Sabtu, 12 Mei 2012

Mau'izhoh Untuk Kehidupan

NENEK TUA MEMBUAT ACARA SYUKURAN
Seorang nenek tua yang sudah lama menjadi janda, mengundang seorang ustadz untuk acara syukuran di tempat tinggalnya. Perempuan yang sudah berusia di atas 65 tahun ini usahanya hanyalah pedagang kue keliling yang hasilnya tidak seberapa. Ia hidup sendirian di kota besar tanpa ada sanak keluarga. Ia tinggal di emperan rumah oang lain atas kebaikan hati si tuan rumah.
Suatu hari, selepas shalat Jum'at ia ingin mengadakan syukuran. Selasai melaksanakan shalat jum’at, ustadz yang diundang segera datang. Tidak berapa lama datang pula ketua RT, kemudian pengurus Masjid, dan Muazzin yang mengumandangkan azan pada pelaksanaan shalat jum’at. Kemudian disusul dengan kehadiran Bapak tuan rumah yang selama bertahun-tahun memberikan emperan rumahnya untuk ditempati oleh sang nenek.
Sudah setengah menunggu tidak ada lagi yang datang. Sang ustadz bertanya, masih ada lagi yang ditunggu nek?. Nenek itu menjawab, Tidak ada Ustadz, yang saya undang hanya lima orang termasuk Ustadz. Maklum tempatnya sempit, kata sang nenek.
Hati sang Ustadz tersentuh dan berkata dalam hatinya. Nenek yang tinggal di emperan rumah orang ini masih juga ingin mengadakan syukuran kepada Allah, padahal hidupnya dalam kesusahan, sementara banyak orang lain yang rumahnya besar dan mewah tapi tidak pernah diinjak tetangganya untuk acara selamatan.
Dalam suasana keterpanaannya sang Ustadz bertanya: "Apa tujuan syukurannya, Nek?.
Si nenek tua menjawab. Begini ustadz,"Saya bersyukur kepada Allah karena sejak bulan ini saya bisa mengontrak kamar ini, walaupun sebulan hanya Rp. 5.000.-. Tadinya tuan rumah menolak, tidak mau menerima uang saya. Tapi akhirnya atas desakan saya ia mau menerimanya, sebab saya berusaha agar hidup saya tidak sepenuhnya menjadi beban orang lain, dengan begitu hutang budi saya tidak terlalu berat kepada Bapak yang punya rumah ini."
Kembali sang Ustadz tertegun mendengar ungkapan si nenek dan kembali hatinya bergumam:  Masya Allah. Alangkah mulianya hati nenek ini. Ia yang sebenarnya masih perlu disedekahi, tidak mau membebani orang lain dalam hidupnya. Dan alangkah mulianya pula Bapak yang empunya rumah ini, yang tidak mau mengecewakan hati seorang nenek yang ingin terbebas dari perasaan bergantung pada orang lain.
Subhanallah……………….!
Saudaraku…………………!
Bagaimana pandangan Anda tentang sikap nenek tua dan Bapak yang empunya rumah?

Tidak ada komentar: