Minggu, 17 April 2011

Diduga Pelaku Bom Bunuh Diri

Teman Dekat Yakin Foto yang Disebar Polisi Adalah M Sarip
Jakarta - Kepolisian masih menunggu hasil tes untuk memastikan terduga pelaku pembom Masjid Ad-Zikra di kompleks Mapolres Cirebon adalah Mochamad Sarip atau bukan. Namun salah satu temannya mengenali bila foto yang disebar polisi sebagai pelaku bom bunuh diri adalah Sarip.
"Kalau dilihat dari foto yang dirilis dari polisi itu sangat mirip Sarip. Saya bisa kenali dia," ujar Ketua Gerakan Anti Pemurtadan dan Aliran Sesat (GAPAS) Cirebon, Andi Mulya saat dihubungi detikcom, Minggu (17/4/2011).
Menurut Andi, ada berapa ciri fisik yang ia kenali dari Sosok Sarip. Salah satu gigi di sebelah kiri Sarip patah.
"Mukanya juga persis begitu, saya sih bisa bilang yakin tapi sebaiknya menunggu kepolisian dulu saja," terangnya.
Andi mengaku mengenal Sarip sejak 3 tahun silam di Masjid At-Taqwa, Cirebon. Namun Sarip tidak pernah masuk dalam organisasi yang dipimpin Andi. Andi juga mengaku ia sering menasehati Sarip, karena pemuda tersebut cenderung tempramental.
"Dia tidak pernah masuk GAPAS. Saya tidak tahu dia punya organisasi atau tidak. Yang jelas dulu kita dekat, karena setiap salat di Masjid ketemu terus," imbuhnya.
Sebelumnya, Mabes Polri telah mengirim sampel darah keluarga M Sarip, terduga pelaku bom bunuh diri di masjid Ad-Zikra, di lingkungan Mapolresta Cirebon. Polri saat ini masih meneliti apakah DNA keluarga dengan DNA jenazah sama.
"Kalau DNA-nya cocok, besok Minggu (hari ini) kira-kira jam 13.00 WIB, kami akan lansir di Mabes Polri," ujar Kadivhumas Polri Irjen Pol Anton Bachrul Alam saat dihubungi, Sabtu (16/4).
Anton menjelaskan, Mabes Polri telah membawa sampel darah keluarga M Sarip ke Jakarta. Pernyataan ini sekaligus menepis kabar pihak keluarga M Sarip diboyong ke Jakarta.
"Bukan orangnya, orangnya masih di Cirebon. Kita mau mencocokan dengan jenazah. Kalau cocok, baru mereka boleh melihat dan mengambil jenazahnya di sini," jelas mantan Kapolda Jatim ini.
Sumber data :
http://www.detiknews.com/read/2011/04/17/081614/1619072/10/teman-dekat-yakin-foto-yang-disebar-polisi-adalah-m-sarip?9911022

Ilmu, Fikir Dan Zikir

Memadukan Ilmu, Fikir Dan Zikir

Agama Islam sangat menekankan pentingnya menuntut ilmu, karena itu Rasulullah SAW sangat menganjurkan kepada umatnya agar giat menuntut ilmu dan mendaya­guna­kan akal pikiran dalam menjalani setiap langkah kehidupan serta mengadakan penelitian dan pem­bahasan dalam menemukan pengetahuan guna keperluan hidup dan kehidupan.

Hal itu kita lakukan karena meyakini bahwa ilmu adalah sebagai azas untuk menuju kemajuan dan merupakan tonggak­ bangkitnya peradaban. Perlu dipahami dengan sebaik-baiknya bahwa Islam adalah agama yang menata kehidupan manusia, baik untuk kehidupan dunia maupun akhirat. Islam adalah agama yang mementingkan keselamatan akhirat, namun tetap menyuruh untuk memperoleh kehidupan yang baik di dunia.

Allah SWT berfirman :

مَنْ عَمِلَ صَالِحاً مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُواْ يَعْمَلُونَ

Aartinya : “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”. (QS.16 An Nahl : 97).

Untuk mencapai kebahagiaan dan keselamatan pada dua kehidupan tersebut, ajaran Islam sangat menekankan pentingnya menuntut ilmu, bahkan ayat pertama yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW adalah ayat yang mendorong untuk belajar dalam rangka memperoleh ilmu, sedangkan jalan atau cara untuk memperoleh ilmu pengetahuan adalah dengan jalan mempergunakan pena dan membaca, yakni tulis baca.

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ ﴿١﴾ خَلَقَ الانسَانَ مِنْ عَلَقٍ ﴿٢﴾ اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ ﴿٣﴾ الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ ﴿٤﴾ عَلَّمَ الانسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ ﴿٥﴾

Artinya : Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS. 96 Al-‘Alaq : 1-5).

Allah SWT memuliakan manusia melebihi hewan dengan adanya ilmu yang dimilikinya dan diamalkannya dalam menata hidup dan kehidupannya. Jadi, ilmu itu merupakan sifat khas manusia, yang apabila kehidupan manusia tidak didasari ilmu, niscaya tercabutlah sifat kemanusiaan dari dirinya, dan ilmu pengetahuan adalah merupakan sarana untuk meningkatkan kehidupan dari alam hayawani menjadi alam insani, bahkan Allah memerintahkan malaikat untuk hormat kepada Adam disebabkan karena Adam a.s. mempunyai kelebihan berupa ilmu tentang nama-nama yang telah diajarkan Allah kepadanya.

Antara ilmu, fikir, dan dzikir harus ada perpaduan, yang direalisasikan dalam bentuk amalan kehidupan yang nyata guna memperoleh keselamatan dunia dan akhirat.

Allah SWT berfirman:

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَاخْتِلاَفِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لآيَاتٍ لاوْلِي الألْبَابِ ﴿١٩٠﴾ الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللّهَ قِيَاماً وَقُعُوداً وَعَلَىَ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذا بَاطِلاً سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ ﴿١٩١﴾

Artinya : “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.(QS. 3 Ali Imram : 190-191).

Dari firman Allah tersebut dapat diambil pemahaman bahwa fikir dan dzikir merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan dalam memperkokoh iman kepada Allah SWT. Dalam hal ini kita hanya dibolehkan merenungkan dan memikirkan tentang fenomena alam semesta dan tentang ciptaan Allah terhadap diri kita sendiri, sedangkan mengenai Zat Allah tidak dibenarkan untuk merenung dan memikirkannya.

Rasulullah SAW bersabda : artinya : “Berfikirlah tentang makhluk Allah dan janganlah kamu berfikir tentang Zat-Nya niscaya kamu akan binasa karenanya” (Al-Hadits).

Dari penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa zikir dan fikir haruslah beroreantasi untuk memperkokoh Tauhid Rububiyah maupun Tauhid ‘Uluhiyah kita, yaitu tauhid yang melahirkan pemahaman tentang kebesaran Allah dan kekuasaan-Nya, dan tauhid yang melahirkan amalan berupa ibadah kepada Allah SWT yang diwujudkan dalam berbagai bentuk ibadah, seperti shalat, zakat, puasa, haji dan lain-lainnya.

Sebenarnya yang paling inti di dalam ajaran Islam itu adalah Tauhid Uluhiyah, yang merupakan ajaran yang dibawa oleh para Nabi terdahulu, yaitu seruan untuk menyembah Allah SWT dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu dari makhluk-Nya. Sebab kalau hanya Tauhid Rububiyah saja, kaum musyrikin di Makkah pun bertauhid secara Tauhid Rububiyah, karena sebenarnya mereka-pun mengakui Allah-lah yang menciptakan langit dan bumi, namun mereka tetap menyembah berhala, dengan alasan bahwa berhala-berhala itu yang menjadi perentara bagi mereka untuk sampai kepada Allah. Bahkan Iblis pun mengakui Allah sebagai pencipta dirinya sendiri, namun Iblis enggan tunduk melakukan perintah Allah pada saat diperintahkan Allah untuk memberi hormat kepada Adam.

Karena itu marilah kita padukan antara ilmu, fikir, dan dzikir dalam meningkatkan kualitas iman dan kuali­tas ibadah kita kepada Allah SWT. Ilmu merupakan lampu penerang bagi setiap muslim dalam menjalani hidup dan kehidupannya agar tidak salah dalam mengerjakan dan mengamalkan perintah Allah, sedangkan fikir me­ru­pakan penjernihan akal dan jiwa untuk mengakui kebesaran Allah dan memahami kelemahan diri kita, se­da­ngkan dzikir mengarahkan hati kita untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan berbagai macam be­n­tuk kegiatan yang bersifat ibadah.

Ibadah inilah sebenarnya menjadi fokus utama kehadiran kita di muka bumi ini, yaitu untuk mengabdi kepada Allah SWT, sebagaimana firman-Nya dalam surat Adz Dzariyaat : 56 :

وَمَاخَلَقْتُ الْجِنَّ وَاْلإِنْسَ إِلاَّلِيَعْبُدُونِ
Artinya :“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku”.

Mari kita jadikan firman Allah tersebut sebagai petunjuk dan pedoman utama dalam melaksanakan seluruh pengabdian kita kepada Allah SWT dan menjadikannya sebagai dasar setiap amal yang kita lakukan, yang intinya ialah ikhlas semata-mata karena untuk mencapai keridhaan Allah SWT.

Mari kita jadikan ilmu sebagai pelita dalam melalui jalan kehidupan yang penuh dengan rintangan, dan kita jadikan fikir dan dzikir sebagai penjernih jiwa dan pikiran dalam menempuh berbagai macam tantangan. Dengan demikian insya Allah kita akan mampu mengadakan pilihan dan ikhtiar untuk menentukan sikap dalam melaksanakan kewajiban dan amanat yang dipikulkan kepada kita.

امـِـيْــنَ يَـا رَبَّ الـْعـَالـَمِـيْـنَ