Sabtu, 21 Mei 2011

Menyikapi Pengaruh Globalisasi

Menyikapi Pengaruh Globalisasi

Dinia ini rasanya semakin sempit, sebab pristiwa yang terjadi dibelahan bumi yang lain, dengan cepat dan mudah bahkan dengan hitungan detik dapat segera kita ketahui. Rasanya belahan bumi yang satu dengan yang lain menjadi begitu dekat, bahkan tidak ada jarak signifikan yang memisahkan satu negara dengan negara lain.

Mengapa demikian?. Sebab manusia sudah sampai kepada tingkat pengetahuan yang modern dan memiliki alat yang super canggih, baik alat transportasi yang kecepatannya melebihi kecepatan suara, maupun alat komunikasi yang tidak terbatas, sehingga seorang ayah yang memiliki anak nun jauh di belahan bumi yang lain, merasakan seolah-olah anaknya berada dibalik dinding pada saat berkomunikasi lewat alat telefon.  

Harus diakui, banyak hal positif yang didapat melalui kemajuan yang dicapai manusia saat ini, dan itu pantas untuk disyukuri. Namun di sisi lain, bukan berarti pengaruh abad modern dan globalisasi ini tidak memiliki dampak negatif bagi hidup dan kehidupan manusia. Dampak negatif tersebut adalah manakala manusia menyalahgunakan kecanggihan yang telah dicapai kepada hal-hal yang merusak, baik merusak kehidupannya secara pribadi maupun kepada masyarakat umum.

Sangat nyata sekali ketika kecanggihan yang diperoleh manusia saat ini disalahgunakan untuk hal-hal yang menyimpang dan merusak tatanan kehidupan manusia, sehingga eksistensi manusia itu menjadi rapuh. Kerusakan yang jelas nampak terlihat dari akibat manusia salah dalam menggunakan kecanggihan ilmu pengetahuan yang dicapai, tidak hanya terkait dengan sikap dan prilaku buruk dari manusia itu, tetapi dampak itupun terasa kepada rusaknya ekosistim alam dimana manusia dengan keserakahannya tidak lagi mempertimbangkan dampak yang ditimbulkan akibat terlalu berlebihan dalam memanfaatkan sumber daya alam yang ada. Akhirnya, bak kata Ebiet G. Ade dalam lagunya, “ Mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita, yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa. Atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita, coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang “.

Betapa bannyak moral manusia rusak dari akibat pengaruh kecanggihan alat komunikasi, terutama dunia internet yang dengan mudah meng-ekses adegan porno. Hal seperti itu tidak hanya melanda kehidupan para remaja, tetapi orang-orang dewasa bahkan orang tua juga banyak yang terpengaruh kepada hal tersebut. Bahkan yang sangat mengecewakan, Anggota Dewan yang terhormat di Republik ini-pun tertangkap tangan sedang meng-ekses situs-situs porno. Na’uzubillah……………..!

Bila demikian, yang pasti akan terjadi adalah hilangnya identitas dan jati diri. Rasulullah SAW pernah mengingatkan dalam sabdanya, Artinya: "Akan datang suatu masa pada perjalanan hidup manusia, di mana perhatiannya melulu tertuju pada urusan perut. Kemuliaan mereka hanyalah diukur dengan benda (materi) semata. Kiblat mereka adalah wanita. Agama mereka adalah emas dan perak. Sungguh, mereka itu makhluk Allah yang paling buruk, tiada bernilai di sisi Allah." (HR Imam Dailami).

Lantas, bagaimana kita menghadapi gelombang globalisasi yang tadak bisa dihentikan ini?. Bila ditinjau dari sudut pandang agama islam, solusinya tidak lain adalah:

  1. Untuk masing-masing pribadi, perkuat jati diri yang sesungguhnya dengan senantiasa mempertebal iman kepada Allah SWT. Kemudian, senantiasa beribadah kepadaNya agar diri kita menjadi orang-orang yang bertakwa kepadaNya. Dan untuk wadah bernegara, perkuat nasionalisme kita sebagai bangsa yang memiliki peradaban yang tinggi dan memiliki budaya dan akhlak yang mulia.
  2. Jadikan kecanggihan ilmu pengetahuan yang bekembang dewasa ini untuk hal-hal yang positif dan jangan salahgunakan kepada hal-hal yang negatif. Untuk itu, setiap individu harus selalu merasakan bahwa Allah senantiasa mengawasinya. Bila seseorang memiliki sikap seperti ini, tentu pada saat dia berselancar di dunia maya, dia tidak akan berani membuka situs-situ porno, sebab dia merasa diawasi oleh Allah dan perbuatan itu adalah dosa.
  3. Menanamkan budaya malu. Saat ini kelihatannya budaya malu sudah banyak yang hilang dari kehidupan seseorang, semua itu tentu bersumber dari menipisnya akhlak dalam kehidupannya, sebab orang yang memiliki akhlak dalam kehidupannya tentu akan merasakan malu manakala ia berbuat kesalahan, untuk itu dia tentu akan berupaya secara maksimal untuk menghindarkan diri dari kesalahan.

Mari kita berupaya sekuat daya untuk menjadikan teknologi, kecanggigan informasi dan komunikasi sebagai sarana untuk mencapai kwalitas hidup yang baik, dengan prinsif tetap menjaga nilai-nilai moral untuk tidak tercebur kepada perilaku yang salah dalam menggunakan pengetahuan modern saat ini.

Semoga kita dijauhkan Allah dari sikap hidup yang tidak baik dengan memberikan hidayahnya kepada kita, sehingga kita mampu mengisi kehidupan ini dengan nilai-nilai pengabdian yang sesungguhnya.