Berkah Berqurban
Ibu Karimah Mendapat Sebidang Tanah
Seorang
ibu bernama Karimah hidup dalam kemiskinan. Dia adalah salah seorang penerima
subsidi Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang benar-benar berhak untuk menerimanya.
Rumahnya berlantai tanah, anyaman bambu menjadi dinding rumahnya. Bahkan status
tanah yang ditempatinya bukan milik sendiri.
Ibu
Karimah hidup sebatangkara, umurnya sudah mencapai 60 tahun. Pekerjaannya hanya
membantu orang-orang yang memerlukan tenaganya, Dari jasanya membantu orang, dia
selalu diberi imbalan yang jumlahlah tidak menentu, tapi terlihat hidupnya
damai dan tenang, pancaran dari wajahnya memberikan kesan Ibu Karimah ini orang
yang tekun beribadah, masyarakat banyak yang suka kepadanya. Bahkan rumah yang
dia tempati adalah hasil gotong royong masyarakat yang simpati kepadanya.
Pada
tahun 1432 H yang lalu, menjelang Hari Raya Idul Adha tiba, Ibu
Karimah mendatangi Bapak Hariadi pemilik tanah yang dia tempati. Sesampainya di
rumah Pak Hariadi, Ibu Karimah menyampaikan keinginannya untuk mengambil uang
yang dia simpankan kepada Pak Hariadi.
Rupanya
Ibu Karimah ada menyimpankan uang kepada Pak Hariadi dari sisa-sisa
keperluannya sehari-hari, ditambah dengan uang yang ia dapatkan dari subsidi
pemerintah Bantuan Langsung Tunai (BLT). Sudah lama ia menyimpankan uang kepada
Pak Hariadi, sedikit demi sedikit akhirnya tabungannya mencapai Rp.700.000.-.
Ibu
mau ambil berapa uangnya? Tanya Pak Hariadi.
Enam ratus ribu Pak, jawabnya.
Wah,
kali ini kok tumben Ibu mengambilnya dengan jumlah yang lebih besar dari
biasanya. Ma’af Bu, kalau boleh saya
tau, uangnya untuk apa? Tanya Pak Hariadi.
Saya
mau beli kambing Pak, untuk berqurban, kekurangannya akan saya tambahi dengan
uang yang masih ada sama saya dari pemberian orang beberapa hari yang lalu.
Seeeer
darah Pak Hariadi berdesir sambil matanya berkaca-kaca mendengar ucapan Ibu
tersebut. Lama dia terdiam.
Ibu
Karimah bertanya pada Pak Hariadi, Apa uangnya tidak bisa saya ambil Pak?
Pak
Hariadi tersentak dari diamnya dan berkata; bisa….. bisa…… Bu. Jawabnya.
Pak Hariadi adalah orang yang sangat amanah dan jujur serta baik hati.
Buktinya, tanah tempat tinggal Ibu Karimah adalah tanah miliknya dan Ibu Karimah
dia izinkan tinggal di situ tanpa membayar uang sewa. Jadi, tidak mungkin Pak
Hariadi menyalahgunakan uang Ibu Karimah yang disimpankan kepadanya. Pak
Hariadi dan keluarganya juga setiap tahun menjadi peserta yang ikut melaksanakan ibadah
qurban.
Sebelum
menyerahkan uang tersebut, Pak Hariadi berkata; Ma’af Bu kalau saya salah
bicara; Sebenarnya Ibu tidak berqurban juga tidak apa-apa, karena ibulah yang
sepantasnya berhak menerima pembagian daging qurban dari orang-orang yang
berqurban.
Benar
Pak, saya memahami maksud Bapak. Selama ini saya selalu menerima pemberian
daging qurban, tapi kali ini saya ingin agar saya pula yang memberikan daging
qurban kepada orang lain. Saya ingin agar di akhirat kelak Allah memberikan kenderaan untuk saya menuju Surganya.
Mendengar
ucapan Ibu Karimah, Pak Hariadi tak mampu menahan haru di hatinya. Ia menangis
sejadi-jadinya karena merasa betapa seorang ibu yang hidup dalam kemiskinan
tapi masih mempunyai semangat untuk berqurban di Hari Raya Idul Adha. Dia
sanggup berqurban dengan menyisakan hanya sedikit dari tabungannya.
Setelah
tangisnya mereda, Pak Hariadi memanggil isteri dan anak-anaknya. Dihadapan
isteri dan anak-anaknya dia sampaikan bahwa tanah pertapakan rumah yang selama
ini ditempati ibu Karimah dia hibahkan/diberikan kepada Ibu Karimah. Isteri dan
anak-anak Pak Hariadi semua setuju karena selama ini Ibu Karimah sudah mereka
anggap seperti saudara mereka sendiri.
Saat menghibahkan tanah tersebut kepada Ibu Karimah, Pak Hariadi berucap: Ya Allah, saksikanlah bahwa aku menghibahkan tanahku yang ditempati Ibu Karimah selama ini menjadi milikya. Aku berharap kepadaMu; andai Engkau berikan kenderaan untuknya menuju SurgaMu, akupun berharap Engkau siapkan untukku dan keluargaku tempat tinggal di SurgaMu.
Istri dan anak-anaknya beserta Ibu Karimah mengaminkan do'a pak Hariadi
Saudaraku…………!
Seringkali
kita merasa bahwa kita tidak sanggup berqurban, padahal boleh jadi kita jauh
lebih mampu dari Ibu Karimah seperti kisah di atas.
Kita
harus meyakini firman Allah yang menyatakan setiap orang yang melakukan
kebaikan pasti Allah akan membalasnya dengan yang lebih baik.
مَنْ
عَمِلَ صَالِحاً مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ
حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُواْ
يَعْمَلُونَ
Artinya:
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan
dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan
yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala
yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”. ( Q.S. An-Nahl:97).
Tinggalkan komentar Anda setelah membaca kisah ini...............!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar