Kamis, 03 Februari 2011

MENGANTISIPASI STRES

Hilangkan Stres Dengan Banyak Bersyukur
ِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ 
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ ﴿٧﴾
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu mema`lumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni`mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni`mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih ".
Kondisi ekonomi yang sampai saat ini tidak menentu, harga-harga kebutuhan terus melambung tinggi, sementara lapangan pekerjaan semakin sulit. Masyarakat ( terutama golongan kelas ekonomi menengah kebawah ) selalu berkeluh kesah dengan kondisi yang ada pada hari ini. Sementara di saat yang sama, sebagian orang menumpuk-numpuk harta dengan cara mengambil hak orang lain. Seperti banyak yang terjadi saat ini,  sebagian orang mendapatkan harta dari hasil “memeras” orang lain. Mereka harus menipu atau melakukan korupsi dan berbagai cara-cara yang tidak halal.
Padahal semestinya uang tersebut diperuntukkan bagi kemaslahatan orang banyak, namun karena banyak tangan-tangan jahil, harta yang seharusnya merata secara adil dinikmati oleh seluruh masyarakat, hanya dinikmati oleh sebagian kecil orang. Mereka mengira, selagi muda dan punya jabatan, kesempatan mengumpulkan harta agak menjadi modal baginya meraih ketenangan hidup dan kebahagiaan.
Hati yang Redup
Antara  harta dan ketenangan hati, sesungguhnya dua hal yang berbeda, yang tidak ada hubungannya. Sebab, banyak orang berlimpah harta tetapi dia tidak mampu merasakan kebahagiaan dan ketenangan. Ia mampu menyewa hotel dan membeli tempat tidur yang mewah, namun tidak bisa membeli rasa nyenyak untuk tidurnya, tidak mampu membeli rasa tenang untuk hatinya.
Sementara di saat yang sama, banyak orang bisa bahagia dan tenang meskipun dengan harta yang minim. Di jalanan, banyak kita saksikan tukang becak bisa mendengkur menikmati tidurnya, meski badannya tidak cukup untuk duduk di kendaraan sederhana itu.
Sifat qana’ah inilah yang mampu menjadi salah satu potensi positif setiap manusia. Sikap qana'ah banyak didefinisikan sebagai sikap merasa cukup dan ridha atas karunia dan rezeki yang diberikan Allah SWT pada setiap manusia. Qana\'ah sering menjadi energi kehidupan dan membangkitkan semangat. Hal itu tidak lain dapat dijalani dengan cara menikmati hidup walaupun dengan segala kesederhanaan.
Orang yang selalu bersyukur tidak akan dibuat pusing oleh kompleksnya warna-warni kenikmatan dunia yang ada di sekitarnya. Selalu menerima sesuatu yang diberikan Allah SAW. Sebab dia yakin bahwa, tiap manusia memiliki rizki masing-masing yang diberi oleh Allah SWT.
وَمَا مِن دَآبَّةٍ فِي الأَرْضِ إِلاَّ عَلَى اللّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُّبِينٍ ﴿٦﴾
Dan tidak ada suatu binatang melatapun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh). (QS. Hud: 8).
Sebaliknya, manusia yang tidak pernah puas dengan materi yang diperoleh adalah manusia yang dihinggapi Stres, hatinya redup bahkan mati – walaupun hartanya melimpah. Hati yang mati dan gundah cenderung sulit untuk menerima kenyataan, sehingga apa yang didapat tidak pernah memuaskan.
Maka, jika kita ingin mengubah diri menjadi orang yang selalu bahagia, ceria dan tersenyum di berbagai kondisi, kini saatnya untuk mengubah cara pandang. Cara pandang positif, yaitu selalu bersyukur dengan karunia Allah dan menerapkan pola hidup sederhana.
Rasulullah SAW bersabda:“Jadilah kamu seorang yang wara’, nanti kamu akan menjadi sebaik-baik hamba Allah, jadilah kamu seorang qanaah, nanti kamu akan menjadi orang yang paling bersyukur kepada Allah, sedikitkanlah ketawa kerana banyak ketawa itu mematikan hati.” (HR. al-Baihaqi).
Orang yang qana’ah adalah orang yang tidak meletakkan kenikmatan dunia di hatinya, ia senantiasa bersyukur apa yang sudah di dapatnya. Sedang, orang yang tidak bersyukur selalu dibuat pusing oleh kenikmatan yang diperoleh orang lain. Jika orang lain mendapat nikmat, dia terkungkung oleh ambisi untuk melebihinya, Jika belum bisa, ia dikejar perasaan tidak puas, makan pun tak kenyang, tidur juga tidak nyenyak. Sebab ambisinya belum tercapai.
