Belajar Dari Kehidupan Tukang Parkir
Di Kantor atau ditempat-tempat lainnya kita selalu menemukan
seseorang yang bertugas sebagai penjaga Parkir, setiap hari dia lakukan
pekerjaannya. Sejak pagi sampai sore ia setia menjaga kenderaan yang di titipkan
kepadanya, berbagai merek kenderaan ada di sana. Dari kenderaan yang sederhana
sampai kenderaan yang mewah biasa ia naiki untuk mengatur kenderaan agar
tersusun rapi. Seolah-oleh dialah yang memiliki kenderaan tersebut. Namun pada
saat sore hari tiba, segenap pemilik kenderaan, kembali mengambil kenderaan
mereka untuk pulang kerumah masing-masing. Namun, si tukang parkir tidak pernah
merasa bersedih pada saat kenderaan-kenderaan tersebut tidak lagi ada
dihadapannya. Demikianlah setiap hari dari hari-hari yang dilalui oleh si
tukang Parkir.
Saudaraku………………..!
Seandainya hidup di dunia
ini kita jalani seperti halnya tukang Parkir,
tentu hidup kita akan terasa lebih indah dan tenang. Kenapa………..? Karena kita
sebagai manusia harus menyadari bahwa apa yang kita miliki di dunia ini
sifatnya hanyalah pinjaman atau titipan dari Allah SWT., sama halnya seperti
tukang Parkir yang kepadanya ditipkan
mobil dan kenderaan lainnya untuk di jaga, yang akhirnya mobil-mobil tersebut
akan diambil kembali oleh pemiliknya.
Karena itu…………!
Jangan pernah merasa sombong
akan jabatan yang kita sandang, akan harta yang kita punya, atau atas
kecerdasan yang kita miliki. Jika kita mau menjadi sosok seperti tukang Parkir,
maka kita akan senantiasa menyadari bahwa apapun yang kita miliki di dunia ini
hanyalah amanat dari Sang Maha Pemilik. Cepat atau lambat, apapun yang kita
punya akan kembali kepada Pemiliknya, karena memang hakikatnya bukan kita
pemilik semua jabatan, harta, atau kecerdasan itu. Kita sebagai manusia hanya
diberikan amanah untuk menjaga, merawat, dan bertanggungjawab atas jabatan yang
diamanahkan kepada kita, atau atas harta yang dilimpahkan kepada kita, atau
atas karunia kecerdasan yang dilimpahkan untuk kita.
Tidak perlu kita merasa
senang sedemikian hebatnya saat Allah SWT memberikan kenikmatan, karena boleh
jadi Allah sedang menguji kita dengan kenikmatan tersebut. Sebalikya, jangan
terlalu bersedih atas kesusahan yang menimpa kita, karena boleh jadi Allah sedang
menguji kita dengan kesusahan itu.
Itulah kehidupan………... Tentu
adakalanya senang, adakalanya susah. Besyukurlah pada saat mendapat kesenangan
dan bersabarlah manakala sedang dirundung malang.
Senang dan susah yang
dialami seorang mukmin tetap akan mendatangkan kebaikan baginya. Sebab, pada
saat ia mendapat kesenangan dalam hidupnya, lalu ia mensyukurinya, tentu sikap
syukurnya itu akan menjadikan kebaikan untuknya. Sebaliknya pada saat ia
dilanda kesusahan, ia mampu menyikapinya dengan sikap sabar, maka sikap
sabarnya itu juga merupakan kebaikan untuknya. Bila demikian, bagi seorang
mukmin yang memahami hakikat kehidupan ini tentu tidak ada yang tidak baik baginya.
Kehidupan seperti ini yang akan mendatangkan ketenangan batin dalam kehidupan
seseorang. Semoga kehidupan kita demikian adanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar