Rabu, 06 April 2011

Perbuatan Baik Akan Dibalas Allah Dengan Kebaikan

Saat berada di Kaki Jabal Tsur Makkah
SIKAP WARA' YANG MENGUNTUNGKAN

Jangan pernah berpikir bahwa orang yang sempurna dan mulia adalah orang yang mengenakan pakaian yang mewah, akan tetapi orang yang sempurna dan mulia dalam pandangan Allah adalah yang menjauhi maksiat, menekuni amal secara rutin, beramal saleh, dan menuntut ilmu dengan penuh adab, karena ilmu akan menuntun pemiliknya mencapai kemuliaan.

Al-Kisah:
Suatu hari Abdullah bin Mubarak berkata, "Aku akan mengerjakan perbuatan yang akan membuatku mulia." Ia lalu menuntut ilmu hingga menjadi seorang yang alim. Waktu ia memasuki kota Madinah, masyarakat berbondong-bondong menyambut kedatangannya, hingga hampir-hampir saja mereka saling terbunuh karena berdesak-desakan. Ibu suri raja yang kebetulan menyaksikan kejadian itu bertanya, "Siapakah orang yang datang ke kota kita ini? "Ia adalah salah seorang ulama Islam," jawab pelayannya.

Ibu suri kemudian berkata kepada anaknya yang telah diangkat menjadi Raja, "Perhatikanlah wahai anandaku, bagaimana masyarakat berbondong-bondong mendatanginya. Dia tidak seperti kamu. Kamu, jika menginginkan sesuatu, harus memerintah seseorang untuk melakukannya, dan mereka mamatuhimu karena kamu seorang raja. Tetapi, mereka mendatanginya dengan sukarela, itu dikarenakan kemuliaan yang diberikan Allah kepadanya.

Abdullah sesungguhnya adalah anak seorang budak berkulit hitam bernama Mubarak. Budak ini betisnya kecil, bibirnya tebal dan telapak kakinya pecah-pecah. Walaupun demikian, ia adalah seorang yang sangat wara`(sangat berhati-hati dalam melakukan sesuatu). Ke-wara'-annya ini akhirnya membuahkan anak yang shaleh.

Mubarak bekerja sebagai penjaga kebun. Suatu hari tuannya datang ke kebun.

Mubarak, petikkan aku anggur yang manis," perintah tuannya.

Mubarak pergi sebentar lalu kembali membawa anggur dan menyerahkannya kepada tuannya.

Mubarak, anggur ini asam rasanya, tolong carikan yang manis!" kata tuannya setelah memakan anggur itu.

Mubarak segera pergi, tidak lama kemudian ia kembali dengan anggur yang lain. Anggur itu dimakan oleh tuannya.

Bagaimana kamu ini, aku suruh petik anggur yang manis, tapi lagi-lagi kamu memberiku anggur yang asam, padahal kamu telah dua tahun tinggal di kebun ini," tegur tuannya dengan perasaan kesal.

Tuanku, aku tidak bisa membedakan anggur yang manis dengan yang asam, karena Tuan mempekerjakan aku di kebun ini hanya sebagai penjaga. Sejak tinggal di sini aku belum pernah merasakan sebutir anggur pun, bagaimana mungkin aku dapat membedakan yang manis dengan yang asam?" jawabnya.
Tuannya tertegun mendengar jawaban Mubarak. Ia seakan-akan memikirkan sesuatu. Kemudian pulanglah ia ke rumah.

Pemilik kebun itu memiliki seorang anak gadis. Banyak pedagang kaya telah melamar anak gadisnya, namun ia belum berkenan menerima pinangan mereka.

Sesampainya dirumah, ia berkata kepada istrinya, "Aku telah menemukan calon suami untuk anak kita."

Siapa dia?" tanya istrinya.

Mubarak, pemuda yang menjaga kebun kita.

Bagaimana kamu ini? Apakah puteri kita hendak kamu nikahkan kepada seorang pemuda hitam yang tebal bibirnya. Kalau pun kita rela, belum tentu anak kita sudi menikah dengan pemuda itu.

Cobalah kamu sampaikan maksudku ini kepada anak kita, aku melihat pemuda itu sangat wara' dan senantiasa bertakwa kepada Allah.

Kemudian sang istri pergi menemui anak gadisnya, anakku, Ayahmu akan menikahkanmu dengan seorang pemuda yang bernama Mubarak. Aku datang untuk meminta persetujuanmu.

Ibu, jika ayah dan ibu memilih dia untuk menjadi suamiku, aku pun tentu setuju. Siapakah yang mampu memperhatikanku lebih tulus daripada kedua orang tuaku? Lalu mengapa aku harus tidak setuju?

Sang ayah yang kaya raya itu kemudian menikahkan anak gadisnya dengan Mubarak. Dari pernikahan mereka, lahirlah Abdullah bin Mubarak yang kelak menjadi seorang yang ‘alim, zuhud, tekun beribadah dan menjadi ulama’ terkemuka.

Hikmah yang dapat diambil dari kisah ini:

  1. Sikap wara’ ( berhati-hati ) dalam tindakan akan selalu mendatangkan kemulian bagi seseorang.
  2. Orang mukmin yang beriman tidak membeda-bedakan status sosial terhadap seseorang.
  3. Seorang istri seharusnya selalu mendukung niat baik dari suaminya.
  4. Seorang anak harus menunjukkan sikap pengabdiannya kepada kedua orang tua, terlebih-lebih apabila keputusan orang tua untuk dirinya itu berdasarkan penilaian dari sudut pandang agama.