Itulah pentingnya kita simak sabda Rasulullah SAW berikut ini, artinya:“Lihatlah orang yang lebih bawah daripada kamu, jangan melihat orang yang tinggi daripada kamu, karena dengan demikian kamu tidak akan lupa segala nikmat Allah kepadamu.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Di kesempatan lain Nabi bersabda, artinya: "Jika salah seorang di antara kalian melihat orang yang memiliki kelebihan harta dan bentuk (rupa), maka lihatlah kepada orang yang berada di bawahnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Bisa jadi apa yang kita miliki dengan segala keterbatasan, tidak dimiliki orang lain, sehingga walaupun yang kita miliki terbatas, jelek dan tidak bermakna bagi orang lain akan menjadi lebih bernilai jika kita melihat orang lain yang masih ada di bawah kita. Di saat itulah, kita bisa bersyukur masih bisa memiliki sesuatu yang sedikit, sedangkan, banyak orang lain yang tidak memilikinya. Karenanya, dalam soal materi, janganlah melihat kepada orang yang di atas (yang memiliki banyak harta) akan tetapi lihatlah orang yang berada di bawah kita.
Oleh sebab itulah, qana'ah dan syukur merupakan salah satu tanda berkualitasnya iman seseorang. Sedang hasud dan dengki adalah ciri nafsu yang terbelenggu syaitan. “Hakikat syukur adalah mengakui nikmat yang diberikan Allah diikuti perasaan tunduk pada-Nya” kata Syeikh Abdul Qadir al-Jailani. Syukur tidak hanya diucapkan melalui lisan. Syukur hakiki ada pada perasaan dalam hati, bahwa ia puas dengan apa yang telah diberi Allah.
Apabila hati tunduk, maka akan diikuti oleh organ-organ tubuh lainnya untuk tunduk pada-Nya. Inilah yang disebut ta’at. Seorang manusia tidak disebut patuh kecuali ia buktikan dengan ta’at pada semua perintah Allah. Berarti, aktifitas syukur itu biasanya melibatkan hati dan organ tubuh.
Syeikh al-Jailani membagi syukur menjadi tiga; “Syukur dengan lisan, yaitu mengakui adanya nikmat Allah dan merasa tenang (dengan nikmat tersebut). Syukur dengan anggota badan, yaitu dengan cara melaksanakan pengabdian kepada Allah. Serta Syukur dengan hati, yaitu ketenangan diri atas keputusan Allah dengan senantiasa menjaga hak Allah yang wajib dikerjakan.
Cara Bersyukur
Bagaimana sebenarnya cara bersyukur……?
Pertama, syukur dengan lisan, yakni dengan cara  mengakui bahwa nikmat itu berasal dari Allah dan tidak menyandarkannya kepada makhluk atau kepada diri kita sendiri, dan tidak pula disandarkan kepada orang lain yang memiliki andil untuk itu, karena anda dan mereka hanyalah sebagai perantara, alat dan sarana terhadapnya, sedangkan penentu hanyalah Allah. Karena itu Allah-lah yang berhak untuk kita sykuri.
Kedua, syukur dengan hati. Yaitu keyakinan yang abadi, kuat, dan kokoh. bahwa semua nikmat, manfaat, dan kelezatan, baik lahir maupun batin, gerakan maupun diam kita, adalah berasal dari Allah bukan dari selain-Nya. Dan syukurnya  lisan merupakan ungkapan dari apa yang ada di dalam hati.
Ketiga, syukur dengan perbuatan. Bersyukur dengan anggota badan adalah  dengan cara menggerakkan dan menggunakan nikmat yang di peroleh  untuk ketaatan kepada Allah, bukan untuk selainnya. Bukan untuk memenuhi seruan orang yang mengajak untuk menentang Allah. Dengan kata lain, bersyukur dengan perbuatan adalah menggunakan karunia yang diberikan Allah untuk berbuat taqwa kepadanya.
Allah SWT berfirman:
وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ ﴿١١﴾
 Dan terhadap nikmat Tuhanmu, hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur).” (QS Al-Dhuha: 11).
Bersyukur sesungguhnya juga menjamin rizki. Semua jenis syukur tersebut tidak lain adalah taqwa kepada-Nya. Firman Allah dalam Al-Qur’an:
مَنْ عَمِلَ صَالِحاً مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُواْ يَعْمَلُونَ ﴿٩٧﴾
Barangsiapa yang beramal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dan dia (dalam keadaan) beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik (di dunia). dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan (di akhirat kelak).” (Q.S al-Nahl:97).
Bila kita mau melakukan langkah-langkah tersebut, yakni bersyukur kepada apa yang dikaruniakan Allah, jiwa tidak akan terbelenggu oleh ambisi duniawi, tidak terpenjara oleh nafsu dan hati-pun akan terasa lapang selalu. Tidak stres dan gundah. Bahkan bisa merubah seseorang menjadi pemurah, walau hidupnya dalam kesederhanaan.
Tidaklah kekayaan itu dengan banyak harta, tetapi sesungguhnya kekayaan itu ialah kekayaan jiwa.” (HR. Bukhari-Muslim).
Semoga kita menjadi ham-hamba yang pandai bersyukut, Dengan demikian diharapkan Stres tidak menghinggapi kehidupan kita.
امـِـيْــنَ يَـا رَبَّ الـْعـَالـَمِـيْـنَ

Tidak ada komentar: