Selasa, 30 Agustus 2011

KHUTBAH IDUL FITRI

KHUTBAH IDUL FITRI 1432 H/31 AGUSTUS 2011 M

MENEMUKAN JATI DIRI YANG SESUNGGUHNYA
MELALUI PENGHAYATAN HIKMAH
PUASA RAMADHAN
Oleh: Drs. H. Khairul Akmal Rangkuti

اَلـسَّـلاَمُ عَـلـَيْـكـُمْ وَرَحْـمَـة ُ اللهِ وَبَـرَ كـَـاتـُـهُ                                            
اَللهُ اَ كـْـبَــرُ     اَللهُ اَ كـْـبَــرُ     اَللهُ اَ كـْـبَــرُ     لا َ اِ لـهَ اِ لاَّ اللهُ      وَ اَللهُ اَ كـْـبَــرُ اَللهُ اَ كـْـبَــرُ وَ ِللهِ اْلـحَـمْـدُ.                                                           
 َا ْلـحَـمْـدُ ِللهِ ا لـَّـذِيْ جَـعَـلَ هــذ َا ا لـْـيَـوْمَ  عِـيْـدًا ِللـْمُـؤْمِـنِـيـْـنَ  وَخـَـتــَـمَ بــِــه شـَـهْــرَ ا لـصِّــيـَـامَ  ِللـْـمـُخْـلِـصِـيْـنَ ٫ اَشـْهـَـدُ اَ نْ لا َ اِ لـهَ اِ لاَّ اللهُ ا لـْمَـلِـكُ الـْحَـقُّ ا لـْمُـبـِـيْـنُ ٠ وَ اَشـْهـَـدُ اَ نَّ مُـحَـمَّـدًا عَـبْـدُه وَرَسُـوْ لُـهُ اْ لاَمِـيْـنُ ٠
اَ للـّــهُــمَّ صَـِلّ وَسَـلِـّـمْ عَـلى سَـيـِّـدِنـَـا مَــحَـمَّــدٍ وَّعَـلى اَلِـه وَ اَ صْـحَـابــِــه       اَجْــمَـعِــيْـنَ٠
اَ مّّــا بَــعْــدُ فـَـيَــا عـِـبـَــا دَ اللهِ  اِ تـَّــقـُـوااللهَ.
قـَالَ اللهُ تـَـعَااـى فِـى ا لـْـقـُرْ آ ن ا لـْـكـَــِريـْــمِ : وَ لـِـتـُـكْــمِــلـُـوا ا لـْـعِــدَّ ةَ َ وَلـِـتـُـكـَـبـِّــرُوا اللهَ عَـلى مَـاهـَـدَاكـُـمْ وَ لـَـعَــلـَّـكـُـمْ تَـَـشـْـكـُـرُوْنَ.                   

Kaum Muslimin Jama’ah shalat Idul Fitri yang dimuliakan Allah…….!

Tiada kata yang pantas untuk diucapkan pada hari yang menggembirakan ini selain ucapan puji dan sanjung yang setinggi-tingginya kita ucapkan kehadirat Allah swt, atas berbagai karunia yang diberikannya kepada kita semua, sehingga kita dapat bersama-sama merayakan hari kemenangan pada hari ini, setelah berjuang keras selama satu bulan dalam mengendalikan diri dan hawa nafsu melaksanakan puasa di bulan Ramadhan.

Shalawat berangkaikan salam semoga dilimpahkan selalu kepada Rasul sanjungan alam, yaitu Nabi Muhammad saw. dan kita sebagai ummatnya semoga setia selalu, dapat menjalankan ajaran agama yang diajarkannya dengan baik, dengan demikian kita berharap semoga atas izin Allah kita mendapatkan syafa’atnya di hari kiamat kelak.

Kaum Muslimin yang berbahagia……!

Dengan tenggelamnya matahari di ufuk barat kemarin sore maka berakhir sudah perjuangan kita selama satu bulan penuh dalam melatih diri untuk mengendalikan hawa nafsu, yaitu melaksanakan puasa di bulan Ramadhan tahun 1432 H ini, dan pada hari ini tiba saatnya kita merayakan hari kemenangan.

Beberapa rangkaian kegiatan yang menandai hari kemenangan kita pada hari ini antara lain adalah:

Bahwa sejak malam tadi kita menyatakan dan mengungkapkan rasa syukur kepada Allah, sebagai wujud rasa syukur tersebut, kita kumandangkan alunan takbir, tahlil, tahmid dan taqdis untuk memuji Allah atas kebesarannya yang telah memberikan hari kemenangan kepada kita pada hari ini. Kalimat Allahu Akbar membahana ke angkasa lepas yang memenuhi ruang angkasa. Itulah pujian yang tiada seorangpun berhak untuk menerimanya kecuali Allah semata, karena Allah maha besar, Allah maha agung, Allah maha kuasa dan Allah yang berhak menerima pujian yang setinggi-tingginya.
Hati siapapun akan tergetar saat mendengar alunan suara takbir berkumandang, sehingga tanpa terasa linangan air mata membasahi pipi dan tangis itu bukan karena dibuat-buat, tapi tangis yang di satu sisi merupakan luapan kegembiraan yang tiada terbendung, dia merasa gembira karena berhasil melaksanakan tugas yang berat selama bulan Ramadhan dan hari ini dia keluar sebagai pemenang. Disisi lain cucuran air mata itu dikarenakan merasa kesyahduan yang dirasakan pada hari ini, sehingga segalanya terbayang dilubuk hati masing-masing. Orang tua membayangkan anak yang jauh di perantauan. Seorang perantau membayangkan kampung halaman tempat dia dibesarkan. Seorang anak membayangkan betapa indahnya apa yang pernah dirasakan dahulu pada saat hari gembira seperti ini ayah dan bunda hadir ditengah keluarga, dan kita sebagai anak dapat bersimpuh dipangkuan mereka untuk meminta maaf dan ridho dari keduanya. Tapi kini kedua orang tua telah tiada, keduanya telah pergi untuk selama-lamanya memenuhi panggilan Ilahi Robbi, kini hanya tinggal pusara sebagai tempat perhentian. Karena itu, berbahagialah bagi orang-orang yang kedua Ibu-Bapanya masih ada bersamanya dalam suasana lebaran pada hari ini. Bersimpuhlah dihadapan orang tua dan mintalah kemaafan dari mereka serta berbaktilah kepada keduanya. Namun bagi orang-orang yang sudah tiada lagi Ayah dan Bunda, berdo’alah untuk keampunan mereka agar kubur mereka senantiasa dicucuri Allah rahmatnya. Tetapi dibalik itu semua, yang lebih merasa pilu pada hari ini adalah anak-anak yatim piatu yang tidak pernah merasakan Ayah dan Bunda ditengah-tengah mereka. Tidak pernah merasakan lembutnya belaian kasih seorang ibu, tidak merasakan tentramnya hati di bawah lindungan seorang ayah, mereka tidak merasakan dari apa yang pernah kita rasakan. Siapakah tempat mereka bersandar? Kemanakah tempat mereka mengadu?.  Adakah orang yang membelai lembut mereka dengan belaian kasih sayang?. Wajarlah kalau Rasul selalu menyuruh kita untuk menyantuni anak-anak yatim.

Kaum Muslimin yang berbahagia……!

Ramadhan dengan segenap rangkaian ibadah yang ada di dalamnya sungguh telah menempa kita kepada pengenalan jati diri yang sesungguhnya.
Dari sekian banyak hikmah yang ada dalam pelaksanaan ibadah puasa tersebut, apabila kita sederhanakan hikmah-hikmah tersebut maka dapat disimpulkan sekurang-kurangnya ada dua dimensi, yaitu dimensi spiritual dan dimensi sosial.

Dimensi spiritual maksudnya, betapa kita dapat merasakan semangat beribadah di bulan Ramadhan sangat meningkat, kita dapat menyaksikan Masjid-Masjid dan Musholla-Musholla atau tempat ibadah lainnya selalu dipadati oleh jama’ah yang tidak mau ketinggalan untuk mencapai prestasi di bulan Ramadhan. Semua itu tidak lain adalah dikarenakan semangat yang ada pada bulan Ramadhan yang suasana seperti ini tidak kita jumpai di luar bulan Ramadhan.

Beragam motivasi dari jama’ah yang ikut dalam pelaksanaan ibadah di bulan Ramadhan, dari semua itu tentu kita berharap bahwa ibadah tersebut mampu menempa pribadi-pribadi muslim menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa. Bila manusia sudah benar-benar beriman dan bertaqwa, maka dipastikan keberkahan hidup akan diperoleh dan kita akan sampai kepada janji Allah yang tercantum dalam Al-Qur’an surat Al-A’rof ayat 96:
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُواْ وَاتَّقَواْ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ وَلَـكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذْنَاهُم بِمَا كَانُواْ يَكْسِبُونَ
Artinya : Andai kiranya penduduk negri-negri itu beriman dan bertaqwa pasti kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan ( ayat-ayat kami ), maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.

Kaum Muslimin yang saya muliakan……!

