Banyak orang yang menduga apabila disatu negeri tanahnya subur masyarakatnya akan sejahtera. Semakin subur suatu negeri, maka akan semakin makmur dan sejahtera masyarakatnya. Pendapat seperti ini tentu tidak semuanya salah, tetapi tidak semuanya benar.
Dalam realitas kehidupan, ada negeri dan daerah yang subur kemudian masyarakatnya makmur dan sejahtera, tetapi ada pula negeri dan daerah yang tidak subur namun rakyatnya makmur dan sejahtera. Sebaliknya, adapula negeri dan daerah yang subur tetapi rakyatnya miskin dan menderita.
Bila kita memperhatikan Al-Qur’an, maka faktor utama kesejahteraan dan kemakmuran adalah perilaku yang baik, yang sesuai dengan syari’at Allah SWT. Walaupun negerinya subur, tetapi pemimpin dan rakyatnya durhaka, maka yang terjadi adalah kehancuran dan keterpurukan.
Dalam Al-Qur’an surat An-Nahl ayat 112, Allah SWT berfirman:
وَضَرَبَ اللّهُ مَثَلاً قَرْيَةً كَانَتْ آمِنَةً مُّطْمَئِنَّةً يَأْتِيهَا رِزْقُهَا رَغَداً مِّن كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ اللّهِ فَأَذَاقَهَا اللّهُ لِبَاسَ الْجُوعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُواْ يَصْنَعُونَ
Artinya : “Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk) nya mengingkari ni`mat-ni`mat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat ”.
Dalam sebuah hadits, riwayat Imam Thabrani dari Ibnu Abbas, Rasulullah SAW bersabda : yang maksudnya:
“Ada lima perbuatan yang akan mengakibatkan lima malapetaka :1. Apabila suatu bangsa mudah mengingkari janji, mereka akan dikendalikan oleh musuh-musuh mereka, 2. Apabila mereka berhukum dengan sesuatu yang bukan diturunkan Allah, maka akan tersebar kefakiran,3. Apabila perzinahan sudah menjadi konsumsi publik, maka akan mewabah pula penyakit yang membawa kematian, 4. Apabila mereka tidak jujur dalam timbangan atau kwalitas suatu barang, maka tanam-tanaman akan terhambat kesuburannya, dan mereka akan disiksa dengan kemarau panjang. 5. Apabila mereka enggan mengeluarkan zakat, maka akan dihambat untuk mereka turunnya hujan yang membawa keberkahan” (HR. Thabrani dari Ibnu Abbas).
Sebaliknya, dengan keimanan dan ketaqwaan yang tercermin dalam perilaku keseharian, akan menyebabkan turunnya keberkahan. Hal ini sejalan dengan firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-A’raf ayat 96 :
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُواْ وَاتَّقَواْ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ وَلَـكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذْنَاهُم بِمَا كَانُواْ يَكْسِبُونَ
Artinya : “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya” .
Nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan ini yang harus dimiliki oleh masyarakat dan bangsa, terutama para pemimpinnya, yang kepada mereka sangat dituntut untuk memiliki sikap amanah, jujur dan terpercaya, disamping memiliki keahlian dan propesionalisme dalam bidangnya masing-masing. Orang yang amanah tentu akan mendapatkan rezki dan kesejahteraan dalam hidupnya. Sebaliknya, khianat, culas dan korup akan melahirkan kefakiran.
Dalam sebuah hadits, riwayat Imam ad-Dailamiy, Rasulullah SAW bersabda:
اَْلأَمَانَةُ تَجْلِبُ الرِّزْقَ وَالْخِيَانَةُ تَجْلِبُ الْفَقْرَ , artinya : “Sifat amanah itu akan mendatangkan rezki, dan sifat khianat itu akan melahirkan kefakiran” (HR. Ad-Dailamiy).
Agaknya kisah Nabi Yusuf yang diabadikan Allah dalam Al-Qur’an harus kita jadikan teladan dalam membenahi kehidupan ini, terutama dalam kehidupan bernegara dan yang lebih utama bagi para pemimpin bangsa.
Nabi Yusuf adalah seorang pejabat Negara di Mesir yang sangat arif, jujur, amanah dan propesional dalam tugasnya. Dengan kearifan, kejujuran serta sifat amanah yang dimilikinya Nabi Yusuf mampu membawa kesejahteraan untuk masyarakatnya, dan masyarakat di sekitar negeri Mesir, karena beliau dan pejabat di negeri Mesir ketika itu memiliki sifat amanah, terpecaya dan ahli atau profesional dalam bidangnya.
Dalam sejarah Islam pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz, ternyata tidak ada orang yang menjadi mustahiq zakat dengan sebab kejujuran dan keadilan dalam segala bidang yang dilakukan oleh beliau dalam pemerintahannya.
Amanah dan profesionalisme akan menumbuhkan etos kerja yang tinggi, akan menumbuhkan etika kerja yang kuat, akan menyebabkan orang berlomba-lomba dalam mempersembahkan yang terbaik dan akan menyebabkan tumbuhnya ta’awun (saling tolong menolong dan saling bekerjasama dalam kebaikan), dan akan memunculkan rasa solidaritas sosial yang tinggi antara sesama anggota masyarakat. Kalau sudah demikian, maka akan lahirlah masyarakat yang adil, masyarakat yang makmur, dan masyarakat yang sejahtera di bawah naungan ridha Ilahi.
Sikap hidup seperti inilah yang sangat dibutuhkan di Negara kita ini, terutama oleh para pemimpinnya. Mungkin tidaklah berlebihan kalau dikatakan bahwa sebenarnya masyarakat Indonesia pantas mendapatkan kesejahteraan dalam hidupnya, tapi dikarenakan Negara ini salah urus maka yang terjadi dalam kenyataan adalah masih banyak masyarakat di Indonesia ini yang mengalami kesusahan hidup.
Banyak faktor yang seharusnya masyarakat Indonesia ini bisa menjadi sejahtera, sebab sumberdaya alam yang ada di bumi pertiwi ini sangat luar biasa, demikian pula dengan sumberdaya manusianya sangat banyak sekali. Andaipun sumberdaya manusianya banyak yang belum mampu untuk dihandalkan mengelola sumberdaya alamnya, tentu dalam hal ini bisa dalakukan pembinaan secara serius. Kunci dari itu semua adalah, dibutuhkan pemimpin yang benar-benar memiliki sikap arif, amanah, dan mampu bekerja secara propesional. Dan sumbernya adalah nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan yang terhunjam direlung hati yang paling dalam.
Apabila sikap-sikap seperti yang telah dikemukakan di atas mampu diterapkan oleh masyarakat terutama para pemimpinnya maka insya Allah kita akan mendapatkan keberkahan dan keridhaan dari Allah SWT. Sehingga hujan yang turun akan membawa berkah, tanah yang di olah oleh petani akan mendatangkan nikmat.
Semoga kita bangsa Indonesia bisa merubah sikap hidup dari yang tidak baik menjadi yang lebih baik.
امـِـيْــنَ يَـا رَبَّ الـْعـَالـَمِـيْـنَ