Jangan Sia-Siakan Waktu
Firman Allah dalam surat Al-Hasyr : 18.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Perjalanan kehidupan manusia pasti berkaitan dan terikat dengan waktu yang ia lalui. Waktu itu akan terus berjalan mengiringinya tanpa ada satu makhluk yang dapat menghentikannya. Ia tidak mengenal keadaan makhkuk yang terikat padanya. Ia tidak peduli apa yang akan terjadi pada dunia dengan perjalannya yang tanpa henti, ia akan terus melaju sesuai dengan ketentuan sang Khalik kepadanya. Waktu itu selalu mempersilahkan manusia untuk berbuat apa saja, waktu tidak mau peduli, apakah manusia mengisinya dengan hal-hal yang positif atau dengan hal-hal yang negatif.
Kejadian demi kejadian selalu timbul dalam perjalanan waktu, ada makhluk yang memperoleh kebahagian dan ada pula yang melarat dan sengsara. Ada yang terjebak dalam kemaksiatan dan ada pula yang selamat dalam mengarunginya. Demikianlah waktu akan terus berjalan sebagaimana yang telah ditetapkan sang Pencipta. Hari berganti kepada minggu, minggu berganti kepada bulan, dan bulan-pun berganti kepada tahun.
Hendaknya kita selalu merenungi kembali apa yang telah kita lalui, karena demikianlah idealnya sebagai manusia ( khususnya ummat islam ), yang memiliki pikiran dan nurani. Karena realita kehidupan manusia yang memiliki kompleksitas kebutuhan dan kemauan yang baik sadar ataupun tidak sadar dapat menghanyutkan manusia itu sendiri. Maka, perkara-perkara yang baik harus dipertahankan sekaligus dijadikan motivasi agar dapat terus lebih baik, sehingga fitrah sebagai makhluk أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ (sebaik-baik ciptaan) dapat terus hadir dalam diri seorang muslim. Adapun yang buruk harus dijadikan pelajaran dan semaksimal mungkin harus ditinggalkan.
Allah berfirman dalam Al Qur'an:
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَاخْتِلاَفِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لآيَاتٍ لاولِي الألْبَابِ الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللّهَ قِيَاماً وَقُعُوداً وَعَلَىَ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذا بَاطِلاً سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
" Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka ".
Dalam perjalanan hidup, tidak jarang keinginan (baik) kita tidak tercapai karena sesuatu hal. Bahkan, banyak manusia yang menyesali kehidupannya dikarenakan banyaknya waktu terbuang sia-sia dan tidak menghasilkan manfaat baginya. Hal itu dikarenakan tidak memanfa’atkan waktu dengan sebaik-baiknya.
Dalam Al-Qur'an banyak ayat yang mengisyaratkan kepada segenap manusia untuk senantiasa mengingat dan memeriksa kegiatan yang ia lakukan setiap harinya. Allah berfirman:
وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ خِلْفَةً لِّمَنْ أَرَادَ أَن يَذَّكَّرَ أَوْ أَرَادَ شُكُوراً
“Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin memgambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur.”. (Al Furqon: 62).
Mengingat dalam ayat ini berkaitan dengan masa lampau, dan ini selalu menuntut instropeksi dan kesadaran menyangkut semua hal yang telah terjadi, sehingga mengantarkan manusia untuk melakukan peningkatan dan perbaikan. Diantara ayat-ayat itu ada pula yang diakhiri dengan pernyataan, "maka ambilah pelajaran dari peristiwa itu." Demikian pula ayat yang menyuruh manusia bekerja untuk menghadapi masa depan, atau berfikir dan menilai hal yang telah dipersiapkannya untuk masa depan.
Pada dasarnya kesyukuran manusia itu adalah agar ada perbaikan untuk masa-masa yang akan ia lalui. Adapun dalam ayat tersebut yang labih penting diperhatikan adalah, bahwa segala aktifitas atau rencana itu harus dilandasi dan berorientasi kepada ketaqwaan kepada Allah. Maka, selanjutnya ini menjadi ukuran bagi seseorang dalam menilai dirinya sendiri sebagai sebuah perbandingan dengan hari-hari yang telah ia lalui sebelumnya.
Menurut Islam, perjalanan waktu dengan berbagai keadaan yang dialami seseorang sesungguhnya menuntut dirinya agar tetap tegar dan konsisten dengan fitrahnya, tunduk dan patuh terhadap ketentuan-ketentuan Allah Swt. Dengan demikian, perjalanan masa itu akan dapat dilalui dengan mengisi kehidupan kearah yang lebih baik, karena semua yang dilalui adalah pengalaman, dan pengalaman adalah guru terbaik bagi manusia.
Dengan demikian, pada dasarnya apa yang telah kita kerjakan dalam perjalanan waktu itu merupakan suatu berkah tersendiri bila kita memahami bahwa perjalanan waktu yang sesungguhnya hanyalah mengantarkan kita kembali kehadirat Allah. Namun, dapat pula mengantarkan manusia kepada tempat yang jauh dari sang Khaliknya. Maka, pemanfaatan waktu dengan dasar mengabdikan diri kepada Allah merupakan hal yang paling penting untuk selalu dipahami oleh setiap manusia.
Memanfaatkan waktu sesungguhnya terletak pada manusia yang melalui waktu itu sendiri. Setiap orang memiliki berbagai kebutuhan yang harus dipenuhinya, dengan demikian pemanfaatan waktu sepenuhnya diserahkan kepada orang yang bersangkutan. Hanya saja, pemanfaatan waktu haruslah dibatasi dengan norma-norma agama dan sosial.
Seseorang yang menghargai waktu akan mencetak dirinya menjadi manusia yang memiliki disiplin dan berimplikasi besar pada kesuksesan. Kemajuan dan kemunduran seseorang sebenarnya terletak pada seberapa besar kemampuannya memanfaatkan waktu yang terus mengalir, sampai akhirnya akan berhenti, terputus, dan di sana akan terlihat hasil dari setiap jam, menit bahkan setiap detik dari waktu yang telah dilalui.
Resapilah selalu akan firman Allah dalam surat Al-‘Ashr : 1-3.
وَالْعَصْرِ ﴿١﴾ إِنَّ الانسَانَ لَفِي خُسْرٍ ﴿٢﴾ إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ ﴿٣﴾
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”.
Semoga kita termasuk bagian orang yang dapat memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya dan mampu mengisinya dengan berbagai aktivitas yang positif.
امـِـيْــنَ يَـا رَبَّ الـْعـَالـَمِـيْـنَ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar