Meningkatkan Tradisi
Membca
Melalui Semangat
Peringatan Nuzul Qur’an
Bulan Ramadhan adalah bulan pertama sekali Al Qur’an diturunkan. Diantara fungsinya adalah untuk menjadi petunjuk bagi manusia agar kehidupan manusia tertata dengan baik sesuai dengan kehendak Allah yang maha pencipta. Al-Qur’an adalah kitab terakhir yang diturunkan Allah, karena itu wajarlah kalau isi dan kandungannya lebih lengkap dari kitab-kitab yang diturunkan Allah sebelum Al-Qur’an. Al-Qur’an merupakan kitab yang berisikan tatanan untuk kehidupan manusia yang isi dan kandungannya menyentuh segala sendi-sendi kehidupan manusia, baik kehidupan secara individu maupun kehidupan kolektif dalam berbangsa dan bernegara.
Perlu disadari, kendatipun Al-Qur’an banyak menceritakan tentang
kisah-kisah ummat terdahulu, akan tetapi Al-Qur’an bukanlah kitab sejarah, atau
sekalipun Al-Qur’an selalu menggambarkan alam kosmos beserta galaksinya akan
tetapi Al-Qur’an tidak dapat kita sebut sebagai kitab astronomi. Atau sekalipun
Al-Qur’an sering mengupas tentang bentuk penciptaan manusia secara detail dan
juga penciptaan alam raya, tetapi Al-Qur’an bukanlah kitab pengetahuan Alam
atau fisika. Tetapi Al-Qur’an adalah sebagai kitab Hidayah atau petunjuk
bagi seluruh alam.
Jadi, walaupun terdapat cerita atau gambaran tentang hal-hal
yang bertalian dengan geografi, sejarah, fisika, kedokteran dan lain-lain, hal
tersebut hanyalah berfungsi sebagai bukti dan penjelasan untuk mencapai kepada
satu tujuan, yaitu Hidayah Allah swt. Karena itu, untuk samapai kepada
tujuan agar kita mendapat hidayah dari Al-Qur’an tersebut, ada beberapa hal
yang perlu kita terapkan dalam kehidupan kita.
Pertama: Membaca dan
mempelajari Al-Qur’an secara seksama, dalam hal membaca ini, tentu kita
mendapat pesan dari wahyu pertama dalam surat Al-‘Alaq, yang memerintahkan
kepada kita untuk membaca.
Kedua: Berupaya untuk memahami isi dan kandungan yang
terdapat dalam Al-Qur’an. Sebab, dengan membaca saja tidak cukup untuk dapat
mengetahui rahasia kandungan dan maksud yang Allah firmankan dalam Al-Qur’an
tersebut. Karena itu, harus sampai kepada memahami isi dan kandungannya.
Ketiga: Mengajarkannya
kepada orang lain, agar orang lain pun dapat membaca dan memahami Al-Qur’an
dengan baik. Dalam hadits nabi yang diriwayatkan oleh imam Bukhori Rasul
bersabda:َيْ
Artinya: “Orang yang
paling baik diantara kamu adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan orang yang
mengajarkannya ”.
Keempat: Mengamalkan ajaran yang
terdapat dalam Al-Qur’an. Pada tahap pengamalan inilah yang selalu dirasakan
berat oleh sebagian orang. Pengetahuan yang didapat tentu tidak akan berguna
jika tidak dibarengi dengan pengamalan dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan menerapkan
keempat hal tersebut, barulah Al-Qur’an akan dapat dirasakan manfaatnya oleh
kita semua, sebab Al-Qur’an merupakan kitab petunjuk/hidayah. Apalagi jika kita
kaitkan dengan kebutuhan hidup saat ini, dimana setiap orang dengan segala
kemajuan dan kecanggihan yang dicapai oleh manusia, justru malah banyak yang
mencari sistem nilai yang mereka anggap absolut.
Sebagai ummat Islam tentu kita tidak perlu lagi meragukan
apalagi mencari sistem nilai selain Al-Qur’an. Perlu dicatat, bahwa kemunduran
ummat Islam bukan terletak pada inti ajaran Al-Qur’an atau disebabkan ummat
Islam setia pada ajaran Al-Qur’an, sehingga alam pikir dan daya kreatifitas
mereka terhambat oleh Al-Qur’an, akan tetapi justru kemunduran ummat Islam dikarenakan
faktor budaya, sebab ummat Islam sedikit demi sedikit telah menjauhkan diri
dari Al-Qur’an.
Sangat ironis memang, di saat ajaran Al-Qur’an menganjurkan
kepada ummatnya untuk membaca, namun kenyataannya negara dan ummat yang terbesar
buta hurufnya justru adalah negara-negara yang banyak ummat Islamnya. Dapat
kita lihat pula, terkait dengan minat baca umat Islam Indonesia, dan orang
Indonesia secara umum sangatlah lemah minat membacanya. Namun sebagai negara
dengan penduduk beragama Islam terbesar di dunia, adalah ironis kalau muslim
Indonesia belum mampu menerjemahkan wahyu pertama dalam kehidupan sehari-hari.
Sementara di belahan bumi lain kondisinya lebih baik, dan tradisi keilmuan yang
memang telah mengakar terus lestari hingga kini.
Untuk itu, tradisi tulis-baca serta mengembangkan keilmuan perlu
dikembangkan. Dibutuhkan kerja keras untuk mencapai hal tersebut. Memperingati
Nuzul Qur’an bisa menjadi jawaban untuk itu. Dengan merujuk kepada Al-Qur’an
adalah merupakan ungkapan yang tepat untuk mengatakan bahwa menjadi seorang muslim
yang baik adalah menjadi pembaca yang baik.
Semoga momentum Nuzul Al-Qur’an dapat dijadikan pijakan awal
transformasi budaya untuk menciptakan masyarakat yang gemar membaca.
Semoga…………………………!
Ya Allah, tunjukilah kami dengan hidayah Qur’anMu,
gerakkanlah hati kami untuk bersungguh-sungguh mempelajarinya, berilah kami kekuatan
untuk dapat mengamalkan kandungannya. Jadikanlah Al-Qur’an sebagai syafa’at bagi
kami di akhirat kelak. Dan jadikanlah bacaan Al-Qur’an yang kami baca menjadi
penghantar bagi kami untuk menuju surgaMu. Ya Allah Tuhan yang maha lembut lagi
maha penyayang.
امـِـيْــنَ يَـا رَبَّ الـْعـَالـَمِـيْـنَ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar