IBNU HAJAR DENGAN SEORANG YAHUDI
Ibnu Hajar Rahimahullah dulu adalah seorang hakim agung di Mesir pada masanya. Apabila beliau pergi ke tempat kerjanya dia berangkat dengan naik kereta yang ditarik oleh kuda-kuda atau keledai-keledai dalam sebuah arak-arakan. Pada suatu hari beliau dengan keretanya melewati seorang yahudi. Orang yahudi itu adalah seorang penjual minyak. Melihat arak-arakan itu, si yahudi itu menghadang dan menghentikan kereta yang di naiki Ibnu hajar. Orang yahudi itu berkata kepada Ibnu Hajar: “Sesungguhnya Nabi kalian berkata, artinya:
” Dunia itu penjara bagi orang-orang yang beriman dan surga untuk orang-orang kafir. ” (HR. Muslim)
Namun kenapa engkau sebagai orang yang beriman menjadi seorang hakim agung, dalam arak-arakan yang mewah, dan dalam kenikmatan seperti ini….? Sedang aku yang kafir dalam penderitaan dan kesengsaran seperti ini…..?
Ibnu Hajar menjawab: “Aku dengan keadaanku yang penuh dengan kemewahan dan kenikmatan dunia seperti ini bila dibandingkan dengan kenikmatan surga yang akan aku dapatkan adalah seperti sebuah penjara. Sedang penderitaan yang engkau alami di dunia ini dibandingkan dengan adzab neraka yang akan engkau dapatkan nanti di akhirat itu seperti sebuah surga.”
Mendengar ucapan Ibnu Hajar tersebut orang yahudi itu menyadari dan memahami maksud hadits Rasul tersebut dan dia menyadari pula akan kebenarannya. Kemudian tanpa berpikir panjang dia langsung masuk Islam dan mengucapkan dua kalimah syahadah:أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ الله ُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُُ اللهِ.Subhanallah, sangat menakjubkan hadits Rasulullah SAW dalam kisah ini.
Semoga kita senantiasa diberi Allah Taufik dan hidayahnya agar kita tetap hidup dalam iman dan matipun hendaknya dalam beriman kepada Allah SWT.
Ya Allah, yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hati kami dalam iman dan islam, sehingga kami senantiasa dapat berbuat ta’at kepada perintahMu dan ajaran RasulMu. Bukakanlah pintu hati kami agar kami senantiasa dapat menerima kebenaan dalam kehidupan kami.Ya Allah, tunjukkanlah kepada kami yang benar itu adalah benar dalam pandangan kami, dan berikan kepada kami kekuatan untuk melaksanakan kebenaran itu. Tunjukkan pula kepada kami yang salah itu adalah salah dalam pandangan kami, dan berikan pula kemampuan kepada kami untuk menjauhkan diri dari kesalahan itu.
امـِـيْــنَ يَـا رَبَّ الـْعـَالـَمِـيْـنَ
Kamis, 03 Februari 2011
KEBERUNTUNGAN ORANG YANG BERIMAN
MENGANTISIPASI STRES
Hilangkan Stres Dengan Banyak Bersyukur
ِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ ﴿٧﴾“ Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu mema`lumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni`mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni`mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih ".
Kondisi ekonomi yang sampai saat ini tidak menentu, harga-harga kebutuhan terus melambung tinggi, sementara lapangan pekerjaan semakin sulit. Masyarakat ( terutama golongan kelas ekonomi menengah kebawah ) selalu berkeluh kesah dengan kondisi yang ada pada hari ini. Sementara di saat yang sama, sebagian orang menumpuk-numpuk harta dengan cara mengambil hak orang lain. Seperti banyak yang terjadi saat ini, sebagian orang mendapatkan harta dari hasil “memeras” orang lain. Mereka harus menipu atau melakukan korupsi dan berbagai cara-cara yang tidak halal.
