Minggu, 28 Oktober 2012

Pemulung Yang Sanggup Berqurban

Diejek Saat Mau Berkurban
Diberitakan di beberapa siaran Televisi, ada ibu miskin tapi bisa berqurban.
Ibu tua ini bernama Mak Yati, pekerjaannya pemulung. Beliau tinggal di kawasan Tebet, Jakarta Selatan bersama suaminya (Maman) yang juga sebagai pemulung.
Sehari-hari Mak Yati tinggal di gubuk triplek yang berukuran kecil di dekat pembuangan sampah daerah Tebet, Jakarta Selatan. Tak ada barang berharga di gubuk 3x4 meter itu. Sebuah televisi rongsokan berada di pojok ruangan. Sudah bertahun-tahun TV itu tak menyala.
Tiga tahun yang lalu terbetik hasrat dihatinya ingin berqurban. Banyak yang mentertawakan Mak Yati saat mengungkapkan keinginannya untuk berqurban. Tentu banyak yang memandang keinginan Mak Yati itu hanya angan-angan kosong dikarenakan pekerjaan Mak Yati hanya seorang pemulung.
Namun, karena dorongan yang kuat membuat Mak Yati tidak menghiraukan ocehan orang terhadapnya, bahkan dia mulai menabung agar dapat membeli kambing untuk dijadikan qurban.
Setelah tiga tahun menabung, Mak Yati dapat membuktikan bahwa seorang pemulung pun bisa berkurban.
Terbukti pada Hari Idul Adha tahun ini, yang jatuh pada tanggal 26 Oktober 2012 Mak Yati menjadi salah seorang peserta qurban di daerah tempat kediamannya. Dan keinginannya tiga tahun yang lalu untuk bisa berqurban tahun ini benar-benar menjadi kenyataan.
Mak Yati membeli dua ekor kambing untuk qurban diri dan suaminya seharga tiga juta rupiah, dan diserahkan kepada panitia pelaksana penyembelihan hewan kurban di Masjid Al-Ittihad, Tebet, Jakarta Selatan. Panitia dan jama’ah Masjid itu pun banyak yang terharu bahkan meneteskan air mata.
Wanita asal Madura ini bercerita soal mimpinya bisa berkurban. Dia malu setiap tahun harus mengantri untuk mendapatkan daging qurban. Dia katakan; "Saya ingin sekali bisa berqurban walau hanya sekali dalam hidup. Malu rasanya seumur hidup hanya minta daging," katanya.
Setiap hari Mak Yati mengelilingi kawasan Tebet hingga Bukit Duri. Dia pernah kena asam urat sampai tak bisa berjalan. Tapi MakYati tetap bekerja, dia tak mau jadi pengemis.
"Biar ngesot saya harus kerja. Waktu itu katanya saya terkena asam urat karena kelelahan kerja. Maklum sehari biasa berjalan jauh, terkadang sampai sepuluh kilometer" akunya.
Saudaraku………………!
Ternyata, dibalik kemiskinan ada kekayaan jiwa. Tidak jarang ada yang kaya harta tapi miskin jiwa dan hatinya untuk berbagi kepada sesama.
Semoga kita bisa mengambil hikmah dari kisah nyata ini.

Tidak ada komentar: