Sabtu, 01 Oktober 2011

MENGGAPAI KEBERUNTUNGAN

MENGGAPAI KEBERUNTUNGAN
MELALUI SHALAT YANG KHUSYU’

Firman Allah dalam Surat Al-Mukminun ayat 1-2:
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ  الَّذِينَ هُمْ فِي صَلاتِهِمْ خَاشِعُونَ
Artinya: “ Sungguh beruntunglah orang-orang yang beriman (yaitu) yang khusyu’ dalam sholatnya”.
Ibadah yang baik khususnya shalat, adalah yang mampu melahirkan keberuntungan bagi pelakunya. Pelaku shalat ( shalat yang khusyu’ ) dijamin dengan keberuntungan, sebagaimana janji Allah di atas. Karena itu ibadah shalat sangat besar peranannya dalam Islam. Sebab itu, ibadah shalat dalam pelaksanaannya perlu untuk selalu diperhatikan, baik dalam hal rukun-rukunnya, maupun penyempurnaan sunnah-sunnahnya. Demikian pula dalam hal setiap gerakan maupun kekhusyukan dan keikhlasannya. Jika tidak, shalat hanyalah sekedar gerakan badan tanpa makna, kosong dan tidak berarti apa-apa, akhirnya hanya menghasilkan kebosanan.
Rasulullah bersabda mengenai betapa pentingnya shalat ini, artinya:
“ Yang pertama-tama dipertanyakan (dihisab) terhadap seorang hamba pada hari kiyamat kelak tentang amalnya adalah shalat. Apabila shalatnya baik maka dia beruntung dan sukses, dan apabila sholatnya buruk maka dia kecewa dan merugi” (HR. An-Nasa’i).
Karena pentingnya shalat ini, maka  tidak heran kalau nabi dan para sahabatnya suka berlama-lama dalam shalat ( terutama shalat malam ).
Lantas…………..! Apakah rahasia kebahagiaan shalat itu hanya mereka saja yang bisa merasakan, sementara kita tidak?.
Pembicaraan tentang shalat perlu terus pengulangan, tidak boleh ada kebosanan, kelalaian, dan acuh terhadapnya. Karena shalat merupakan kewajiban yang sangat agung, kebaikan yang amat terpuji dan bahaya yang luar biasa manakala meninggalkannya. Shalat merupakan tiang agama, barangsiapa yang meremehkan shalat berarti telah melalaikan pondasi agama.
Shalat merupakan obat hati yang bisa menyembuhkan beragam penyakit hati dan keburukan akhlaq. Bagaikan pelita dan cahaya yang menghilangkan pekatnya dosa-dosa. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Ankabut:45:
......... وَأَقِمِ الصَّلَوةَ إِنَّ الصَّلَوةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاء وَالْمُنكَرِ
Artinya: “Dan dirikanlah shalat. Sesunggungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar”.
Namun………….! Shalat bagaimana yang bisa mencegah kekejian tersebut? Bukankah ada orang yang rajin shalat tapi gemar pula melakukan maksiat?. Shalatnya hebat tapi menjadi tukang ghibah, namimah, pengidap sakit hati, iri, dengki dan bermacam-macam sifat buruk lainnya?. Kalau seperti ini, tentu pasti ada yang salah dalam shalatnya.
Nabi bersabda, artinya: “Bagaimana pendapat kalian seandainya ada sebuah sungai yang bersih di depan pintu salah seorang kalian, dia mandi di sana lima kali sehari, apakah masih ada kotoran yang tersisa? Mereka menjawab; “tidak ada kotoran tersisa sedikitpun” nabi bersabda,” demikianlah tamsilan shalat lima waktu, Allah menghapus kesalahan-kesalahan dengan sebab shalat” (HR Muslim).
Begitulah agungnya shalat, bisa membersihkan segala daki-daki kejelekan, sampai Rasulullah menjadikannya sebagai batas antara kekafiran dan keimanan. Seperti hadits rasul yang artinya :  “Perbedaan antara muslim dan kafir adalah shalat” (HR .Muslim).
Bila demikian, shalat yang mampu mengantarkan pelakunya kepada kebaikan, sehingga shalatnya dapat mencegahnya dari perbuatan keji dan mungkar adalah shalat yang berkwalitas, dan shalat yang berkwalitas itu antara lain adalah apabila dilaksanakan dengan ikhlas dan khusyu’.
Kedudukan khusyu’ dalam shalat.
Khusyu’ merupakan ruh shalat, sebagaimana ruh dalam badan, ia sangat mudah hilang dan sulit untuk mendapatkannya. Bahkan tidak jarang puluhan orang yang shalat berjama’ah, banyak yang tidak khusyu’ dalam shalatnya, bahkan tidak tertutup kemungkinan imamnya juga demikian. Ini adalah suatu kerugian, terlebih-lebih manakala kita tidak berusaha menggapai khusyu’ dalam melaksanakan shalat.
Shalat apabila dilaksanan dengan khusyu’, baik dalam ucapan, dalam gerakan, yang  dihiasi pula dengan kerendahan hati, ketulusan jiwa, ketenangan, ketundukan, cinta dan peng-agungan kepada Allah, maka sungguh pelaku shalat seperti ini tentu akan dapat mencegah dirinya dari perbuatan keji dan mungkar. Hatinya semakin bersih, pikirannya bertambah jernih, keimanannya semakin meningkat, kecintaannya dalam berbuat kebaikan terus bertambah, dan keinginannya untuk berbuat maksiat semakin sirna.
Melaksanakan shalat dengan khusyu’ untuk bermunajat kepada Allah dalam shalatnya, maka do’a seorang hamba akan semakin mudah dikabulkan dan kedekatannya kepada Allah semakin terasa, sehingga kenikmatan, kesejukan dan ketenangan akan dirasakan se-usai melaksanakan shalat, sehingga ia ingin dan ingin terus melaksanakan shalat.
Ketika seseorang memasuki pelaksanaan shalat dengan penuh ketundukan, selama shalat ia bermunajat kepada Allah dengan penuh rasa takut dan penuh harap, maka setelah melaksanakan shalat ia akan merasa terlepas dari segala himpitan beban dunia, yang tertinggal di hatinya berupa kegembiraan dan ketentraman yang senantiasa dirasakan. Itulah keberuntungan yang diperoleh seseorang manakala ia mampu melaksanakan shalat dengan khusyu’.
Upaya yang dilakukan agar khusyu’ dalam sholat.
Khusyuk memang mudah diucapkan, tetapi belum tentu dapat dilaksanakan. Namun, barang siapa yang menempuh metode nabi dalam melaksanakan shalat tentu akan mendapatkan kekhusyukan. Untuk dapat khusyu’ ada beberapa hal yang bisa membantu, diantaranya adalah: Laksanakanlah shalat sengan tenang dan tidak tergesa-gesa, pakailah pakaian yang bersih dan rapikanlah dalam memakainya, kosongkan hati dari kesibukan dunia, luruskan dan rapikanlah shaf dalam shalat berjama’ah, tujukan pandangan kearah tempat sujud dan jagalah mata agar tidak melihat-lihat ke atas, kekanan dan ke kiri, jauhkanlah segala sesuatu yang bisa mengganggu kekhusyu’an dalam shalat, seperti suara Televisi dan sebagainya.
Imam Al-Ghzali mengungkapkan, untuk mendapatkan shalat yang khusyu’ hendaknya diterapkan lima hal: Pertama, Pahami apa yang dibaca di dalam shalat. Kedua, hadirkan hati terus menerus untuk mengingat Allah dan menyadari bahwa kita sedang berhadapan dengan Allah. Ketiga, timbulkan rasa takut kepada Allah. Keempat, berharap kepada Allah agar ibadah kita diterimaNya. Kelima. Timbulkan dihati rasa memuliakan Allah, karena kita sedang berhadapan dengan zat yang maha Agung lagi Mulia.
Hal yang paling pokok untuk kesempurnaan shalat adalah dengan malaksanakan segenap rukun-rukun shalat dan menyempurnakan segala sunnah-sunnah dalam shalat secara keseluruhan. Demikian pula dalam pelaksanaan shalat berjama’ah, hendaknya seorang imam dipilih yang baik dan benar bacaan Al-Qur’an-nya, ditambah lagi apabila imam membaca ayat Al-Qur’an sembari merenungi maknanya, tentu itu dapat mendatangkan kekhusyu’an dalam shalat.
Nabi telah memberi contoh bagaimana shalat yang sempurna, sebagaimana yang disebutkan hadits ‘Aisyah: “...... beliau shalat empat raka’at, jangan engkau tanya bagus dan panjangnya.....”.(HR. Bukhari).
Riwayat ini menunjukkan bahwa membaguskan shalatnya, maksudnya memperbanyak atau memanjangkan bacaan-bacaan, tenang dalam gerakannya serta khusyu’, bagus thuma’ninahnya, yaitu tenteram dalam gerakan, baik ketika berdiri, ruku’, i’tidal, sujud, duduk antara dua sujud dan lain sebagainya.
Rasulullah bersabda; artinya:
“Apabila engkau akan melaksanakan shalat maka sempurnakanlah wudhu’, kemudian menghadaplah ke kiblat dan bertakbirlah, dan bacalah apa-apa yang mudah dari Al-Qur’an, kemudian ruku’lah sehingga benar-benar ruku’, kemudian angkatlah kepalamu sehingga engkau benar-benar berdiri, kemudian sujudlah dengan benar-benar sujud, kemudian angkatlah (tubuhnya) sehingga rata dan benar-benar duduk, kemudian sujudlah dengan benar-benar sujud, kemudian angkatlah sehingga benar-benar berdiri, kemudian lakukan semua itu di shalatmu seluruhnya”. (HR Bukhari).
Dari Abi Hurarirah, ia berkata, bahwa rasulullah bersabda; “Sesungguhnya sejelek-jelek manusia adalah pencuri yang mencuri shalatnya”. Mereka bertanya: Wahai Rasulullah ! Bagaimana mencuri shalatnya ? Ia bersabda : (Yaitu) tidak menyempurnakan ruku’ dan sujudnya”. (HR Al Hakim).
Betapa jeleknya seseorang yang dicap sebagai pencuri. Mengambil hak manusia tanpa alasan yang benar saja sudah dianggap perbuatan yang sangat buruk, apalagi mengambil hak Allah. Dalam hal ini adalah pelaksanaan shalat yang tidak menyempurnakan pelaksanaannya. Maka tidak heran kalau rasulullah mengatakan sebagai sejelek-jelek manusia. Bagaimana pula orang yang tidak shalat…………………?.
Orang yang tertimpa musibah berupa kemalingan atau hartanya dirampok orang saja, kadang-kadang tidak bisa tidur berhari-hari, resah, gelisah dan ingin hartanya kembali, dan menyesali akan keteledorannya. Namun aneh, giliran shalatnya dicuri syeitan dengan mengingatkan hal-hal yang menghilangkan kekhusyukan, atau ia justru menjadi malingnya sendiri, malah tenang-tenang saja. Na’uzu billah min dzalik ( berlindung kita kepada Allah dari hal yang demikian ).
Akhirnya mari kita laksanakan shalat dengan baik dan benar serta khusyu’, dengan harapan shalat yang kita laksanakan mampu membentuk kepribadian kita menuju pribadi-pribadi yang baik dan mulia, sehingga kemuliaan kita dapatkan dari Allah SWT.
امـِـيْــنَ يَـا رَبَّ الـْعـَالـَمِـيْـنَ


Tidak ada komentar: