Senin, 02 Mei 2011

SHALAT KHUSYU’ - HIDUP BERKUALITAS.


SHALAT KHUSYU’ - HIDUP BERKUALITAS.

Allah SWT. berfirman:

قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ ﴿١﴾ الَّذِينَ هُمْ فِي صَلاتِهِمْ خَاشِعُونَ ﴿٢﴾

Artinya:“Sungguh beruntunglah orang-orang yang beriman (yaitu) yang khusyu’ dalam shalatnya.”(Al-Mukminun : 1-2.

Agungnya sholat
Ibadah akan selalu membuahkan hasil yang baik, terutama ibadah shalat. Ia mampu melahirkan keberuntungan bagi pelakunya. Pelaku shalat dijamin Allah dengan keberuntungan, sebagaimana firman Allah di atas, sehingga pelaksanaan shalat sangat besar hikmahnya dalam membentuk kepribadian muslim. Karena itu, shalat harus dilaksanakan dengan baik dan sempurna, penuh penjiwaan dengan dasar niat yang ikhlas dan disertai dengan rasa khusyu’. Jika tidak, shalat hanyalah gerakan badan tanpa makna, kosong tidak bermakna dan berujung pada merasa berat untuk melaksanakannya, pada akhirnya hasilnya hanyalah kebosanan belaka, sebab shalat yang dikerjakan hanya rutinitas ritual semata ( hanya sekedar gugur kewajiban).

Rasulullah bersabda mengenai betapa pentingnya shalat, artinya: “Yang pertama-tama dipertanyakan (dihisab) terhadap seorang hamba pada hari kiyamat kelak tentang amalnya adalah shalat. Apabila shalatnya baik maka dia beruntung dan sukses, dan apabila shalatnya buruk maka dia kecewa dan merugi” (HR. An-Nasa’i).

Pembicaraan tentang shalat perlu terus diulang, tidak boleh ada kebosanan, kelalaian, dan acuh kepadanya. Karena shalat merupakan kewajiban yang sangat agung, kebaikan yang amat terpuji dan bahaya yang luar biasa manakala meninggalkannya. Shalat merupakan tiang agama, barangsiapa yang meremehkan shalat berarti telah melalaikan pundasi agama. Shalat juga merupakan obat hati yang bisa menyembuhkan ragam macam penyakit dan kejelekan akhlaq, bagaikan pelita yang memberi sinar cahaya untuk menerangi sekitarnya, demikian pula shalat akan menghilangkan pekatnya dosa-dosa. Sebagaimana firman Allah:

وَأَقِمِ الصّلوةَ إِنَّ الصَّلوةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاء وَالْمُنكَرِ
Artinya: “Dan dirikanlah shalat. Sesunggungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar” (QS AL-‘Ankabut : 45.

Namun shalat yang bagaimana yang bisa mencegah kekejian tersebut? Bukankah ada orang yang rajin shalat tetapi gemar pula melakukan perbuatan maksiat?. Kalau seperti ini, tentu pasti ada yang error dalam shalatnya. Nabi bersabda, artinya:

“Bagaimana pendapat kalian seandainya ada sebuah sungai yang bersih di depan pintu salah seorang kalian, dia mandi di sana lima kali sehari, apakah masih ada kotoran yang tersisa? Mereka menjawab; “tidak ada kotoran tersisa sedikitpun” nabi bersabda,”demikianlah permisalan sholat lima waktu, Allah menghapus kesalahan-kesalahan dengan sebab sholat” (HR Muslim) 6).

Kedudukan khusyu’ dalam sholat.

Khusyu’ merupakan ruh shalat, sebagaimana ruh bagi badan. Ia sangat cepat hilangnya dan sulit
mendapatkannya. Bahkan tidak jarang banyak orang yang shalat tetapi tidak khusyu’ dalam shalatnya. Tidak berupaya untuk khusyu’ dalam pelaksanaan shalat, itu berarti musibah. Rasulullah sendiri selalu berdo’a agar terlindung dari hati yang tidak khusyu’.

Shalat apabila dibarengi dengan khusyu’, baik khusyu’ secara jasadiyah terlebih lagi khusyu’ secara  qolbiyah, khusyu’, dan dihiasi pula dengan kerendahan hati, ketulusan, ketenangan, ketundukan, cinta dan pengagungan kepada Allah, maka sungguh pelaku shalat akan terhindar dari perbuatan keji dan mungkar. Hatinya kian berseri-seri, pikirannya jernih, keimanannya meningkat, kecintaannya dalam berbuat kebaikan semakin bertambah, keinginannya untuk berbuat jelek semakin sirna.

Dengan Khusyu’, munajat seorang hamba semakin mudah dikabulkan dan kedekatan kepada Allah semakin terasa. Sehingga kenikmatan dan kesejukan akan terasa usai melaksanakan shalat hingga kepada pelaksanaan shalat berikutnyak.

Ketika seseorang melaksanakan shalat dengan penuh ketundukan, selama shalat ia bermunajat dengan penuh ketakutan dan harap, maka setelah melaksanakan shalat seolah-olah ia terlepas dari segala problem kehidupan dunia, yang membekas di hatinya berupa kegembiraan dan ketentraman yang senantiasa selalu dirasakan dalam hidupnya.

Agar khusyu’ dalam sholat
Khusyu’ memang mudah untuk diucapkan, namun sulit dalam mempraktekkannya dan banyak yang belum bisa mendapatkannya. Untuk itu imam Ghozali merumuskan ada lima hal yang harus ada pada seseorang untuk dapat khusyu’ dalam shalatnya.

Pertama: At-Ta’zhim, maksudnya bahwa seseorang yang melaksanakan shalat harus timbul dihatinya untuk memuliakan Allah, sebab ia sedang berhadapan dengan zat yang maha agung dan mulia.

Kedua: Al-Khauf, artinya ia harus merasakan takut, terutama takut akan azab Allah, takut salah dalam menghadapkan diri kepada Allah, dan takut ibadahnya tidak diterima Allah. Bila demikian sikap orang yang shalat, tentu dalam melaksanakan shalat tersebut dia akan sangat berhati-hati menjaga sikapnya.

Ketiga: At-Tafahhum, maksudnya, hendaklah seseorang memahama tentang, dengan siapa dia sedang berhadapan, dan hendaknya ia paham atau mengerti akan bacaan-bacaan yang ia baca di dalam shalat tersebut. Dengan demikian ia akan merasakan seolah-olah sedang berdialog dengan Allah, sebab ia sedang memuji Allah, ia sedang berdo’a kepada Allah, ia sedang menyerahkan dirinya secara total kepada Allah SWT.

Keempat: Ar-Roja’, maksudnya adalah, dalam melaksanakan shalat ia sangat penuh pengharapan kepada Allah, bahwa shalat yang ia kerjakan dapat diterima Allah SWT.
Kelima: Hudhurul Qolbi, hendaknya orang yang melaksanakan shalat berupaya selalu menghadirkan hatinya untuk mengingat Allah dan tidak berpaling mengingat yang lain selain Allah.

Dengan metode yang telah dikemukakan, diharapkan kita bisa lebih khusyu’ dalam melaksanakan shalat dari hari-hari sebelumnya. Untuk itu mari kita tarapkan metode tersebut agar kita mempu mendapatkan shalat yang khusyu’. Melalui pelaksanaan shalat yang khusyu’ itu kita berharap shalat kita menjadi shalat yang berkualitas, demikian pula dengan hidup kita, menjadi hidup yang berkualitas, sebab shalat yang kita laksanakan diharapkan mampu membentuk karekter yang positif dalam kehidupan kita. Insya Allah dengan demikian kita akan mulia di sisi Allah dan mulia pula di sisi manusia.