Artinya : Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : Nabi saw. bersabda : "Allah Ta'ala berfirman : "Aku menurut sangkaan hambaKu kepadaKu, dan Aku bersamanya apabila ia ingat kepadaKu. Jika ia ingat kepadaKu dalam dirinya maka Aku mengingatnya dalam diriKu. Jika ia ingat kepadaKu dalam kelompok orang-orang yang lebih baik dari kelompok mereka. Jika ia mendekat kepadaKu sejengkal maka Aku mendekat kepadanya sehasta. jika ia mendekat kepadaKu sehasta maka Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika ia datang kepadaKu dengan berjalan maka Aku datang kepadanya dengan berlari-lari kecil". (Hadits ditakhrij oleh Bukhari).
Hadits diatas tentunya bagi kita ummat Islam sudah sering terdengar dan memang terbukti benar adanya, kisah berikut insya Allah bisa lebih meyakinkan kita.
Suatu sore Pak Afif dan keluarganya sedang duduk santai di depan rumahnya, sedang mereka asik berbincang, terdengar suara Pedagang bakso menjajakan dagangannya. Pak Afif-pun memanggil Pedagang bakso dan memesan empat mangkok buat dirinya dan istri serta dua orang anaknya.
Selesai makan bakso, lalu Pak Afif membayarnya. Namun pada saat ia membayar bakso tadi ada sesuatu yang mengherankan Pak Afif atas tindakan Pedagang bakso. Pedagang bakso memisahkan uang yang diterimanya. Sebagian disimpan di laci, sebagian lagi dimasukkan ke dompet, dan yang sebagiannya lagi di masukkan ke kotak kecil. Lalu, dengan keheranannya Pak Afif bertanya, kenapa uang-uang itu dipisahkan?. Apa maksudnya?.
“Iya pak, jawab Pedagang bakso. Selama menjadi pedagang bakso saya memisahkan setiap uang yang saya dapatkan menjadi tiga bagian, dan ini sudah saya lakukan selama 15 tahun. Tujuannya sederhana saja, hanya ingin memisahkan mana yang menjadi hak saya, mana yang menjadi hak orang lain / amal ibadah, dan mana yang menjadi hak cita-cita penyempurnaan iman seorang muslim”.
Maksudnya gimana?, Tanya Pak Afif.
Pedagang bakso menjawab. “Iya Pak, agama islam-kan menganjurkan kita agar bisa berbagi dengan sesama. Sengaja saya membagi uang yang saya dapatkan mejadi tiga tempat, dengan pembagian sebagai berikut :
Pertama: Uang yang saya masukkan ke dompet, artinya untuk memenuhi keperluan hidup sehari-hari buat keluarga saya.
Kedua: Uang yang saya masukkan ke laci, artinya untuk infaq/sedekah, atau untuk melaksanakan ibadah Qurban. Dan alhamdulillah selama 15 tahun menjadi Pedagang bakso saya tetap dapat ikut melaksanakan ibadah qurban dengan membeli seekor kambing.
Ketiga: Uang yang saya masukkan ke kotak kecil ini maksudnya, karena saya ingin menyempurnakan agama yang saya yakini yaitu agama Islam. Islam mewajibkan kepada umatnya yang mampu untuk melaksanakan ibadah haji. Ibadah haji ini tentu butuh biaya yang besar. Maka saya dan istri sepakat bahwa setiap penghasilan harian hasil jualan bakso ini kami harus menyisihkan sebagian penghasilan sebagai tabungan haji.. Dan Alhamdulillah selama 15 tahun menabung, Insya Allah kami akan berangkat menunaikan ibadah haji pada tahun depan.
Setelah medengar penjelasan Pedagang bakso tadi, Pak Afif berkomentar. “ Iya…. tapi-kan ibadah haji itu hanya diwajibkan bagi yang mampu…? termasuk memiliki kemampuan dalam biaya…?
Pedagang bakso menjawab, “Itulah sebabnya Pak, justru kami malu kepada Allah kalau bicara soal Rezeki karena kami sudah diberi Rezeki oleh Allah. Semua orang pasti mampu kok kalau memang niat..? yang penting berusaha dulu, buktinya kami bisa…….. dan insya Allah saya dan istri tahun depan berangkat haji.
Kemudia pedagang bakso melanjutkan kata-katanya: Menurut saya definisi “mampu” adalah sebuah definisi dimana kita diberi kebebasan untuk mendefinisikannya sendiri. Kalau kita mendefinisikan diri sendiri sebagai orang yang tidak mampu, maka mungkin selamanya kita akan menjadi manusia yang tidak mampu. Sebaliknya kalau kita mendefinisikan diri sendiri, “mampu”, maka Insya Allah dengan segala kekuasaan dan kewenanganNya, Allah akan memberi kemampuan pada kita kok."
Hati Pak Afif sangat tersentuh mendengar jawaban Pedagang bakso itu. Sambil tertegun Pak Afif bergumam dalam hati. Dia……… Hanya Pedagang bakso saja sudah mampu berangkat haji tahun depan, kenapa aku yang hidup berkecukupan bahkan berlebih tidak pernah berpikir tentang pergi haji?. Akhirnya pak Afif membulatkan tekad untuk berangkat menunaikan ibadah haji bersama istrinya.
Saudaraku…………..!
Sungguh sebuah jawaban sederhana yang sangat mulia dari seorang Pedagang bakso. Bahkan mungkin kita yang memiliki nasib sedikit lebih baik dari si Pedagang bakso tersebut, belum tentu memiliki Pikiran dan rencana indah dalam hidup seperti itu. Dan seringkali ada orang yang berlindung di balik pernyataan tidak mampu atau belum ada rezeki.
Cerita perjalanan spiritual ini tentu sangat sederhana, namun diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi kita dalam menjalankan kehidupan, dan semoga cerita ini memberi hikmah yang baik bagi kehidupan kita.
امـِـيْــنَ يَـا رَبَّ الـْعـَالـَمِـيْـنَ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar