Minggu, 08 Mei 2011

Tausiyah Hari Ini : Tangisan Isam Bin Yusuf


Tangisan Isam Bin Yusuf
Dikisahkan bahwa ada seorang ahli ibadah bernama Isam bin Yusuf, dia sangat wara’ dan sangat khusyu’ dalam shalatnya. Namun demikian dia selalu khawatir kalau-kalau ibadahnya kurang baik, karena itu ia selalu bertanya kepada orang yang dianggapnya lebih baik ibadahnya, demi untuk memperbaiki dirinya yang selalu dirasanya kurang khusyu’ saat melaksanakan shalat.
Pada suatu hari Isam bin Yusuf menghadiri majlis/pengajian seorang ‘abid (yang tekun beribadah), bernama Hatim Al-Asam dan bertanya: "Wahai Aba Abdurrahman (Nama panggilan untuk Hatim), bagaimanakah caranya tuan melaksanakan shalat?"
Hatim berkata: "Apabila masuk waktu shalat, aku berwudhuk secara lahir dan batin."
Isam bertanya: "Bagaimana wudhuk batin itu?"    
Jawab Hatim: "Wuduk lahir adalah sebagaimana yang biasa dilakukan dengan membasuh semua anggota wudhuk dan menyempurnakannya dengan melaksanakan segala yang di sunnatkan dalam berwudhuk. Sementara wudhuk secara batin ialah dengan tujuh perkara:   
  1. Bertaubat.    
  2. Menyesali segala dosa yang pernah dilakukan.    
  3. Tidak tergila-gila akan kehidupan dunia.    
  4. Tidak mencari atau mengharapkan pujian dari manusia    
  5. Meninggalkan sifat bermegah-megahan dalam kehidupan.    
  6. Meninggalkan sifat khianat dan menipu.    
  7. Meninggalkan sifat dengki.   
Selanjutnya Hatim berkata: "Kemudian aku pergi ke Masjid, kusiapkan diriku lahir dan batin dan menghadap kiblat. Aku berdiri dengan penuh kerendahan hati dan aku rasakan Allah ada di hadapanku, syurga di sebelah kananku, neraka di sebelah kiriku, malaikat maut berada di belakangku. Dan kubayangkan pula bahawa aku seolah-olah berdiri di atas titian Shiratol Mustaqim' dan aku menganggap bahwa shalatku kali ini adalah shalat yang terakhir bagiku (kerana aku rasa akan mati selepas shalat ini), kemudian aku bertakbir dan berniat dengan baik. Setiap bacaan dan do’a dalam shalat  kufahami dan kuresapi maknanya, kemudian aku ruku’ dan sujud dengan tawadhuk (merasa rendah), aku bertasyahud (tahiyat) dengan penuh pengharapan dan aku laksanakan shalat dengan seikhlas-ikhlashnya. Demikianlah cara shalat yang aku laksanakan selama 30 tahun.
Setelah Isam mendengar penuturan dari Hatim Al-Asam menangislah ia sekuat-kuatnya kerana membayangkan ibadahnya yang kurang baik bila dibandingkan dengan Hatim.
Subhanallah…………….! Sedemikian rupa sikap yang ditunjukkan Isam dalam upaya untuk menjadikan shalat yang baik dalam kehidupannya, sehingga ia menangis tersede-sedu karena merasa ibadah shalat yang ia lakukan selama ini belum ada apa-apanya bila ia bandingkan dengan yang dilaksanakan Hatim.
Bagaimana dengan shalat kita………………..?. Semoga kita mampu meningkatkan kwalitas shalat kita.
Ya Allah, jadikanlah kami dan generasi kami menjadi hamba-hambaMu yang senantiasa dapat mendirikan shalat dengan baik dan khusyu’. Dengan serba kekurangan yang ada dalam shalat yang kami laksanakan, kami tetap berharap kepadaMu terimalah ibadah kami, terutama ibadah shalat. Bukakanlah pintu hati kami agar kami selalu termotivasi untuk melakukan nilai-nilai kebaikan dalam kehidupan kami. Ampunkanlah segala kesalahan kami dan kesalahan ibu-bapa kami, dan ampunkan juga saudara-saudara kami sesama ummat islam. Ya Allah, kami yakin dengan ampunan dan ridha yang Engkau berikan kepada kami, tentu kami punya bekal untuk menghadap kehadhiratMu.