Padahal semestinya uang tersebut diperuntukkan bagi kemaslahatan orang banyak, namun karena banyak tangan-tangan jahil, harta yang seharusnya merata secara adil dinikmati oleh seluruh masyarakat, hanya dinikmati oleh sebagian kecil orang. Mereka mengira, selagi muda dan punya jabatan, kesempatan mengumpulkan harta agak menjadi modal baginya meraih ketenangan hidup dan kebahagiaan.
Hati yang Redup
Antara harta dan ketenangan hati, sesungguhnya dua hal yang berbeda, yang tidak ada hubungannya. Sebab, banyak orang berlimpah harta tetapi dia tidak mampu merasakan kebahagiaan dan ketenangan. Ia mampu menyewa hotel dan membeli tempat tidur yang mewah, namun tidak bisa membeli rasa nyenyak untuk tidurnya, tidak mampu membeli rasa tenang untuk hatinya.
Sementara di saat yang sama, banyak orang bisa bahagia dan tenang meskipun dengan harta yang minim. Di jalanan, banyak kita saksikan tukang becak bisa mendengkur menikmati tidurnya, meski badannya tidak cukup untuk duduk di kendaraan sederhana itu.
Sifat qana’ah inilah yang mampu menjadi salah satu potensi positif setiap manusia. Sikap qana'ah banyak didefinisikan sebagai sikap merasa cukup dan ridha atas karunia dan rezeki yang diberikan Allah SWT pada setiap manusia. Qana\'ah sering menjadi energi kehidupan dan membangkitkan semangat. Hal itu tidak lain dapat dijalani dengan cara menikmati hidup walaupun dengan segala kesederhanaan.
Orang yang selalu bersyukur tidak akan dibuat pusing oleh kompleksnya warna-warni kenikmatan dunia yang ada di sekitarnya. Selalu menerima sesuatu yang diberikan Allah SAW. Sebab dia yakin bahwa, tiap manusia memiliki rizki masing-masing yang diberi oleh Allah SWT.
وَمَا مِن دَآبَّةٍ فِي الأَرْضِ إِلاَّ عَلَى اللّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُّبِينٍ ﴿٦﴾“Dan tidak ada suatu binatang melatapun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh“). (QS. Hud: 8).
Sebaliknya, manusia yang tidak pernah puas dengan materi yang diperoleh adalah manusia yang dihinggapi Stres, hatinya redup bahkan mati – walaupun hartanya melimpah. Hati yang mati dan gundah cenderung sulit untuk menerima kenyataan, sehingga apa yang didapat tidak pernah memuaskan.
Maka, jika kita ingin mengubah diri menjadi orang yang selalu bahagia, ceria dan tersenyum di berbagai kondisi, kini saatnya untuk mengubah cara pandang. Cara pandang positif, yaitu selalu bersyukur dengan karunia Allah dan menerapkan pola hidup sederhana.
Rasulullah SAW bersabda:“Jadilah kamu seorang yang wara’, nanti kamu akan menjadi sebaik-baik hamba Allah, jadilah kamu seorang qanaah, nanti kamu akan menjadi orang yang paling bersyukur kepada Allah, sedikitkanlah ketawa kerana banyak ketawa itu mematikan hati.” (HR. al-Baihaqi).
Orang yang qana’ah adalah orang yang tidak meletakkan kenikmatan dunia di hatinya, ia senantiasa bersyukur apa yang sudah di dapatnya. Sedang, orang yang tidak bersyukur selalu dibuat pusing oleh kenikmatan yang diperoleh orang lain. Jika orang lain mendapat nikmat, dia terkungkung oleh ambisi untuk melebihinya, Jika belum bisa, ia dikejar perasaan tidak puas, makan pun tak kenyang, tidur juga tidak nyenyak. Sebab ambisinya belum tercapai.
Itulah pentingnya kita simak sabda Rasulullah SAW berikut ini, artinya:“Lihatlah orang yang lebih bawah daripada kamu, jangan melihat orang yang tinggi daripada kamu, karena dengan demikian kamu tidak akan lupa segala nikmat Allah kepadamu.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Di kesempatan lain Nabi bersabda, artinya: "Jika salah seorang di antara kalian melihat orang yang memiliki kelebihan harta dan bentuk (rupa), maka lihatlah kepada orang yang berada di bawahnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Bisa jadi apa yang kita miliki dengan segala keterbatasan, tidak dimiliki orang lain, sehingga walaupun yang kita miliki terbatas, jelek dan tidak bermakna bagi orang lain akan menjadi lebih bernilai jika kita melihat orang lain yang masih ada di bawah kita. Di saat itulah, kita bisa bersyukur masih bisa memiliki sesuatu yang sedikit, sedangkan, banyak orang lain yang tidak memilikinya. Karenanya, dalam soal materi, janganlah melihat kepada orang yang di atas (yang memiliki banyak harta) akan tetapi lihatlah orang yang berada di bawah kita.
Oleh sebab itulah, qana'ah dan syukur merupakan salah satu tanda berkualitasnya iman seseorang. Sedang hasud dan dengki adalah ciri nafsu yang terbelenggu syaitan. “Hakikat syukur adalah mengakui nikmat yang diberikan Allah diikuti perasaan tunduk pada-Nya” kata Syeikh Abdul Qadir al-Jailani. Syukur tidak hanya diucapkan melalui lisan. Syukur hakiki ada pada perasaan dalam hati, bahwa ia puas dengan apa yang telah diberi Allah.
Apabila hati tunduk, maka akan diikuti oleh organ-organ tubuh lainnya untuk tunduk pada-Nya. Inilah yang disebut ta’at. Seorang manusia tidak disebut patuh kecuali ia buktikan dengan ta’at pada semua perintah Allah. Berarti, aktifitas syukur itu biasanya melibatkan hati dan organ tubuh.Syeikh al-Jailani membagi syukur menjadi tiga; “Syukur dengan lisan, yaitu mengakui adanya nikmat Allah dan merasa tenang (dengan nikmat tersebut). Syukur dengan anggota badan, yaitu dengan cara melaksanakan pengabdian kepada Allah. Serta Syukur dengan hati, yaitu ketenangan diri atas keputusan Allah dengan senantiasa menjaga hak Allah yang wajib dikerjakan.
Cara BersyukurBagaimana sebenarnya cara bersyukur……?Pertama, syukur dengan lisan, yakni dengan cara mengakui bahwa nikmat itu berasal dari Allah dan tidak menyandarkannya kepada makhluk atau kepada diri kita sendiri, dan tidak pula disandarkan kepada orang lain yang memiliki andil untuk itu, karena anda dan mereka hanyalah sebagai perantara, alat dan sarana terhadapnya, sedangkan penentu hanyalah Allah. Karena itu Allah-lah yang berhak untuk kita sykuri.
Kedua, syukur dengan hati. Yaitu keyakinan yang abadi, kuat, dan kokoh. bahwa semua nikmat, manfaat, dan kelezatan, baik lahir maupun batin, gerakan maupun diam kita, adalah berasal dari Allah bukan dari selain-Nya. Dan syukurnya lisan merupakan ungkapan dari apa yang ada di dalam hati.
Ketiga, syukur dengan perbuatan. Bersyukur dengan anggota badan adalah dengan cara menggerakkan dan menggunakan nikmat yang di peroleh untuk ketaatan kepada Allah, bukan untuk selainnya. Bukan untuk memenuhi seruan orang yang mengajak untuk menentang Allah. Dengan kata lain, bersyukur dengan perbuatan adalah menggunakan karunia yang diberikan Allah untuk berbuat taqwa kepadanya.
Allah SWT berfirman:وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ ﴿١١﴾”Dan terhadap nikmat Tuhanmu, hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur).” (QS Al-Dhuha: 11).
Bersyukur sesungguhnya juga menjamin rizki. Semua jenis syukur tersebut tidak lain adalah taqwa kepada-Nya. Firman Allah dalam Al-Qur’an:
مَنْ عَمِلَ صَالِحاً مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُواْ يَعْمَلُونَ ﴿٩٧﴾“Barangsiapa yang beramal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dan dia (dalam keadaan) beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik (di dunia). dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan (di akhirat kelak).” (Q.S al-Nahl:97).
Bila kita mau melakukan langkah-langkah tersebut, yakni bersyukur kepada apa yang dikaruniakan Allah, jiwa tidak akan terbelenggu oleh ambisi duniawi, tidak terpenjara oleh nafsu dan hati-pun akan terasa lapang selalu. Tidak stres dan gundah. Bahkan bisa merubah seseorang menjadi pemurah, walau hidupnya dalam kesederhanaan.
Tidaklah kekayaan itu dengan banyak harta, tetapi sesungguhnya kekayaan itu ialah kekayaan jiwa.” (HR. Bukhari-Muslim).
Semoga kita menjadi ham-hamba yang pandai bersyukut, Dengan demikian diharapkan Stres tidak menghinggapi kehidupan kita.
امـِـيْــنَ يَـا رَبَّ الـْعـَالـَمِـيْـنَ
Valentine's Day Bukan Dari Ajaran Islam
Valentine's Day Dalam Pandangan Islam
Allah berfirman dalam surat Al-Isro’ ayat 36:وَلاَ تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولـئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْؤُولاً ﴿٣٦﴾" Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya." (QS. Al-Isro: 36)
Hari Valentine (St. Valentine's Day) atau biasa disebut sebagai hari kasih saying, selalu dirayakan pada tanggal 14 Febuari. Hari tersebut sangat populer di negara-negara Eropa dan Amerika. Pada hari itu terutama kaum remaja merayakan dengan hura-hura. Mereka datang ke pesta-pesta, berdansa semalam suntuk, saling memberi hadiah, dan kegiatan-kegiatan yang berbau maksiat lainnya. Bahkan hal-hal yang hanya boleh dikerjakan oleh pasangan suami-istri juga mereka lakukan. (Naudzubillah min dzalik).
Bagaimana di Indonesia? Tampaknya tidak jauh berbeda dengan remaja-remaja di luar negeri. Mereka yang notabenenya muslim-muslimah, menjiplak habis-habisan perilaku permisif dan serba halal yang dilakukan oleh orang barat. Hal ini, tentu saja sangat memprihatinkan karena kalau dilihat dari latar belakang sejarah perayaan Valentine bukan bersal dari ajaran Islam. Tapi bukan hanya itu masalahnya. Akan tetapi perayaan Valentine selalu dibarengi dengan kegiatan-kegiatan yang mubazir, berbau jahiliah dan cenderung kepada kemaksiatan.
Secara etimologis Valentine berasal dari kata Valentinus yang artinya adalah suatu kartu ucapan selamat yang dikirimkan kepada orang-orang yang disayangi, baik yang benar-benar disayangi atau pura-pura disayangi.
Berdasarkan yang dikutip dari Webster's New 20th Century Dictionary perayaan Valentine berasal dari perayaan Lupercali. Yaitu upacara ritual yang dilakukan oleh orang-orang Romawi kuno setiap tanggal 15 Februari sebagai penghormatan kepada Lupercus dewa padang rumput yang dideskripsikan mempunyai tanduk, kaki, dan telinga seperti kambing. Pada perayaan itu nama-nama wanita dimasukkan kedalam jambangan bunga. Setiap pria yang hadir mengambil secarik kertas. Wanita yang namanya tertera dalam kertas itu menjadi teman kencannya semalam suntuk.
Kemudian pada tahun 469 pihak gereja yakni Paus Celecius merubah menjadi tanggal 14 Februari untuk mengenang kematian seorang pendeta yang bernama Saint Valentine yang tewas sebagai martir pada abad III (martir adalah istilah yang dipakai untuk orang-orang yang mati mempertahankan prinsip-prinsipnya) dan menetapkan menjadi Saint Valentine's Day. Pastor Valentine ditangkap dan dipenjara karena menentang kebijakan kaisar Romawi (Cladius II) yang melarang pemuda-pemudi untuk menikah. Sang kaisar menginginkan pemuda-pemuda yang lajang untuk menjadi tentara dan pergi berperang. Tetapi sang pastor malah dengan diam-diam menikahkan sepasang muda-mudi. Hal ini diketahui oleh sang kaisar. Bukan main marahnya sang kaisar, akibatnya sang pastor mengakhiri hidupnya dengan tanpa kepala (dipancung) pada tanggal 14 Februari 269.
Ketika pastor Valentine dipenjara, banyak surat-surat simpati dari para pemuda yang sedang kasmaran yang ditujukan kepadanya. Melalui surat itulah mereka mengungkapkan perasaan sayangnya kepada kekasihnya dan berharap mereka bisa menikah.
Sebenarnya kalau kita menyadari apa yang sebenaranya terjadi dibalik perayaan Valentine tentulah kita tidak akan berminat. Allah telah berfirman dalam Al Baqoroh: 120.
وَلَن تَرْضَى عَنكَ الْيَهُودُ وَلاَ النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُلْ إِنَّ هُدَى اللّهِ هُوَ الْهُدَى وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءهُم بَعْدَ الَّذِي جَاءكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللّهِ مِن وَلِيٍّ وَلاَ نَصِيرٍ ﴿١٢٠﴾" Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.( QS. Al- Baqoroh: 120).
Jelas sudah bahwa mereka senantiasa benci kepada kita kecuali kita berpartisipasi pada acara ritual mereka, model pakaian dan pola pikir yang mereka miliki. Dan perayaan Valentine adalah salah satu sarana mereka untuk memurtadkan kita tanpa kita sadari. Dan media massa seperti koran, tabloid, televisi, radio, majalah dan lain-lain, adalah sarana yang sangat efektif untuk kampanye program-program mereka. Jika terlibat didalamnya kita akan dijerumuskan kedalam kemaksiatan tanpa kita sadari.
Valentine adalah kegiatan ritual yang bukan berasal dari Islam. Dalam pemahaman Islam, kegiatan ritual yang bukan berdasarkan syariat Islam dan tidak dicontohkan Rasulullah SAW seperti halnya Natal, Tahun baru Masehi, Imlek dan sebagainya maka harus kita sikapi seperti Rasulullah mensikapi tawaran kaum Quraisy untuk sama-sama melaksanakan ibadah secara Islam dan ibadah jahiliah secara bergantian. Tawaran tersebut dijawab oleh Allah dengan firmannya:
لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ ﴿٦﴾" Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku ". (QS. Al Kaafirun: 6).
Dalam masalah aqidah dan ibadah, Islam mengajarkan kita untuk bersikap tegas. Dengan begitu kemuliaan Islam dan umatnya akan terjaga. Dinul Islam sarat dengan nilai kasih sayang. Bahkan tegaknya Dinul Islam atas dasar kasih sayang. Coba simak firman Allah SWT berikut:
مُّحَمَّدٌ رَّسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاء عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاء بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعاً سُجَّداً يَبْتَغُونَ فَضْلاً مِّنَ اللَّهِ وَرِضْوَاناً سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِم مِّنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُم مَّغْفِرَةً وَأَجْراً عَظِيماً ﴿٢٩﴾" Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka ruku` dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mu'min). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar." (QS. Al-Fath:29).
Sejalan dengan itu Rasulullah juga pernah menyampaikan, artinya :"Belum sempurna iman seseorang hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri"
Kasih sayang dalam Islam bersifat Universal. Ia tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, ia juga tidak dibatasi oleh objek dan motif. Kasih sayang diwujudkan dalam bentuk yang nyata seperti silaturahmi, menjenguk yang sakit, meringankan beban tetangga yang sedang ditimpa musibah, mendamaikan orang yang berselisih, mengajak kepada kebenaran (amar ma'ruf) dan mencegah dari perbuatan munkar.
Sudah saatnya pemuda Islam sadar dari keterpurukan dan bangkit menyongsong masa depan. Kalau tidak sekarang kapan lagi, kalau bukan kita, lalu siapa lagi.
( dengan audit yang dianggap perlu )
Langganan:
Postingan (Atom)