Senin, 23 April 2012

Kepemimpinan Nabi Muhammad

Nabi Muhammad
Pemimpin Yang Bijaksana

Pada peperangan Badar pasukan Islam yang sedikit mampu mengalahkan pasukan kafir yang jumlahnya jauh lebih banyak. Pasukan ummat Islam di pimpin langsung oleh Rasulullah, sementara pasukan kafir di pimpin oleh Abu Jahal.
Ummat Islam pulang dengan hati yang gembira, mereka membawa kemenangan juga harta rampasan perang serta para tawanan perang, Sementara orang-orang kafir pulang dengan muka yang tertunduk penuh dengan kekecewaan. Demikian pula orang-orang Yahudi dan orang-orang munafik yang tinggal di Madinah, mereka sangat kecewa atas kekalahan orang-orang kafir yang menyerang Rasulullah dan ummat Islam. Sebab mereka berharap ummat Islam kalah dan Muhammad terbunuh.
Terhadap tawanan perang Nabi Muhammad belum memutuskan harus diapakan mereka. Dalam keadaan seperti itu Abu Bakar memberikan saran agar mereka dibebaskan setelah member uang tebusan. Nabi diam dan tidak menjawab saran Abu Bakar.
Kemudian Umar Ibnu Khattab memberikan pendapatnya, agar semua tawanan dihukum mati karena mereka adalah musuh-musuh Allah. Mereka telah memerangi Nabi dan kaum Muslimin. Akan tetapi, Nabi pun tidak menjawab usulan Umar.
Terhadap dua pendapat ini kaum Muslimin terbagi dua. Sebagian mendukung pendapat Abu Bakar dan yang lain mendukung usulan Umar. Tentu, apabila Nabi salah menyikapi perbedaan pendapat ini tentu akan terjadi perpecahan.
Kemudian Nabi menghadap kaum Muslimin untuk menyampaikan keputusannya. Namun, sebelum beliau menyampaikan keputusan terlebih dahulu Nabi memuji Abu Bakar dengan kata-kata: “Ibarat malaikat, Abu Bakar itu seperti Mikail yang diturunkan Allah membawa sifat pemaaf kepada hamba-Nya. Ibarat Nabi, Abu Bakar seperti Ibrahim yang berkata, ‘Barang siapa yang mengikutiku, maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku, dan barang siapa yang mendurhakai aku, maka sesungguhnya Engkau(Allah), Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
Kaum Muslimin yang mendukung pendapat Abu Bakar hati mereka menjadi senang.
Kemudian, Nabi memuji Umar dengan kata-kata: “Ibarat malaikat, Umar itu seperti Jibril diturunkan membawa kemurkaan dari Allah dan bencana terhadap musuh-musuh. Ibarat Nabi, Umar itu seperti Nuh yang mengatakan, ‘Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi.”
Para pendukung pendapat Umar-pun mereka merasa senang.
Abu Bakar dan Umar merasa senang. Sebab, Nabi tidak menyalahkan pendapat mereka. Sahabat-sahabat lain juga senang, baik yang pro-Abu Bakar maupun Umar. Tetapi, tugas pemimpin tidak hanya membuat pengikutnya menjadi senang tanpa ada keputusan. Bagaimanapun Nabi harus memilih salah satu dari dua pendapat itu. Maka, Nabi memilih pendapat Abu Bakar walaupun kemudian pilihan itu ditegur oleh Allah SWT. Teguran Allah tersebut tertuang dalam Al-Qur’an surat Al-Anfal ayat 67-68:
مَا كَانَ لِنَبِيٍّ أَن يَكُونَ لَهُ أَسْرَى حَتَّى يُثْخِنَ فِي الأَرْضِ تُرِيدُونَ عَرَضَ الدُّنْيَا وَاللّهُ يُرِيدُ الآخِرَةَ وَاللّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ ﴿٦٧﴾ لَّوْلاَ كِتَابٌ مِّنَ اللّهِ سَبَقَ لَمَسَّكُمْ فِيمَا أَخَذْتُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ ﴿٦٨﴾
Tidak patut, bagi seorang Nabi mempunyai tawanan sebelum ia dapat melumpuhkan musuhnya di muka bumi. Kamu menghendaki harta benda duniawiyah sedangkan Allah menghendaki (pahala) akhirat (untukmu). Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Kalau sekiranya tidak ada ketetapan yang telah terdahulu dari Allah, niscaya kamu ditimpa siksaan yang besar karena tebusan yang kamu ambil“. (QS.Al Anfaal: 67-68).
Tatkala pendapatnya tidak dipilih Nabi, Umar ridha. Dan tatkala pendapat Umar dibenarkan Allah, Umar-pun tidak menepuk dada, apalagi sampai menyalahkan Nabi. Pemimpin yang bijaksana juga akan melahirkan umat yang bijaksana.
Saudaraku………………! Bagaimana dengan Pemimpin dan Rakyat kita saat ini?.
Jawabannya tentu ada pada diri pembaca.