Menanamkan Sikap Solidaritas Sosial dihati Ummat
Syari’at islam mengatur segala aspek kehidupan manusia. Baik dalam kaitan hubungan manusia kepada sang pencipta ( Allah SWT ), hubungan manusia kepada sesama manusia, maupun hubungan manusia kepada alam lingkungannya.
Menyangkut masalah hubungan manusia kepada sesama manusia, syari’at islam mengajarkan tentang bermasyarakat yang ada kaitannya dengan “ kesejahteraan hidup bersama “. Dalam hal ini yang dimaksud adalah sikap “ Solidaritas Sosial “.
Solidaritas sosial ini akan dapat diterapkan dengan cara:
Pertama: Menjalankan kehidupan bersama dengan cara membina “ Ukhuwah islamiyah “ yang baik antara sesama ummat islam. Sebab islam mengajarkan bahwa sesama ummat islam antara satu dengan yang lainnya adalah bersaudara. Pola hidup bermasyarakat seperti ini akan menimbulkan sikap yang baik, menghilangkan sikap egois dan mau menang sendiri. Allah SWT. berfirman dalam surat Al-Hujurot ayat 10 :
“إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ “.
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang mu'min adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat“.
Kedua: Menanamkan sikap “ Tolong Menolong”. Islam mengajarkan sikap tolong menolong ini kepada segenap ummatnya, sebab manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa adanya orang lain. Namun perlu disadari bahwa sikap tolong menolong yang harus diterapkan dalam kehidupan masyarakat adalah sesuatu yang menuju kepada kebaikan dan ketakwaan bukan dalam hal keburukan yang mendatangkan dosa. Dalam kaitan ini Allah berfirman dalam surat Al-Maidah ayat 2:
“وَتَعَاوَنُواْ عَلَى الْبرِّ وَالتَّقْوَى وَلاَ تَعَاوَنُواْ عَلَى الإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ “.
Artinya: “ Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran “.
Ketiga: Menerapkan pola hidup “ Saling Menasehati “. Dalam tatanan pergaulan di masyarakat islam, Nabi Muhammad SAW. menggambarkan, bahwa kehidupan masyarakat islam itu seperti satu tubuh, apabila anggota tubuh yang satu merasakan sakit, anggota tubuh yang lain juga ikut merasakannya. Demikian pula diharapkan dalam pergaulan ummat islam, apabila ada seseorang yang sedang mengalami problem dalam kehidupannya, temannya sesama islam hendaklah membantunya untuk keluar dari promlem hidup yang sedang dihadapi saudaranya tersebut, dan memberi nasehat untuk menyikapi problem yang sedang dihadapi dengan bersabar, sembari berupaya secara maksimal untuk mengatasi segala persoalan kehidupan yang sedang dihadapi. Menyangkut masalah ini Allah SWT. berfirman dalam surat Al-‘Ashr ayat 1-3:
“وَالْعَصْرِ ﴿١﴾ إِنَّ الانسَانَ لَفِي خُسْرٍ ﴿٢﴾ إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ “
Artinya: “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran “.
Dengan menerapkan tiga landasan seperti yang telah diuraikan, tentu akan muncul dalam kehidupan masyarakat ( khususnya masyarakat islam ) sikap “Solidaritas Sosial”. Apabila sikap seperti ini yang menghiasi kehidupan masyarakat, maka diyakini kecemburuan sosial akan sirna dari kehidupan masyarakat. Akhirnya yang akan dirasakan oleh masyarakat itu adalah rasa kebersamaan dan rasa kekompakan, dan apabila rasa kebersamaan dan kekompakan sudah dapat diterapkan, maka puncak yang paling dinikmati oleh masyarakat tersebut adalah rasa aman, tentram dan damai. Dan hidup seperti itu adalah dambaan kita semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar