Ada sebuah kisah simbolik yang cukup menarik untuk kita simak. Kisah ini adalah kisah tentang seorang raja dan sesendok madu. Alkisah, pada suatu ketika seorang raja ingin menguji kesadaran dan kesetiaan warganya. Raja memerintahkan agar setiap orang, pada suatu malam yang telah ditetapkan, membawa sesendok madu untuk dituangkan dalam sebuah bejana yang telah disediakan di puncak bukit ditengah kota. Seluruh warga kota pun memahami benar perintah tersebut dan menyatakan kesediaan mereka untuk melaksanakannya.
Tetapi dalam pikiran seorang warga terlintas suatu cara untuk mengelak, "Aku tidak akan membawa sesendok madu, tetapi akan membawa sesendok air. Dalam kegelapan malam tentu tidak seorangpun yang tahu bahwa yang aku bawa adalah air, sesendok air tentu tidak akan mempengaruhi bejana yang kelak akan diisi madu oleh seluruh warga. Begitu pikiran yang ada dibenaknya. Maka pada malam hari yang telah ditentukan iapun membawa sesendok air.
Pada saatnya tiba sang raja memeriksa bejana yang diperintahkannya untuk di isi oleh rakyatnya masing-masing sesendok madu, apa yang terjadi ?. Ternyata bejana tersebut hanya berisikan air. Rupanya semua warga berpikiran sama dengan orang yang membawa air. Mereka mengharapkan warga yang lain membawa madu agar mereka bebas dari tanggung jawab.
Kisah simbolik ini dapat terjadi, bahkan mungkin telah terjadi, dalam berbagai kehidupan masyarakat. Dari sini wajar jika agama, khususnya Islam, memberikan petunjuk-petunjuk agar kejadian seperti di atas tidak terjadi:
قُلْ هَـذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَاْ وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللّهِ وَمَا أَنَاْ مِنَ الْمُشْرِكِينَ" Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik ". (Q. S. Yusuf :108).
Dalam redaksi ayat di atas tercermin bahwa seseorang harus memulai dari dirinya sendiri disertai dengan pembuktian yang nyata, baru kemudian dia melibatkan pengikut-pengikutnya.
NabiMuhammad saw. pernah bersabda, artinya: "Mulailah dari dirimu sendiri, kemudian susulkanlah keluargamu." Setiap orang menurut beliau adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas yang dipimpinnya, ini berarti bahwa setiap orang harus tampil terlebih dahulu. Sikap mental demikianlah yang dapat menjadikan bejana sang raja penuh dengan madu bukan air, apalagi racun.
Mari kita melatih diri agar sesuatu yang harus dilaksanakan kita mulai dari diri kita sendiri
Sumber: Lentera Hati M. Quraish Shihab