Kemunkaran Musuh Kita Bersama
Tugas besar dalam dakwah Islam adalah melaksanakan Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar, maksudnya mengajak ummat untuk berbuat kebaikan dan mencegah manusia dari berbuat yang munkar. Mengajak kepada kebaikan sesungguhnya lebih mudah daripada mencegah kemunkaran, sebab mencegah kemunkaran akan lebih menghadapi resiko dibandingkan melaksanakan Amar Ma’ruf. Perlu disadari bahwa kemunkaran itu sendiri adalah merupakan produk dari tingkahlaku manusia yang berasal dari kesuksesan syaitan dalam membujuk hati dan pikiran manusia.
Tatkala keimanan dan nilai-nilai moral pada diri seseorang begitu lemah maka bisikan sesat “ sang penggagas” kemunkaran pun merasuk menguasai dirinya, yang mendorong orang menjadi fasiq. Kebiasaan berbuat munkar adalah menjadi bagian dari cara hidup orang-orang munafiq. Allah menjelaskan tentang hal ini dalam Al-Qur’an surat At-Taubah ayat 67:
الْمُنَافِقُونَ وَالْمُنَافِقَاتُ بَعْضُهُم مِّن بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمُنكَرِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمَعْرُوفِ وَيَقْبِضُونَ أَيْدِيَهُمْ نَسُواْ اللّهَ فَنَسِيَهُمْ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
Artinya: “Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang munkar dan melarang berbuat yang ma`ruf dan mereka menggenggamkan tangannya. Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itulah orang-orang yang fasik “.
Terhadap orang-orang munafiq ini Allah mengingatkan akan siksanya kelak di akhirat, seperti firman Allah dalam Surat At-Taubah ayat 68:
وَعَدَ الله الْمُنَافِقِينَ وَالْمُنَافِقَاتِ وَالْكُفَّارَ نَارَ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا هِيَ حَسْبُهُمْ وَلَعَنَهُمُ اللّهُ وَلَهُمْ عَذَابٌ مُّقِيمٌ
Artinya: “Allah mengancam orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang kafir dengan neraka Jahannam. Mereka kekal di dalamnya. Cukuplah neraka itu bagi mereka; dan Allah mela`nati mereka; dan bagi mereka azab yang kekal “.
Berbuat munkar adalah merupakan potensi riel dalam kehidupan setiap manusia. Hanya seberapa mampu seseorang melakukan pengendalian diri untuk mencegah dan menahan diri dari perbuatan munkar tersebut, tentu terpulang kepada kemampuan manusia menguasai dirinya sendiri. Untuk itu, Allah memerintahkan manusia untuk mendirikan shalat, sebab diantara hikmahnya adalah mempu mencegah manusia dari berbuat keji dan munkar. Firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Ankabut ayat 45:
وَأَقِمِ الصَّلَوةَ إِنَّ الصَّلَوةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاء وَالْمُنكَرِ .....................
Artinya: “ .......... dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. “.
Perhatikan pula nasshat Luqman kepada anaknya, nasehat tersebut diabadikan Allah dalam Al-Qur’an surat Luqman ayat 17:
يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَوةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الامُورِ
Artinya: “Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah) “.
Pada saat seseorang mampu mengendalikan diri, itu adalah indikasi bahwa dia bisa terhindar dari pebuatan keji dan munkar, dan manakala perbuatan keji dan munkar sudah dapat dicegah maka kehidupan manusia baik dalam skala kecil maupun dalam skala besar akan merasakan ketentraman, kedamaian dan keamanan, dan itu adalah dambaan semua orang.
Semoga kita mampu mencegah kemunkaran dari diri kita dan dari kehidupan masyarakat.