Bila kita memperoleh apa yang dijanjikan Allah dalam firmannya tadi, maka saya yakin problem apapun yang sedang dihadapi masyarakat di Republik ini, Insya Allah, Allah akan memberikan jalan keluarnya, tetapi tentunya dengan syarat iman dan taqwa. Untuk itu mari kita membina diri dengan mengambil hikmah dari puasa Ramadhan yang kita laksanakan pada tahun ini. Bukankah dalam pelaksanaan ibadah puasa yang kita laksanakan terdapat nilai-nilai luhur yang menunjukkan pembentukan kepribadian yang mulia ?. Karena dalam ibadah puasa terdapat nilai kedisiplinan yang tinggi, sikap jujur, dan melalui hikmah pelaksanaan puasa kita juga dapat merasakan penderitaan orang lain.

Negara ini sangat memerlukan orang-orang yang mempunyai disiplin yang tinggi dalam melaksanakan tugasnya, memerlukan pribadi-pribadi yang jujur dalam pengabdiannya dan memerlukan orang-orang yang dapat merasakan penderitaan orang lain. Untuk itu semua, Ibadah puasa adalah satu diantara ibadah yang mempunyai hikmah untuk meberikan solusi dari berbagai problem yang ada di Negara ini.

Kaum Muslimin yang berbahagia……!

Disisi lain hikmah yang ada dalam pelaksanaan ibadah puasa Ramadhan adalah yang berdimensi sosial. Melalui ibadah puasa Ramadhan kita dapat merasakan betapa tidak enaknya lapar dan haus, yang kita hanya merasakan dalam waktu tertentu di bulan Ramadhan ini, sementara bagaimana nasib dan derita orang miskin yang setiap hari-hari yang dilaluinya selalu merasakan lapar yang berkepanjangan. Maka dengan merasakan itu semua diharapkan akan terbentuk pribadi-pribadi yang memiliki sikap solidaritas sosial terhadap sesama, uluran tangannya selalu mengalir kepada orang lain terutama kepada fakir dan miskin.

Sikap yang seperti ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat dan sangat dianjurkan oleh agama, dan hal ini sudah kita wujudkan lewat mengeluarkan zakat fitrah, dimana fakir dan miskin dapat merasakan sentuhan kasih sayang dari orang-orang yang mampu, sehingga dengan itu mereka para fakir dan miskin sama-sama dapat merasakan kegembiraan pada hari ini.

Betapa indah ajaran Islam tentang syari’at puasa ini, bila nilai-nilai puasa itu benar-benar dapat dihayati maka kehidupan masyarakat ini akan terarah kepada kehidupan masyarakat yang aman, tenteram dan damai, sebab dengan merasakan hikmah yang ada dari puasa tersebut akan dapat disimpulkan bahwa betapapun terjadi kesenjangan sosial dimasyarakat maka insya Allah kecemburuan sosial tidak akan terjadi. Bagaimana orang yang miskin akan cemburu kepada orang yang kaya kalau dia selalu mendapat bantuan dari orang yang kaya, dan disinilah keterpautan hati antara sesama anggota masyarakat akan terjalin yang pada gilirannya antara sesama anggota masyarakat akan saling mendo’akan. Disatu sisi orang yang kaya memberi bantuan kepada yang miskin, namun disisi lain orang yang miskin mendo’akan orang yang kaya agar mendapat pahala dan harta yang dimilikinya mendapat keberkahan. Inilah yang saya maksud betapa indahnya ajaran Islam tentang syari’at puasa. Dengan demikian kita merasakan bahwa apapun yang diperintahkan Allah dalam syari’at Islam, semuanya akan membawa hikmah dalam kehidupan manusia, baik secara individu maupun secara kolektif dalam kehidupan masyarakat.

Kaum Muslimin yang saya muliakan ……!

Ramadhan sudah berlalu meninggalkan kita, segenap rangkaian ibadah yang kita lakukan selama bulan Ramadhan semoga mampu menempa diri kita menjadi orang-orang yang taqwa di sisi Allah dan semoga kita gapai keampunan dari sisinya. Namun kita menyadari bahwa dosa kepada Allah bisa kita tebus dengan taubat dan istighfar serta meningkatkan amal ibadah kepada Allah, tetapi dosa kepada sesama manusia harus pula dibersihkan dengan memohon ma’af kepada orang yang kita bersalah kepadanya.

Hari ini adalah hari yang mulia, hari kemenangan dan hari dimana bagi kita yang melaksanakan ibadah di bulan Ramadhan merayakan hari yang mengembalikan kita kepada kesucian, segala dosa dan kesalahan kita semoga mendapat ampunan dari Allah. Numun kita tidak menginginkan hubungan kita hanya bersih kepada Allah semata, tapi kita juga berharap hubungan kita kepada sesama manusia juga dibersihkan, maka tiada cara untuk itu kecuali kita saling berma’af-ma’afan antar sesama. Mungkin selama ini banyak kesalahan kepada sesama, terkadang salah lidah dalam bertutur kata, salah mata dalam memandang, salah langkah dalam bergaul, semua itu mari kita hapus dengan saling memberi ma’af. Buanglah segala sesuatu yang mengganjal dihati dari perasaan tidak enak dan sakit hati terhadap saudara kita, maka dengan itu akan lebih terasa bahwa pada hari ini benar-benar merupakan hari yang sangat menggembirakan bagi kita semua, karena dosa kepada Allah dan kesalahan kepada sesama manusia telah terhapus.

Sungguh kita menyadari bahwa hidup ini baru akan sampai kepada tingkat yang sempurna bila dalam kehidupan kita terjalin dua arah komunikasi yang baik, yaitu: حَـبْـلٌ مِـنَ اللهِ dan  حَـبْـلٌ مِـنَ ا لـنـَّـا ِس .

Maksudnya adalah hubungan baik kepada Allah dan hubungan baik kepada sesama manusia. Berkenaan dengan hal ini Allah berfirman dalam surat Ali Imran ayat: 112.
ضُــِربَـتْ عَـلـَـيْــهـِــمُ ا لـِذ ّ لـَّـة ُ اَيْـنَ مَـاثـُـقِــفـُـوْا اِ لاَّ بـِـحَـبْـلٍ مِـنَ اللهِ وَ حَـبْـلٍ مِـنَ الـنـَّـاسِ.....
Artinya: Ditimpakan atas mereka kehinaan dimana saja mereka berada kecuali mereka mengadakan hubungan baik kepada Allah dan mengadakan hubungan baik kepada sesama manusia.

Kaum Muslimin jama’ah shalat Idul Fitri yang dimuliakan Allah…….!

Suasana seperti itulah yang kita rasakan pada hari ini, dua arah komunikasi seperti yang dimaksud sedang mewarnai suasana kehidupan kita pada hari ini, karena itu ucapkanlah salam, ulurkanlah tangan, tundukkanlah kepala, mohonkanlah ampun dan ma’af, taburkanlah benih kasih kepada sesama manusia terutama kepada sanak kerabat, handai tolan dan jiran tetangga. Itulah orang yang bahagia karena telah terlepas dari beban pikiran yang selalu membuat perasaan tidak tenang.

Kaum Muslimin jama’ah shalat Idul Fitri yang dimuliakan Allah…….!

Dari uraian di atas sungguh kita dapat menyadari bahwa hidup ini tidak akan berarti bila kita tidak dapat menangkap dan memahami tentang makna kehidupan ini, karena itu kita sadar bahwa hidup ini baru akan lebih bermakna bila kita isi dengan nilai-nilai pengabdian kepada Allah dan berbakti kepada masyarakat. Untuk itu mari kita jadikan momentum Idul Fitri tahun ini untuk merajut tali kasih antara sesama kita lewat menyadari hikmah dari ibadah puasa yang kita laksanakan di bulan Ramadhan, dengan demikian persatuan dan kesatuan serta kekompakan akan tercipta dilingkungan masyarakat kita.

Akhirnya di penghujung khutbah ini saya mengucapkan kepada segenap hadirin,
SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1 SYAWAL 1432 H MOHON MA’AF LAHIR DAN BATIN ”.

Semoga kita  menemukan jati diri yang sesungguhnya melalui penghayatan hikmah puasa Ramadhan, dan semoga segala amal ibadah kita diterima Allah dan keampunan diberikannya kepada kita semua. Amin Ya Robbal Alamin.

بَـارَ كَ اللهُ لِـيْ وَ لـَـكـُـمْ فِى الـْـقـُـرْ آ ِن ا لـْـعَـظِـيْـمِ
وَ نَـفـَـعَـنِـيْ وَ اِ يـَّـا كـُـمْ بـِـمَـا فِـيْهِ مِـنَ ا ْلا يَـاتِ وَ ا لـِذ ّ كـْـرِ ا لْـحَـكِـيْـمِ 
وَتــَـقـَـبـَّـلَ مِـنِّيْ وَ مِـنْـكـُمْ تـِـلا َ وَ تـَـه اِ نـَّـه هُــوَ ا لـسَّــمِــيْــعُ ا لـعَـلـِـيْـمُ 
وَ ا لْـحَـمْـدُ ِللهِ رَ بِّ ا لـْـعـَالـَـمِـيْـنَ.