UMAR BIN ABDUL AZIZ
(Pemimpin Yang Layak Dijadikan Teladan)
Diantara pemimpin yang pantas dijadikan teladan adalah khalifah Umar bin Abdul aziz, sebagai seorang pemimpin dia mencurahkan segenap pemikiran untuk kepentingan rakyatnya. Maka tidak heran pada saat beliau diangkat menjadi khalifah, Umar bin Abdul Aziz menangis tersedu-sedu. Anaknya yang melihat ayahnya menangis hampir seharian berusaha mencari tahu penyebabnya, tapi tidak berhasil. berusaha mencari tahu penyebabnya, tapi tidak berhasil. Fatimah, sebagai istrinya menemuinya dan bertanya, "Wahai suamiku, mengapa engkau menangis seperti ini?" Umar pun menjawab, " Sungguh aku telah diangkat untuk menjadi pemimpin ummat ini “. Lantas aku termenung memikirkan nasib pakir miskin yang sedang kelaparan, orang orang yang tidak bisa membeli pakaian, orang-orang sakit yang tidak bisa berobat, orang-orang yang selama ini dizalimi dan tidak ada yang membela mereka, orang-orang yang memiliki keluarga besar tapi hanya mempunyai sedikit harta, orang orang tua yang tidak berdaya, orang-orang yang ditawan atau dipenjara, serta orang-orang yang menderita di pelosok negeri ini. Aku sadar dan tahu bahwa Allah pasti akan meminta pertanggungjawabanku tentang amanah ini. Namun, aku khawatir tidak sanggup memberikan bukti bahwa aku telah melaksanakan amanah ini dengan baik sehingga aku menangis. Sambil menyeka air matanya, ia membaca Al-Qur’an,
إِنِّي أَخَافُ إِنْ عَصَيْتُ رَبِّي عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ ﴿١٥﴾
“ Sesungguhnya aku takut jika mendurhakai Tuhanku kepada siksa hari yang besar (kiamat)".."(QS Yunus: 15).
Bagaimana dengan pemimpin kita yang ada pada hari ini…?, apakah mereka memiliki kesadaran eskatologis (pertanggungjawaban di hari akhir) seperti yang ditunjukkan Umar? Faktanya, para pemimpin cenderung berpesta pora ketika memperoleh kemenangan dalam pemilu (pilpres dan pilkada), padahal amanah yang diberikan kepadanya sungguh berat dan harus dipertanggungjawabkan kepada public, terlebih-lebih di hadapan pengadilan Allah SWT kelak. Menyadari bahwa rakyatnya masih banyak yang miskin, menderita, dan sengsara, Umar bin Abdul aziz memutuskan untuk tidak tinggal di istana, tapi hanya menempati rumah sederhana tanpa pengawal pribadi Beliau juga menolak menggunakan fasilitas negara, termasuk berbagai perhiasan yang diwariskan Khalifah Malik bin Marwan untuk istrinya.
Ketika dorongan untuk berkuasa membara, banyak yang menjual diri dengan janji-janji politik yang muluk-muluk. Tapi ketika berkuasa, ia cenderung lupa dan tidak sadar akan janji-janji yang telah di obral, sehingga janji tinggal janji. Keadilan tidak ditegakkan. Kekuasaan dijalankan menurut hawa nafsunya. Rakyat dilupakan, bahkan disengsarakan.
Begitulah potret penguasa yang lupa diri sekaligus lupa Allah SWT.
وَلا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنسَاهُمْ أَنفُسَهُمْ أُوْلَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ ﴿١٩﴾
"Janganlah kamu seperti orang orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik." (QS al-Hasyr : 19).
Karena itu, penguasa harus sadar bahwa kekuasaan itu bukan kesempatan untuk meraih kenikmatan, tapi kesempatan untuk mengemban amanah yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan publik dan terutama di hadapan Allah SWT.
Figur seoang pemimpin seperti Umar bin Abdul Aziz ini pantas untuk di teladani oleh pemimpin bangsa ini, karena Umar bin Abdul Aziz adalah pemimpin teladan yang sadar diri, tidak lupa rakyat, sekaligus tidak lupa kepada Allah SWT. Sungguh karakter pemimpin seperti Umar di negeri ini masih sangat langka, meski rakyat selalu mendambakannya.
Ya Allah...... Bukakanlah hati pemimpin kami agar mereka dapat menjalankan kepemimpinannya dengan baik dan benar sesuai dengan jalan yang Engkau ridhai. Tanamkanlah rasa takut dihati mereka akan azabMu manakala mereka melakukan penyimpangan dalam menjalankan kepemimpinan mereka. Timbulkan dihati mereka rasa tanggung jawab dan kasih sayang untuk mencintai rakyatnya, sehingga dengan itu mereka selalu mencurahkan tenaga dan pikiran untuk kesejahteraan rakyat di negeri ini.
Ya Allah..... Andaikan Engkau murka kepada bangsa kami akibat kelalaian dan dosa-dosa yang kami lakukan, janganlah Engkau turunkan bala kepada kami, tetapi bukakanlah pintu hati kami untuk bertaubat kepadaMu dari kesalahan yang pernah kami lakukan, sehingga dengan itu kami berharap ridhaMu akan mengalahkan murkaMu.
امـِـيْــنَ يَـا رَبَّ الـْعـَالـَمِـيْـنَ