muhammad Teladan Kita
( Menyambut Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1432 H )


Terlebih dahuli resapilah firman Allah dalam Al-Qur’an, surah Al-Ahzab : 21

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الاخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيراً ﴿٢١﴾

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
Nabi Muhammad adalah sosok seorang manusia yang pernah hadir dalam kehidupan manusia, beliau membawa pengaruh besar terhadap perkembangan peradaban manusia di dunia. Hal ini tidak hanya diakui oleh masyarakat islam tetapi juga diakui oleh orang-orang di luar Islam. Pengakuan terhadap keagungannya tidak hanya pada saat masih hidupnya di dunia, tetapi sampai sesudah wafatnya, bahkan sampai saat ini.

Tidak heran, kalau seorang sejarawan yang bernama Michael H Hart, dalam bukunya yang berjudul “The 100, a Ranking of the Most Influential Persons in History”, menempatkan Nabi Muhammad pada urutan pertama dari 100 tokoh besar yang dipilihnya. Alasan beliau adalah, bahwa,” Nabi Muhammad adalah satu-satunya manusia dalam sejarah yang berhasil meraih sukses-sukses luar biasa, baik ditinjai dari sisi perkembangan dakwah islam yang beliau sampaikan maupun dari sisi kesuksesannya dalam menata kehidupan bangsa arab yang terbelakang menjadi masyarakat yang memiliki peradaban yang tinggi. Perjuangan itu hanya memakan wakti tidak lebih dari 23 tahun.

Setelah Nabi Muhammad hijrah ke Madinah, beliau tidak hanya sebagai seorang Nabi dan Rasul tetapi Nabi Muhammad tampil sebagai seorang pemimpin yang tangguh, arif, efektif, kharismatik  yang dicintai oleh masyarakatnya. Ia letakkan dasar-dasar kehidupan bernegara, dia terapkan kehidupan berdemokrasi, dia selesaikan persoalan-persoalan ummat dengan baik, dia putuskan perselisihan yang terjadi dikalangan ummat dengan adil tanpa memihak dan merugikan pihak manapun, sehingga apapun yang menjadi keputusannya dapat diterima oleh semua golongan.

Kini, 13 abad sesudah berlalu, pengaruhnya masih tetap kuat, mendalam, dan berakar. Dari segi inilah Michael H Hart menilai adanya kombinasi tak terbandingkan antara segi agama dan segi duniawi yang melekat pada pengaruh diri Nabi Muhammad sehingga Michael H Hart menganggap Nabi Muhammad adalah manusia paling berpengaruh dalam sejarah umat manusia.”

Sejarah memberi kesaksian, bahwa Nabi Muhammad merupakan figur yang menarik perhatian sejak usia muda. Di samping talenta kepemimpinannya menonjol, ia sejak muda dikenal moralis sehingga ia lebih dikenal sebagai ”al-Amin” (orang yang jujur). Ia sudah terlibat gerakan moral ketika masih usia kanak-kanak.
Nabi Muhammad juga tampil sebagai tokoh yang berkarakter demokratis dan mencintai perdamaian. Karakter itu jadi menarik ketika ia memberikan solusi terhadap pertengkaran dikalangan suku-suku yang ada di Makkah saat akan meletakkan Hajar Aswad ke tempatnya semula pasca renovasi pembangunan Ka’bah. Solusi yang dia tawarkan sangat di luar dugaan oleh siapapun yang hadir saat itu. Dengan kearifannya, dia bentangkan Sorbannya, lalu dia letakkakan Hajar Aswad di atas Sorbannya, kemudian dia suruh masing-masing satu orang dari yang mewakili sukunya untuk mengangkat Hajar Aswad secara bersama-sama, setelah sampai di dekat tempat yang akan diletakkan Nami Muhammad mengangkat sendiri Hajar Aswad dan dia letakkan pada tempatnya semula. Keputusan yang diambil oleh Nabi Muhammad ini sangat-sangat diterima oleh semua kelompok suku yang ada saat itu, sebab mereka merasa masing-masing suku diantara mereka sudah terwakili. Mereka pun kagum dengan Muhammad yang memandang bahwa dikarenakan solusi yang di tawarkan Nabi Muhammad mereka selamat dari pertumpahan darah.

Puncak karakter Muhammad sebagai pemimpin tangguh, yang visioner, efektif, adalah setelah memasuki Madinah dan hidup di tengah-tengah masyarakat baru yang mencintainya dan mendukungnya secara total, dan ini adalah kebalikan dari masyarakat Makkah yang memusuhi dan membencinya setelah ia diangkat menjadi Nabi dan Rasul kendatipun sebelumnya mereka juga sangat menghormati dan mengaguminya.

Reaksi berlebihan penduduk Mekkah terhadap Muhammad bukan sebatas karena dakwah Islam yang dibawanya mengubah paradigma  teologi paganisme (menyembah anyak Tuhan ) menjadi teologi monotheis (tauhid), tetapi perubahan yang dibawa juga menyentuh sistem sosial, yang menggusur paradigma feodalisme jadi egaliter dan demokratis.

Setelah dipandang bahwa Makkah sebagai tempat kelahirannya sudah tidak kondusip untuk dijadikan arena dakwah, Nabi Muhammad mencoba mengalihkan pandangan untuk mencari wilayah yang dipandang tepat untuk meneruskan perjuangan dakwah, pilihan yang tepat adalah Madinah, beliaupun hijrah ke Madinah dan sahabat-sahabat beliau juga banyak yang ikut berhijrah.

Di Madinah Nabi Muhammad memperoleh sambutan luar biasa dari penduduknya, termasuk komunitas non-Muslim dan kaum intelektualnya, seperti yang diceritakan Abdullah bin Salam, seorang intelektual Yahudi yang disegani. Berikut penuturannya :

”Ketika tersebar berita Muhammad akan datang ke Madinah, penduduk kota setiap hari menunggu kehadirannya dan ramai-ramai menjemput di kawasan Quba. Saya dan teman-teman dari komunitas Yahudi juga ikut ke sana, saya ingin melihat sendiri wajah Muhammad yang menjadi buah bibir mereka dengan penuh kecintaan dan kekaguman. Setelah saya melihat sendiri wajah Muhammad, hati saya langsung jatuh simpati dan saya tidak bisa membohongi diri saya sendiri bahwa saya telah ikut mengagumi orang ini.” Hari itu juga saya menemui Muhammad dan menyatakan masuk Islam.

Momentum ini dimanfaatkan dengan efektif oleh Nabi Muhammad dengan meluncurkan program-program strategis untuk mewujudkan tugas risalahnya, berupa:
1.      Membangun hubungan kuat antara umat dan Allah SWT. Melalui semangat beribadah.
2.      Membangun hubungan yang harmonis antar sesama umat se-iman.
3.      Membangun hubungan baik dan adil dengan umat lain.

Perubahan dan pembaruan yang selalu diperjuangkan Nabi Muhammad adalah untuk mewujudkan masyarakat mukmin yang berbudaya sebagai masyarakat yang religius, berakhlak, masyarakat yang damai dan demokratis, sejahtera lahir batin, dan berkeadilan.

Perlu diteladani.
Untuk mewujudkan tugas-tugas risalahnya dalam rangka membangun masyarakat yang ideal, Nabi Muhammad meletakkan dasar-dasar kebijakan yang secara konsisten dilaksanakan bersama pengikutnya selama lebih kurang sepuluh tahun. Perubahan-perubahan yang dihasilkan pun sangat mengagumkan.

Pokok-pokok kebijakan tersebut adalah:

Pertama, ”Membangun Masjid” sebagai pusat komunikasi spiritual antara manusia dan Tuhannya serta pusat interaksi antara sesama mukmin atas dasar kebersamaan dan saling menghormati.

Suatu hari, Abu Darda’ bertikai dengan seorang sahabat berkulit hitam dan melecehkannya karena warna kulitnya, ia tersinggung dan melapor kepada Nabi Muhammad. Abu Darda’ dipanggil Nabi Muhammad dan diperingatkan, ”Sikapmu itu merupakan sisa-sisa jahiliyah.” Itu berarti diskriminasi dan arogansi sosial  telah dihapus oleh Nabi Muhammad.

Usamah bin Zaid (putra Zaid bin Haritsah), pemuda yang disayang Nabi Muhammad, suatu hari menghadap Nabi Muhammad di masjid, menyampaikan ada suku Arab terhormat meminta tolong agar salah seorang anggota suku yang melakukan tindak kriminal dapat dibebaskan dari tindakan hukum. Nabi Muhammad menjawab: ”Usamah, cara-cara begini yang menyebabkan orang-orang sebelum kita dulu menjadi rusak. Kalau ada orang dari rakyat rendahan melakukan pelanggaran selalu ditindak tegas, tetapi kalau yang melakukan pelanggaran itu dari golongan yang terhormat akan dibebaskan dari hukuman. Saya tak mau melakukan seperti itu, cara itu sangat tidak adil.”

Kedua, mempersaudarakan antara sahabat Ansor dan sahabat Muhajirin yang mengalami kesulitan ekonomi karena asetnya banyak ditinggal di Makkah atau dirampas orang kafir Quraisy. Kesetiakawanan dibangun atas dasar ”ukhuwah Islamiyah”. Kesetiakawanan dan semangat berbagi ini mendapatkan legitimasinya setelah diperintahkan oleh wahyu berupa hukum waris, perintah zakat, wakaf, sedekah dan lain-lain.

Ketiga, beberapa saat setelah berada di Madinah, Nabi Muhammad menggagas perlunya mempersatukan penduduk Madinah dan sekitarnya, yang terdiri atas beberapa suku dan pemeluk agama, agar bahu-membahu menjaga keamanan kota Madinah dan sekitarnya dari gangguan dan ancaman. Juga kesepakatan menjaga kebebasan beragama dan menjalankan ibadah. Kesepakatan tersebut tertuang dalam satu bentuk perjanjian yang selalu disebut dengan ”Piagam Madinah” sebagai kontrak sosial-politik yang dilahirkan secara demokratis dan terdokumentasi. Piagam ini dinilai para pakar sebagai cikal bakal berdirinya ”Negara Islam Madinah” dengan penduduknya yang Pluralis.

Siapa-pun kita, apa-pun propesi kita, marilah kita jadikan Nabi Muhammad sebagai teladan dalam kehidupan kita, sikaf ini adalah sebagai tanda bahwa kita adalah ummatnya yang baik dan mencintainya.

قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ ﴿٣١﴾

Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang

Semoga melalui peringatan Maulid Nabi Muhammad di tahun ini ( 1432 H ), kita mampu kembali menapak tilas perjuangan Nabi Muhammad dalam menegakkan kebenaran dan keadilan yang berujung kepada tercapainya kedamaian, ketentraman, kebahagiaan.

امـِـيْــنَ يَـا رَبَّ الـْعـَالـَمِـيْـنَ